cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro
ISSN : -     EISSN : 24077933     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Agro aims to provide a forum for researches on agrotechnology science to publish the articles about plant/crop science, agronomy, horticulture, plant breeding - tissue culture, hydroponic/soil less cultivation, soil plant science, and plant protection issues.
Arjuna Subject : -
Articles 146 Documents
Penjaringan Cendawan Mikoriza Arbuskula Indigenous dari Lahan Penanaman Jagung dan Kacang Kedelai pada Gambut Kalimantan Barat Nurmala Pangaribuan
Jurnal Agro Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/81

Abstract

Ekosistem gambut memiliki jenis dan kepadatan CMA yang beragam. Tanaman yang dibudidayakan di lahan gambut memiliki sistem perakaran (rhizosfir) yang mengandung  berbagai jenis mikroorganisme CMA, dan dalam jumlah besar. Untuk mengetahui jenis dan  jumlahnya, perlu dilakukan studi potensi CMA indigenous pada ekosistem gambut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan informasi yang tepat tentang potensi sumberdaya cendawan mikoriza arbuskular dari lokasi penanaman jagung dan kacang-kacangan pada lahan gambut desa Sidomulyo Rasau Jaya, kabupaten Kubu Raya dan dari Jawai di Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. Kegiatan penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel tanah dari Rasau dan Jawai, yang kemudian diamati dengan mikroskop. Selanjutnya dilakukan (1) trapping spora mengunakan tanaman Jagung (Zea mays L.), (2) identifikasi jenis spora, identifikasi CMA menggunakan Manual for The Identification of Mychorhiza Fungi, (3) penghitungan jumlah spora dengan menggunakan Metode Saring Basah Pacioni dan teknik sentrifugasi dari Brunndret. Hasil percobaan menghasilkan jumlah spora Glomus sp. asal Rasau 227 spora per 50 g tanah, dan gambut asal Jawai 181,9 spora per 50 g tanah gambut Rasau dan Sambas dominan mengandung Glomus sp. Peats ecosystem has different species and densities of Arbuscular Mycoriza Fungi (AMF). Plant Rhizosphere at peatland has various kinds of microorganisms, including AMF. For further use, study the potency of indigenous AMF is necessary. This research was conducted to study on the potency of indigenous AMF, from the where physic corn and nuts, grow on peatland of Rasau dan Jawai, Pontianak West Kalimantan. Soils samples were collected and then observed under microscope. The steps to study the potency of AMF were (1) spora trapping, (2) identifying the types of spore, and (3) counting of spora with Seive and Wet Techniques by Pacioni and Brunndret. The result showed that the number of spores AMF of Glomus sp from cultivated Rasau was 227 spores 50 g-1 soil and from of Jawai was 181,9 spores 50 g-1 soil  Indigenous AMF from the soil where physic corn and nut  grown at Rasau and Jawai  were dominated by Glomus sp.
Peningkatan Produktivitas Lahan Gambut melalui Teknik Ameliorasi dan Inokulasi Mikroba Pelarut Fosfat Ida Nur Istina; Benny Joy; Aisyah D Suyono
Jurnal Agro Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/76

Abstract

Keterbatasan lahan potensial menyebabkan perluasan areal pertanian mengarah pada lahan gambut. Kendala pengembangan lahan gambut adalah rendahnya kandungan hara tersedia bagi tanaman. Fosfat (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman, disisi lain ketersediaan hara ini pada lahan gambut terbatas karena ikatan asam organik dan sifat yang mudah tercuci. Penelitian untuk menguji pengaruh ameliorasi dan inokulasi mikroba pelarut fosfat terhadap ketersediaan hara P di lahan gambut dilakukan di kebun pembibitan kelapa sawit petani di Riau dari Oktober 2013 - Maret 2014, menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan 30 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan. Variabel yang diamati meliputi : tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, kandungan hara tanaman, dan bobot biomasa bibit setelah 5 bulan di pembibitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ameliorasi menggunakan kompos tandan kosong kelapa sawit mampu meningkatkan P tersedia, serapan P oleh batang dan akar, berat brangkasan dan berat kering batang. Sedangkan mikroba pelarut fosfat berpengaruh secara tidak nyata.The limitation of potential land leads agricultural development expansion to the peat soil area. Constrain of the peatland development is the low nutrient content that is required by plant. Phosphate is one of major growth and production limiting nutrient because of the solublelize of the organic acids and immobility The research was conducted from October 2013 – March 2014 at the farmer main nursery in Riau province to test the effect of amelioration and phosphate solubilizing microbe inoculation on P availability on palm oil seedling growth and production at peatland, used Randomized Block Design with 30 treatments and 3 replications. The parameters observed were plant height, leaf number, leaf width, leaf length, stem diameters, nutrient contents, also fresh and dry weight after 5 months at the main nursery. The result showed that palm oil empty fruit bunch compost as ameliorant increased P nutrient avaibility, P uptake, fresh and dry weight, whereas phosphate solubilizing microbe was unsignificant.
Penampilan Karakter Agronomi 16 Genotip Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada Pertanaman Tumpangsari dengan Jagung (Zea mays L.) Pola 3:1 Acep Atma Wijaya; Hana D Rahayu; Adi R. H. Oksifa; Meddy Rachmadi; Agung Karuniawan
Jurnal Agro Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/436

Abstract

Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat penting di Indonesia. Namun, produksi kedelai nasional belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai nasional. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pola tanam tumpangsari kedelai dengan jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mencari genotip kedelai yang mampu beradaptasi pada pertanaman tumpangsari dengan jagung pola 3:1 serta menghitung produktivitas penggunaan lahan setiap genotip pada pertanaman tumpangsari dengan jagung pola 3:1. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK). 16 genotip kedelai digunakan sebagai perlakuan, dan diulang sebanyak dua kali. Untuk melihat respons genotip pada pertanaman tumpangsari dilakukan dengan uji Least Significant Increase (LSI) pada taraf signifikansi 5%. Pendugaan produktivitas lahan pada setiap genotip dihitung berdasarkan nilai Nisbah Kesetaraan Lahan. Hasil penelitian ini menunjukkan genotip kedelai yang memperlihatkan respons paling baik pada pertanaman tumpangsari kedelai jagung dibandingkan kultivar cek untuk tinggi tanaman yaitu genotip BTN 5 dan JT 3, karakter jumlah cabang produktif yaitu genotip BTN 5, karakter luas daun dan indeks luas daun yaitu genotip JT 3, karakter sudut daun yaitu genotip CK 6, karakter bobot per plot yaitu genotip KBI 2, dan Nisbah Kesetaraan Lahan yaitu genotip CK 6 dan KBI 2.Genotip   BTN 1, BTN 2, BTN 5, CK 15, CK 6, JT 3, KA 6, KA 7, KBI 2, KH 8, Cikuray dan Malikka memiliki nilai NKL lebih besar dari 1,0. Soybean is one of important agricultural commodity in Indonesia. However, the national soybean production is not sufficient to meet the needs of national soybean. Effort to do is by applying an intercropping soybean with corn. The objectives of the research was to find soybean genotypes that can adapt to intercropped plantation with corn in pattern of 3 : 1 as well as the productivity of the land use of each genotype in intercropping with maize in 3 : 1 pattern. The research used an experimental method randomized block design (RBD), 16 soybean genotypes as treatments, and repeated twice. To see the response of genotype in intercropping planting was done by using Least Significant Increase (LSI) at the level of significant 5%. Estimation of land productivity on each genotype was calculated with Land Equation Ratio value. The results showed that the best response of soybean genotype compared checks cultivar for plant height were genotype BTN 5 and JT 3, character number of productive branches was genotype BTN 5, the character of leaf area and leaf area index was genotype JT 3 , leaf angle character was genotype CK 6, characters of weights per plot was KBI 2 genotype and Land Equation Ratio value were  CK 6 and KBI 2. Genotypes of BTN 1, BTN 2, BTN 5, CK 15, CK 6, JT 3, KA 6, KA 7, KBI 2, KH 8, Cikuray and Malikka had Land Equivalent Ratio values greater than 1.0.
Pertumbuhan dan Hasil Seledri (Apium graveolens L.) pada Sistem Hidroponik Sumbu dengan Jenis Sumbu dan Media Tanam Berbeda Riana Pradina Embarsari; Ahmad Taofik; Budy Frasetya Taufik Qurrohman
Jurnal Agro Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/437

Abstract

Tanaman seledri dipergunakan sebagai pelengkap masakan ataupun sebagai obat. Tingginya permintaan seledri dalam bentuk segar oleh masyarakat  Indonesia belum dapat terpenuhi, selain itu tanaman seledri bersifat aditif dalam bahan makanan sehingga dipergunakan dalam jumlah sedikit tetapi penting. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2014 di Screen House Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian sekitar 700-800 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dua faktor. Faktor pertama terdiri dari 2 taraf, yaitu kain sumbu bahan wol dan kain sumbu bahan katun. Faktor ke dua adalah media tanam yang terdiri dari beberapa 5 taraf yaitu media tanam 100% kompos, media tanam 50% kompos + 50% arang sekam, media tanam 25% kompos daun bambu + 75% arang sekam, media tanam 75% kompos daun bambu + 25% arang sekam dan media tanam 100% arang sekam. Sehingga terdapat 10 kombinasi taraf perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali.Uji lanjut menggunakan uji jarak berganda Duncan. Parameter utama yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah batang, dan bobot segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis sumbu dan media tanam pada tinggi tanaman dari umur 3 MST sampai umur 8 MST dengan perlakuan (s2m2), pada jumlah batang terjadi interaksi pada umur 6 dan 8 MST dengan perlakuan (s2m3), bobot segar terjadi interaksi umur 8 MST dengan perlakuan (s2m2). Jenis sumbu dan media tanam yang paling baik pada umur 8 MST terhadap tinggi tanaman dan bobot segar adalah (s2m2) sedangkan pada jumlah batang terdapat pada perlakuan (s2m3). Celery plant is used as a food supplement or as a medicine. The high demand in the form of fresh celery by the people of Indonesia has not been met by supply, besides celery plants are additive in food ingredients also used in small amounts but vital. The experiment was conducted in May until August 2014 at screen house Faculty of Agriculture, University of Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang regency, West Java Province, altitude 700-800 m above sea level. This study used a completely randomized design (CRD) factorial of two factors. The first factor composed of 2 levels, s1 = wool fabrics and s2 = cotton fabrics. Second factor was the growing media consisting of 5 levels respectively m1 = 100% of bamboo leaf compost, m2 = 50% of bamboo leaf compost + 50% of rice husk pyrolysis, m3 = 25% of bamboo leaf compost + 75% of rice husk pyrolysis, m4 = 75% of bamboo leaf compost + 25% of rice husk pyrolysis and m5 = 100% of rice husk pyrolysis. So there were 10 combinations level of treatment was repeated three times. Further test used Duncan Multiple Range Test. Parameter observed were plant height, number of stems and fresh weight. The results showed there were interaction between wick types and growing medias on plant height from 3 MST (Week After Planting) until 8 MST (Week After Planting) treatment (s2m2), the number of stems interaction at  6 MST and 8 MST treatment (s2m3), fresh weight interaction at 8 MST (Week After Planting) treatment (s2m2). The best of wick types and growing media at 8 MST on plant height and fresh weight was (s2m2) while the number of stems were in treatment (s2m3).
Isolasi Mikroorganisme Penambat Nitrogen Simbiotik dari Tanaman Pelindung Sementara pada Perkebunan Teh Dataran Tinggi Eko Pranoto
Jurnal Agro Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/440

Abstract

Pemupukan merupakan salah satu input faktor pada perkebunan teh yang terus mengalami pening­katan harga. Penurunan biaya pokok dapat diupayakan melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas pemupukan. Tanaman teh dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian minimal 700 meter di atas permukaan laut. Seiring pertumbuhannya, tanaman teh juga mem­butuhkan ta­naman pelindung untuk membantu dalam pengurangan evaporasi, mengurangi froze, sebagai wind brea­ker, dan juga sebagai sumber bahan organik. Pada masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), tanaman pelindung yang dipakai adalah tanaman pelindung sementara yang merupa­kan tanaman Legu­minosa dan bersimbiosis dengan Rhizobium sp. yang dapat memfiksasi nitrogen dari udara dan menghasilkan fitohormon IAA sebagai biokatalisator yang dapat memper­cepat pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman Leguminosa bersimbiosis dengan Rhizo­bium sp. yang spesifik dan berbeda-beda pada satu jenis tanaman dan ketinggian tempatnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penggalian potensi alam lokal yang terdapat pada daerah tanaman teh dataran tinggi, khususnya Rhizobium sp. dari tanaman Leguminosa yang merupakan pohon pelindung tanaman teh. Tujuannya adalah agar diperoleh karakter spesies Rhizobium sp. dataran tinggi yang pada tahap penelitian selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas tanaman, dan akhirnya dapat mengop­timalkan biaya pemupukan pada perkebunan teh. Dari penelitian diperoleh enam spesies Rhizobium sp. dari perkebunan teh dataran tinggi yang diberi kode YA, YB, YC, YD, YE, dan YF. Secara makroskopis terdapat perbedaan pertumbuhan Rhizobium sp. tersebut dengan pertumbuhan tercepat adalah Rhizobium sp. dari tanaman pelindung sementara Tephrosia sp. dan Seisbania sp. pada perkebunan teh. Fertilization is one of input factors on tea plantation that is increasing on the price. The decreasing of the main cost can be done by increasing the efficiency and effectiveness of fertilizing. Tea plant can be grown with high productivity at least at 700 m above sea level. Along with the growth, tea plant need shade tree to eliminate evaporation and froze, and act as a wind breaker and organic material source. Leguminose plants used on young tea is a symbiotic plant with Rhizo­bium sp. This microorganism can fix Nitrogen from the air, and produce fitohormone such IAA functioning as bio-catalist to accelerate the plant growth. Every Leguminose plant has specific symbiosis with Rhizo­bium sp. depending on plant species and elevation. Furthermore, there is a need of exploration of the indigenous Rhizobium sp. from Leguminose shade tree at highland tea plantation. The aim was to get species characteristic of Rhizobium sp. that can be used for the next research to increase soil fertility, plant productivity, and opti­mize the fertilizer cost on tea plantation. The result found six species of Rhizobium sp. with code YA, YB, YC, YD, YE, and YF. Macroscopically, there were differences on the characteristic among them. The highest rate of growth were found for Rhizobium sp. from Tephrosia sp. and Seisbania sp. temporary shade trees on tea plantation.
Pengaruh Aplikasi Ragam Bahan Organik dan FMA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Varietas Landung pada Tanah Pasca Galian C Muhamad Fajar Ramadhan; Cecep Hidayat; Sofiya Hasani
Jurnal Agro Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/438

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan organik (kompos gamal, dan asam humat) serta FMA (Glomus sp. + Gigaspora sp.+ Aclauspora sp) terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman cabai pada tanah pasca galian C telah dilaksanakan di Gapoktan Simpay Tampomas, Sumedang sejak bulan Februari sampai dengan Juli 2014. Metode yang digunakan merupakan metode eksperimental berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK),  dengan 8 perlakuan dan 4 kali ulang: a0 = kontrol, a1 = kompos gamal 5 t ha-1, a2 = kompos gamal 10 t ha-1, a3 = aplikasi FMA, a4 = asam humat, a5 = kompos gamal 5 t ha-1 + FMA , a6 =  kompos gamal 10 t ha-1 + FMA, dan a7 = aplikasi asam humat + FMA. Pengujian lanjut dilakukan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos gamal, asam humat, dan FMA tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang dan bobot segar buah, tetapi berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Pengaplikasian bahan organik hingga 10 t ha-1, asam humat, dan FMA belum berpengaruh nyata terhadap perbaikan kesuburan tanah pasca galian C (tambang pasir), karena kondisi tanah pasca galian C yang didominasi 75% pasir dan 50% batuan. The study which aimed to determine the effect of organic matter (gliricidia compost, and humic acid) also AMF (Glomus sp. + Gigaspora sp. + Aclauspora sp.) on growth and yield of chili plants on post-excavation soil C had been held in Gapoktan Simpay Tampomas, Sumedang from February to July 2014. The method was an experimental method a randomized block design (RBD), with 8 treatments and repeated 4 times: a0 = control, a1 = gliricidia compost 5 t ha-1, a2 = gliricidia compost 10 t ha-1, a3 = AMF, a4 = humic acid, a5 = gliricidia compost 5 tons ha-1 + AMF, a6 = gliricidia compost 10 tons ha-1 + AMF, and a7 = humic acid + AMF. Further testing was done by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the application of gliricidia compost, humic acid, and AMF did not significantly affect stem diameter, and fresh weight of fruit, but significant on stem height. Application of organic matter up to 10 tons ha-1, humic acid, and AMF had not significantly affect fertility improvement of post-excavation soil C (sand mining), because the soil C dominated by 75% sand and 50% rock.
Aktivitas Filtrat Cendawan Lasiodiploida theobromae sebagai Inhibitor Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus spp. L.) Syahbudin Hasibuan; Ahmad Rafiqi Tantawi; Gusmeizal Gusmeizal
Jurnal Agro Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/434

Abstract

Lasiodiploidia theobromae merupakan cendawan patogen yang umum ditemukan pada  berbagai inang. Cendawan ini diketahui menghasilkan senyawa metabolik berupa theobroksida yang merupakan senyawa bahan alami epoxy cyclohexene. Theobroksida  mampu menginduksi pembungaan, menginduksi tuberisasi tanaman kentang pada lingkungan non-inducing dan berkaitan dengan inhibisi perpanjangan batang tanaman. Sebagai inhibitor alami yang diisolasi dari kultur filtrat cendawan Lasiodiploidia theobromae, aktivitas senyawa theobroksida telah diuji di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area sejak bulan Mei sampai bulan Juli 2015. Ekstrak diuji pada tanaman bayam (Amaranthus spp L.) yang percobaannya disusun dalam rancangan acak kelompok sederhana dengan faktor perlakuan yaitu konsentrasi Filtrat Lasiodiploidia theobromae yang terdiri atas tiga taraf yaitu 0, 100, 200 dan 300 ppm. Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa aplikasi theobrokside menghambat pertumbuhan pada peubah tinggi tanaman,luas daun dan jumlah daun tanaman bayam. Lasiodiploidia theobromae is a fungal pathogen which is usually found in various host plants. This fungi is recognized to produce metabolic compounds namely theobroxide, a natural compound of epoxy cyclohexene. Theobroxide has ability to induce flowering initiation, induce tuberisation in potato plants in non-inducing environment also related to inhibition of plant stem elongation. As natural inhibitors isolated from filtrate culture of Lasiodiploidia theobromae, a research to evaluate activities of theobroxide was conducted in experimental station belonged to Faculty of Agriculture, University of Medan Area, started from Mei until July 2015.  This Experiment was arranged in simple randomized block design (RBD) with filtrate Lasiodiploidia theobromae concentration as treatment factor. The treatment comprised four levels i.e. 0, 100, 200, and 300 ppm. Results showed that application of theobroxide could significantly inhibit plant height, leave number and leaf area of spinach.
Pengaruh Tingkat Ketebalan Mulsa Jerami pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum) Nur Edy Suminarti
Jurnal Agro Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/439

Abstract

Umbi talas termasuk kelompok tanaman umbi-umbian yang mempunyai peran penting sebagai sumber bahan pangan yang sehat dan aman.  Akibatnya, permintaan terus meningkat.  Namun demikian, produktivitasnya masih rendah daripada potensinya yang telah mencapai 20,7 ton ha-1. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan, dan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui aplikasi mulsa. Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat ketebalan mulsa jerami yang tepat pada budidaya tanaman talas telah dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya Malang.  Penelitian menggunakan rancangan lingkungan Acak Kelompok dengan enam tingkat ketebalan mulsa sebagai perlakuan, yaitu : kontrol,  ketebalan mulsa 1,5 cm, 3,0 cm, 4,5 cm, 6,0 cm dan 7,5 cm. Pengumpulan data dilakukan secara destruktif. Uji F taraf 5% ditujukan untuk menguji pengaruh perlakuan, sedang perbedaan diantara perlakuan didasarkan pada nilai BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman talas serta lingkungan mikro yang lebih baik didapatkan pada ketebalan mulsa 4,5 cm – 7,5 cm.  Tetapi yang  lebih efektif dan efisien didapatkan pada penggunaan mulsa ketebalan 6 cm dengan hasil sebesar 10,54 ton ha-1  dan B/C 1,76.Tuber of taro plays a significant role as healthy and safe food resources. As a result, its demand has increased recently. However, the level of taro tuber productivity is still low than the potential outcomes that can achieve up to 20 tons ha-1. Therefore, it is necessary an improvement, one of them is through the application of mulch. Research aimed to find  the proper thickness of straw mulch was conducted at UB experimental field located in Jatikerto, Malang. The study used randomized complete block design with thickness of straw mulch as the treatment, consisted of 6 levels, i.e: no mulch, straw mulch of 1.5 cm, 3 cm, 4.5  cm, 6 cm and 7.5 cm. Data was collected destructively. F test at 5% was used to determine the effect of treatment, while differences between treatments were referred to BNT at 5%.The results showed that the growth and yield of taro and better microenvironment found in mulch thickness of 4.5 cm - 7.5 cm. However, a more effective and efficient yield obtained on the use of mulch thickness of 6 cm with a yield of 10.54 ton ha-1 and B/C 1.76.
Pemanfaatan Zeolit dan Dolomit sebagai Pembenah untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan pada Lahan Sawah Ishak Juarsah
Jurnal Agro Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/807

Abstract

Salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan kualitas lahan sawah yang telah terdegradasi adalah mengaplikasikan zeolit dan dolomit yang dikombinasi dengan pengelolaan bahan organik serta sistem pemupukan berimbang yang spesifik lokasi berdasarkan uji tanah dan kebutuhan tanaman. Pemanfaatan pembenah tanah untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada lahan sawah perlu dilakukan, sebab kegiatan intensifikasi dan estensifikasi pertanian dari program Bimas dan Inmas yang kurang mengindahkan kaidah pemupukan berimbang telah mengakibatkan semakin merosotnya kualitas lahan sawah, sehingga terjadi fenomena levelling off.  Penelitian dilakukan di Lampung Tengah dengan tujuan 1) mengetahui tingkat efisiensi pemupukan di tingkat petani sebagai dampak dari penggunaan zeolit dan dolomit, : (2) mengetahui  pengaruh pemberian zeolit dan dolomit terhadap perbaikan sifat-sifat tanah dan produktivitas lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yakni pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terstruktur guna mengungkap karakteristik petani, identifikasi, dan prospek zeolit dan dolomit  di masa depan. Hasil penelitian diperoleh bahwa jenis zeolit dan dolomit yang dikenal dan digunakan adalah: Zeolit Agro 2000, ZP.30 (Zeolit yang diperkaya hara P) dan dolomit. Penggunaan zeolit dan dolomit bermanfaat untuk meningkatkan produksi tanaman padi sekitar 10-30%. One of alternative efforts to increase rice field soils quality which have degradated is through applying zeolit and dolomite combined with organic matter management along with spesific location balanced fertilizer system based on soil testing and nutrients need for the crop. Study of soil conditioner utilization for increasing fertilizer efficiency on paddy soils must be done, because agriculture intensive and extensive activity of Bimas and Inmas program did not considered the principles of balanced fertilizer which consequences the decreasing of paddy soils quality, finally lead to the occurrence a levelling off phenomenon. The research had been conducted in Centre Lampung district with the objectives, (1) to know fertilizer efficiency at the farmer level as the impact of zeolit and dolomite  utilizing. (2) to know the efect  of the soil physic and chemical and land productivity. The research method used was survey methods, its mean that data collected pass through interview with the structure questioner to know farmer’s characteristics, identification, and soils conditioner development prospect in the future. The results of this research found that, the kind of zeolit and dolomite  which had been known and used were Zeolit Agro 2000, ZP.30 (enriched zeolit with P nutrient) and dolomite. Zeolit and dolomite utilization in both districts had benefit to increase rice crop production more or less 10-30%. 
Pertumbuhan dan Hasil Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Varietas Linda Akibat Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Urea Yudi Yusdian; Merry Antralina; Ahmad Diki
Jurnal Agro Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/808

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk kandang ayam dan pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil bawang daun. Penelitian dilaksanakan di kampung Legokkaso Desa Cinanggela Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. dengan jenis tanah Latosol dengan pH 5,7, terletak pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Curah hujan 2.205 mm/tahun termasuk curah hujan tipe C3 (Oldeman, 1979). Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan kombinasi pupuk kandang ayam dan pupuk urea adalah sebagai berikut: A (0g+2,2g), B (12g+2,0g), C (14g+1,8g), D (16g+1,6g), E (18g+1,4g), F (20g+0g).Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian dosis 16 g pupuk kandang ayam dan 1,6 g pupuk urea memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan,  dan hasil per tanaman bawang daun varietas Linda. This study aimed to determine the effect of chicken manure and urea dosage combination on the growth and yield of spring onions. The experiment was conducted in the Legokkaso Residential, Cinanggela Village, Pacet Subdistrict, Bandung Regency, of West Java Province. The soil was Latosol with pH 5.7, located at an altitude of 1,200 m above sea level. Rainfall was 2.205 mm/years including precipitation C3 type (Oldeman, 1979). The experiment was conducted from March to May 2014. The research method used was randomized block design method (RBD) consisting of 6 treatments and 4 replications. The treatment was combination of chicken manure and urea as follows: A (0g + 2,2g), B (12g + 2,0g), C (14g + 1,8g), D (16g + 1,6g), E (18g + 1,4g), F (20g + 0g). The result showed that dosage 16g of chicken manure and 1.6 g urea gave a better effect on the growth of plant height, number of tillers, yield of plant.

Page 2 of 15 | Total Record : 146