cover
Contact Name
Hero Patrianto
Contact Email
jurnal.atavisme@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.atavisme@gmail.com
Editorial Address
Balai Bahasa Jawa Timur, Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo 61252, Indonesia
Location
Kab. sidoarjo,
Jawa timur
INDONESIA
ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA
ISSN : 1410900X     EISSN : 25035215     DOI : 10.24257
Core Subject : Education,
Atavisme adalah jurnal yang bertujuan mempublikasikan hasil- hasil penelitian sastra, baik sastra Indonesia, sastra daerah maupun sastra asing. Seluruh artikel yang terbit telah melewati proses penelaahan oleh mitra bestari dan penyuntingan oleh redaksi pelaksana. Atavisme diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Terbit dua kali dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember.
Articles 269 Documents
PROBLEM ETNISITAS INDIA DALAM CERITA PENDEK MALAYSIA Anwar, M. Shoim
ATAVISME Vol 18, No 2 (2015): ATAVISME, Edisi Desember 2015
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.546 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v18i2.115.195-208

Abstract

Karya sastra adalah dokumen kemanusiaan dan kebudayaan. Kumpulan cerita pendek Menara 7 (1998), terutama enam cerpen yang ditulis oleh pengarang Malaysia beretnis India, memberi gambaran problem kehidupan etnis India di Malaysia. Dengan meminjam teori etnisitas sebagai landasan, tulisan ini bertujuan mengungkap problem etnisitas India di Malaysia. Problem etnis India terkait dengan kemiskinan, pendidikan, gender, religi, budaya, dan persatuan. Keberadaan etnis India di Malaysia secara historis merupakan bagian dari kolonialisme Inggris di masa lampau. Residu kolonialisme menciptakan jejak hitam kemanusiaan yang mendalam. Sebagai pendatang, tersirat ada ketegangan sosial-budaya yang dialami etnis India, tetapi bukan konflik. Problem etnis India dalam cerpen Malaysia adalah sarana untuk becermin bagi masyarakat dalam negara yang multietnis. Abstract: Literature is a document of humanity and culture. A collection of short stories Menara 7 (1998), especially five short stories written by Malaysian Indian, gives an overview of Indian ethnic problems in Malaysia. Using postcolonial theory as an anchor, their problems are poverty, education, gender, religion, culture, and unity. The existence Malaysian Indian was British colonial legacy. The leftover of colonialism deeply creates dark footprints of humanity. As a newcomer, it?s implied there was social-cultural tension, but not conflict, experienced by Malaysian Indian. The problems in Malaysia short stories are a tool of reflection in a multiethnic society. Key Words: problem, ethnic, ethnicity, short story
MENIM(B)ANG DISENSUS: POLITIK DAN ESTETIKA SENO GUMIRA AJI DARMA DALAM CERPEN SAKSI MATA Arifin, Moch. Zainul
ATAVISME Vol 22, No 1 (2019): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.793 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v22i1.525.47-60

Abstract

Abstrak: Tulisan ini menelusuri upaya Seno Gumira Ajidarma dalam cerpen Saksi Mata untuk terlepas dari rezim representatif Komunitas Utan Kayu dan rezim etis Soeharto. Pisau analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah gagasan Jacques Rancière tentang disensus yang secara khusus pada migrasi yang mengasumsikan bahwa pengarang yang sadar kesetaraannya di dalam lingkup hierarki police bergerak dari satu kelas ke kelas lain, dari ideologi ke ideologi lain, dan dari tekstual ke tekstual lainnya. Rancière melihat karya sastra juga bersikap politis tepat di dalam interpretasi ruang publik yang begitu beragam yang akhirnya mengubah perspektif publik. Berangkat dari hal ini, bagaimana Saksi Mata menawarkan bentuk estetika melalui disensus terhadap struktur politik maupun estetik, dengan migrasinya guna mengguncang kekuasaan kedua rezim? Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, Saksi Mata merespon struktur politik otoriter Orde Baru yang memobilisasi sensor, mengungkung kebebasan berpendapat dan berkarya melalui jalan migrasi Seno dari ideologi Jakarta Jakarta yang pro-orba ke ideologi oposisional Harian Pembaruan dan juga migrasi Seno dari jurnalis, pengangangguran lalu ke sastrawan. Kedua, pergerakan estetika Seno juga merongrong konvensi estetis dari rezim representatif Komunitas Utan Kayu dan Bengkel Teater Rendra dan sekaligus rezim etis orba, perpanjangan tangan Manikebu yang melihat sastra untuk sastra. Dari sana disensus pergerakan Seno untuk menampilkan pula suara part-of-no-part kembali ke dalam politik sehingga perbincangan soal itu dapat diambil alih oleh publik sendiri. Dari sanalah Saksi Mata menawarkan estetika yang tidak terjebak pada imajinasi komunal.Kata kunci: Disensus, Migrasi, Politik, Estetik, Seno
ASPEK RELIGIOSITAS DALAM DUA NOVEL ERIC­EMMANUEL SCHMITT: MONSIEUR IBRAHIM AND THE FLOWERS OF THE KORAN DAN OSCAR AND THE LADY IN PINK Saraswati, Rina
ATAVISME Vol 15, No 1 (2012): ATAVISME, Edisi Juni 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.178 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v15i1.54.140-147

Abstract

Tema religiositas merupakan sesuatu yang lazim muncul dalam karya sastra, meng­ngat kedekatannya dengan masalah filsafat. Bersikap religius intinya adalah berserah diri pada kekuatan yang lebih besar untuk mencapai kebahagiaan yang sifatnya pribadi. Berbicara mengenai religiositas tidak selalu harus dikaitkan dengan agama tertentu. Namun, melalui nilai­nilai yang diajarkan masing­masing agama akan terefleksikan nilai­nilai kemanusiaan yang universal yakni cinta, kasih sayang, dan misteri hidup. Aspek religiositas yang universal itulah yang dijadikan inti pembahasan tulisan ini melalui kajian interteks dua karya Eric­Emmanuel Schmitt: Monsieur Ibrahim and the Flowers of the Koran dan Oscar and the Lady in Pink. Abstract: The theme of religiosity is something that commonly appears in literature, given its proximity to the problems of philosophy. Being religious is essentially surrender to a greater power to achieve happiness which is private in nature. To speak about religiosity is not necessarily associated with any particular religion. But through the values that are taught in each religion, the values of humanity, that is universal love, compassion, and the mystery of life, will be reflected. It is the universal aspect of religiosity that will be the core of the discussion of this paper through intertextual study of two works of Eric­Emmanuel Schmitt: Monsieur Ibrahim and the Flowers of the Koran and Oscar and the Lady in Pink. Key Words: religiosity, religion, happiness, mystery, intertextual
DEFORESTASI PANTAI TIMUR SUMATRA DALAM NOVEL BERPACU NASIB DI KEBUN KARET, KULI, DAN DOEKOEN KARYA MADELON SZEKELY-LULOFS Sudibyo, Sudibyo
ATAVISME Vol 17, No 1 (2014): ATAVISME, Edisi Juni 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.678 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v17i1.15.1-15

Abstract

The Novels Berpacu Nasib di Kebun Karet, Kuli, and Doekoen by Szekely­?Lulofs written on the basis of author's involvement in plantation companies on the East Coast of Sumatra, represents the world of a plantation with all of its characteristics. Through Berpacu Nasib di Kebun Karet, Kuli, and Doekoen, Szekely-Lulofs delivers reportage on the deforestation of the Sumatran East Coast being converted to plantation lands and the growth of plantation companies in Deli and its surrounding areas in the 1930s. Exploitation of forest resources was largely carried out by the Dutch and other foreign companies which secured concessions from the Dutch Colonial Government. This study attempts to explain the ecological transformation of the Sumatran East Coast in the form of deforestation and conversion of the new land as plantation, describes the practices of dehumanization against the plantation workers as the excesses of the achievement of certain economic targets, describes the new lifestyle of the planters as the impact of economic growth occurred in the area. To achieve that goals, the researcher conducts close and contrapuntal reading to expose the ecological colonialism practice. The theory used are postcolonial ecology based on the assumption that colonialism does not only change the structure of social, political, and cultural of colonized society but also radically changes the ecology and traditional livelihood patternsThe Novels Berpacu Nasib di Kebun Karet, Kuli, and Doekoen by Szekely-­?Lulofs written on the basis of author's involvement in plantation companies on the East Coast of Sumatra, represents the world of a plantation with all of its characteristics. Through Berpacu Nasib di Kebun Karet, Kuli, and Doekoen, Szekely-Lulofs delivers reportage on the deforestation of the Sumatran East Coast being converted to plantation lands and the growth of plantation companies in Deli and its surrounding areas in the 1930s. Exploitation of forest resources was largely carried out by the Dutch and other foreign companies which secured concessions from the Dutch Colonial Government. This study attempts to explain the ecological transformation of the Sumatran East Coast in the form of deforestation and conversion of the new land as plantation, describes the practices of dehumanization against the plantation workers as the excesses of the achievement of certain economic targets, describes the new lifestyle of the planters as the impact of economic growth occurred in the area. To achieve that goals, the researcher conducts close and contrapuntal reading to expose the ecological colonialism practice. The theory used are postcolonial ecology based on the assumption that colonialism does not only change the structure of social, political, and cultural of colonized society but also radically changes the ecology and traditional livelihood patterns Key Words: deforestation; transformation; ecology; exploitation; dehumanization Abstrak: Novel Berpacu Nasib di Kebun Karet, Kuli, dan Doekoen karya Szekely-Lulofs yang ditulis berdasarkan keterlibatan pengarang di perusahaan perkebunan di Pantai Timur Sumatra merepresentasikan dunia perkebunan dengan segala karakteristiknya. Melalui Berpacu Nasib di Kebun Karet, Kuli, dan Doekoen, Szekely­?Lulofs menyampaikan reportase tentang deforestasi Pantai Timur Sumatra yang dikonversikan sebagai lahan perkebunan dan pertumbuhan perusahaan perkebunan di Deli dan sekitarnya pada tahun 1930­?an. Eksploitasi sumber daya hutan ini sebagian besar dilakukan oleh perusahaan Belanda dan perusahaan asing lain yang mendapatkan konsesi dari Pemerintah Kolonial Belanda. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan transformasi ekologi berupa deforestasi Pantai Timur Sumatra dan konversi lahan baru itu sebagai lahan perkebunan; menjelaskan praktik dehumanisasi terhadap para pekerja perkebunan sebagai ekses dari pencapaian target ekonomi tertentu; menjelaskan gaya hidup baru dari para pekebun sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di daerah itu. Untuk mencapai tujuan itu dilakukan pembacaan dekat (close reading) dan teknik pembacaan kontrapuntal (contrapuntal reading) untuk menyingkap praktik kolonialisme ekologis itu. Adapun teori yang digunakan adalah teori ekologi pascakolonial yang bertolak dari asumsi bahwa kolonialisme tidak hanya mengubah struktur sosial, politis, dan kultural masyarakat terjajah, tetapi juga secara radikal mengubah ekologi dan pola­?pola penghidupan tradisional.
PELAPISAN SOSIAL DAN PERNIKAHAN IDEAL DALAM MITOS SANGKURIANG: TELAAH STRUKTURAL ANTROPOLOGI LéVI-STRAUSS Wirajaya, Asep Yudha
ATAVISME Vol 13, No 1 (2010): ATAVISME, Edisi Juni 2010
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1986.815 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v13i1.144.59-73

Abstract

Mitos Sangkuriang merupakan mitos yang pesan kearifan tradisinya ?gagal? dicerna oleh masyarakat pemiliknya. Mitos ini pada akhirnya hanya mampu menceritakan asal mula ?kelahiran? sebuah gunung dan cekungan Bandung, dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan manusia kecuali tentang perjalanan kehidupan seorang anak manusia yang durhaka pada orang tuanya. Tampak bahwa, pesan-pesan mitos ini sedemikian naifnya jika dibandingkan dengan dinamika perjalanan kehidupan yang dijalani oleh manusia Sangkuriang. Karena itulah perlu cara pandang, pemahaman dan penafsiran yang tidak hanya menangkap berbagai fenomena atas peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga untuk melihat ?batin sosial? suatu masyarakat bahkan melihat ke dalam ?struktur dalam? (deep structure) suatu masyarakat. Dengan demikian mitos sebagai sebuah ?proses komunikasi? lintas generasi dalam tataran simbolis mampu hadir dan bermakna dalam tatanan yang apik dan rapih sebagai alternatif solusi mengatasi atau memecahkan berbagai kontradiksi empiris yang selama ini tidak terpahami oleh nalar manusia. Abstract: Sangkuriang myth represents myth whose message of its tradition wisdom is "fail" to be digested by its owner society. This myth in the end only can narrate provenance "birth" a Bandung hollow and mount, and there no relation with human life except about life journey a disaffected human being child at its old fellow. See that, messages of this myth is naive in such a way in comparison with life journey dynamics experienced by Sangkuriang human being. Therefore, it needs a way of approach, interpretation and understanding which do not only catch various phenomenon to the event that happened in everyday life, but also to see 'social mind' society, even see into 'structure in' (structure deep) society. Thereby myth as a "communications process" passed by quickly generation in symbolic devices can attend and have a meaning of in nice structure and good alternatively solution overcome or solve various empirical contradiction is not comprehended by human being natural existence Key Words: incest, social veneering, and Sangkuriang
PEMIKIRAN PENGARANG PERANAKAN TIONGHOA DI SURABAYA DAN MALANG PERIODE 1870-1942 Susanto, Dwi; Muslifah, Siti
ATAVISME Vol 16, No 1 (2013): ATAVISME, Edisi Juni 2013
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.321 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v16i1.78.15-25

Abstract

Penelitian ini bertujuan menemukan pemikiran yang dominan dalam kesusastraan peranakan pada periode 1870-1942 di Surabaya dan Malang dan memberikan uraian mengenai sebab perubahan tersebut. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif dengan teknik analisis data sesuai dengan prosedur dalam ranah teori sejarah intelektual sebagaimana sastra adalah produk sosial. Pemikiran yang berkembang dalam periode tersebut terbagi dalam tiga bagian. Pemikiran pertama adalah pemikiran yang bersifat konservatif yang dicirikan dengan kembali pada ajaran Khonghucu (1870-1910). Pemikiran ini diwakili oleh Oei Soei Tiong, Ang Siong Tiauw, Tan Khing Tian, dan Tjap Goan Thay. Pemikiran kedua adalah pemikiran yang mempertanyakan gerakan ka um konservatif sehingga terjebak pada keraguan antara menuju moderat dan konservatif (1911-1920). Pemikiran ini diwakili oleh figur Liem Sim Djiwie. Pemikiran ketiga adalah pemikiran yang bersifat moderat dan adaptif, yakni menerima unsur lokalitas sebagai bagian dari identitas Tionghoa, tetapi menolak unsur Barat. Pemikiran ini diwakili Liem Khing Hoo dan Njoo Cheong Seng (1921-1935-­?an). Sementara itu, Ong Pik Lok menempati struktur eskapisme modern. Ke lompok ini tidak mempersoalkan pilihan identitas, melakukan pelarian dari dunia realitas, dan menjadi korban materialisme dan individualisme (1935-1942). Abstract: The paper aims to find the dominant thoughts in Indonesian Chinese literature and to describe the impact and cause of this changes in the 1870-1942 period. The paper uses qualita tive method research based on the sociological literature, collaborated especially with the intellectual history studies. The thoughts in 1870-1942 can be divided into three. The first is conservatism. As a mainstream in early periods, it characterized the movement of Chinese traditional culture or custom of Confucianism (1870-1910). The actors in this period were Oei Soei Tiong, Ang Siong Tiauw, Tan Khing Tian, and Tjap Goan Thay. Second, in the period of 1911-1920, the Indonesian Chinese literature was dominated by questions of values between conservatism and moderate. The dominant figures in this period was Liem Sim Djiwie. Third, in the Indonesian Chinese literature in the period of 1921-1935, the thought was moderate and adaptive, accepting the locality as the part of Indonesian Chinese identity but rejecting Western substances. The representatives of this pe riode were Liem Khing Hoo dan Njoo Cheong Seng (1921-1935s). Meanwhile, Ong Pik Lok was placed in the escapism modern structure. This community did not have any problem with the Indonesian Chinese identity or culture. It escaped from the reality and become victims of materialism and individualism (1935-1942). Key Words: Chinese peranakan literature; the dominant thinking
DENDAM PEREMPUAN-PEREMPUAN YANG TERSAKITI: KAJIAN PSIKOANALISIS SOSIAL NOVEL TEMPURUNG KARYA OKA RUSMINI Windiyarti, Dara
ATAVISME Vol 14, No 1 (2011): ATAVISME, Edisi Juni 2011
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.493 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v14i1.106.87-100

Abstract

Tulisan ini bertujuan mengungkap konflik batin tokoh-tokoh perempuan dalam novel Tempurung. Sumber data penelitian ini adalah novel Tempurung karya Oka Rusmini yang diterbitkan tahun 2010. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis sosial Karen Horney. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan psikoanalisis. Pembahasan ini menghasilkan hal-hal berikut. Pertama, adanya hubungan buruk orang tua-anak, dan keadaan budaya dan tradisi telah menciptakan berbagai peristiwa yang mendorong munculnya konflik batin tokoh-tokoh perempuan. Kedua, tindakan-tindakan yang dilakukan tokoh-tokoh perempuan untuk menanggulangi atau me- ngurangi konflik batinnya diekspresikan dalam tindakan balas dendam. Abstract: This paper aims to reveal the inner conflicts of women characters in the novel of Tempurung. The source data of this study is Tempurung, a novel of Oka Rusmini which was issued in 2010. The data was collected by librarian techniques. This study uses the theory of Karen Horney?s social psychoanalysis. The method used in this paper is descriptive analysis method with the approach of psychoanalysis. The discussion results in the following. First, the bad relationship of parent-child and the state of culture and tradition have created a variety of events that encourage the emergence of inner conflicts of the women characters. Second, the actions taken by the women characters to overcome or reduce their inner conflicts expressed in acts of revenge. Key Words: novel; female characters; inner conflict; social psychoanalysis
POWER PRAXIS AT THE BEGINNING OF THE MEIJI ERA: TRADITION AND MODERN DISCOURSE Cahyasari, Intannia; Efendi, Anwar
ATAVISME Vol 21, No 2 (2018): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.886 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v21i2.486.238-252

Abstract

This study aims to investigate how the discourse of Japanese society tradition with conservative mindset as the impact of Tokugawa power that applied sakoku (isolation politics) for more than two hundred years began questioned, criticized and disputed in Hanauzumi?s novel by Jun'ichi Watanabe. This study uses Foucault's discourse approach that is applied to express the form of discourse by external and internal exclusion. This research uses a qualitative descriptive method, the data collected is data that explains the problem of production and distribution of discourse based on Foucault's external and internal exclusion. The results of this study indicate that Jun'ichi Watanabe produces, distributes and transforms modern discourse as counter discourse against the discourse of tradition to change the way of thinking, customs and culture that harm women.
CERPEN “SUKRI MEMBAWA PISAU BELATI” KARYA HAMSAD RANGKUTI: ANALISIS SEMIOTIK Supriatin, Yeni Mulyani
ATAVISME Vol 15, No 1 (2012): ATAVISME, Edisi Juni 2012
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.211 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v15i1.45.25-36

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna cerpen ?Sukri Membawa Pisau Belati? karya Hamsad Rangkuti dengan pendekatan semiotik yang dikembangkan oleh Riffatere dan Culler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen ?Sukri Membawa Pisau Belati? karya Hamsad Rangkuti mengungkapkan situasi psikologis kepribadian manusia yang muncul ke permukaan di antara dua kesadaran, yaitu kesadaran faktual dan arus bawah sadar. Situasi psikologis kepribadi­an manusia yang dialami protagonis merupakan pengaktualan teori Freud yang dituangkan dalam genre cerpen Abstract: This study aims to reveal the meaning of the short story entitled ?Sukri Membawa Pisau Belati? written by Hamsad Rangkuti using Riffatere and Culler perspective. The results show that the short story entitled "Sukri Membawa Pisau Belati" by Hamsad Rangkuti reveals the psychological situation of the human personality emerging between two awareness, which are factual and current awareness. The psychological situation experienced by the protagonists is the application of Freud's theory as outlined in the genre of stories. Key Words: heuristic, hermeneutics, and current awareness
ESTETIKA PADA NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY Sugiarti, Sugiarti
ATAVISME Vol 17, No 2 (2014): ATAVISME, Edisi Desember 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.598 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v17i2.6.134-147

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkap dan mendeskripsikan estetika dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy dengan pendekatan estetika. Estetika berperan penting bagi pengarang dalam proses kreatif penciptaan karya sastra. Sumber data penelitian ini adalah novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy yang diterbitkan penerbit Qanita  Bandung tahun 2009. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan bahasa sebagai energi untuk mengungkapkan peristiwa dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy tampak melalui   pilihan   kata  (diksi) yang mampu mewakili suasana tertentu sehingga menjadikan peristiwa tersebut menyatu dan memberikan pemaknaan  estetik yang cukup kuat. Adapun bentuk estetika posmodern yang digunakan dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy berupa  estetika  pertentangan   karena di dalamnya mengungkapkan bagaimana sesungguhnya persoalan-persoalan perempuan dikonstruksi secara sosial, dibentuk  dan disimplikasi   dalam cerita dengan mematahkan  sebagian oposisi biner yang selama ini   terjadi dalam masyararakat. Estetika posmodern yang diungkapkan melalui tokoh utama membuat novel ini memiliki kekuatan tersendiri untuk menyampaikan sisi lain kehidupan perempuan.Penelitian ini bertujuan mengungkap dan mendeskripsikan estetika dalam   novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy dengan pendekatan estetika. Estetika berperan penting bagi pengarang dalam proses kreatif penciptaan karya sastra. Sumber data penelitian ini adalah novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy yang diterbitkan penerbit Qanita  Bandung tahun 2009. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan bahasa sebagai energi untuk mengungkapkan peristiwa dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy tampak melalui pilihan kata (diksi) yang mampu mewakili suasana tertentu sehingga menjadikan peristiwa tersebut menyatu dan memberikan pemaknaan estetik yang cukup kuat. Adapun bentuk estetika posmodern yang digunakan dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy berupa estetika pertentangan karena di dalamnya mengungkapkan bagaimana sesungguhnya persoalan-persoalan perempuan dikonstruksi secara sosial, dibentuk  dan disimplikasi dalam cerita dengan mematahkan sebagian oposisi biner yang selama ini terjadi dalam masyararakat. Estetika posmodern yang diungkapkan melalui tokoh utama membuat novel ini memiliki kekuatan tersendiri untuk menyampaikan sisi lain kehidupan perempuan.

Page 9 of 27 | Total Record : 269