cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
ISSN : 14118033     EISSN : 26140101     DOI : 10.18196/mm
Core Subject : Health,
Jurnal Mutiara Medika Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (MMJKK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta is a peer-reviewed and open access journal that focuses on promoting medical sciences generated from basic sciences, clinical, and community or public health research to integrate researches in all aspects of human health.
Arjuna Subject : -
Articles 909 Documents
Hubungan Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga terhadap Perkembangan Motorik Balita Pratama, Prandy Novi Prima; Listiowati, Ekorini
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 13, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v13i2.1057

Abstract

Perkembangan motorik pada balita terdiri atas perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik balita. Pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik balita dan tingkat ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi perkembangan motorik balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga terhadap perkembangan motorik balita. Penelitian ini menggunakan metode observational dengan disain cross sectional. Populasi yang digunakan adalah balita yang ada di Puskesmas Kraton, Yogyakarta pada periode waktu Mei – Juni 2012. Sampel yang diambil berjumlah 54 orang dengan perhitungan rumus untuk Uji Korelasi Spearman. Penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik balita baik (53,7%) dan tingkat ekonomi sedang 44,4%, tinggi 9,3%. Hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik balita bermakna dengan p=0,03. Hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan perkembangan motorik balita bermakna dengan p=0,038. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga terhadap perkembangan motorik balita. Motor development in infants consists of the development of gross motor and fine motor skills. Many factors influence infant motor development. Knowledge of mother to infant motor development might and level of economic family impact on infant motor development. This study aimed to determine the relationship between mother’s knowledge and level of economic family  on motor development toddlers. This study uses cross-sectional observational method design. The population is under five years old in the clinic Kraton, Yogyakarta on May – June 2012. Sampels taken around 54 people with the calculation formula for the Spearman correlation test. This reaseach show a relationship between mother’s knowledge and toddler motor development is significan with p=0,03. And the relationship between level of economic family income to the toddler motor fdevelopment is significan with p=0,038. The conclusion is there is relationship between mother’s knowledge and level of economic family income to the toddler motor fdevelopment
Vitamin C dapat Menurunkan Terjadinya Katarak Lebih Awal Meida, Nur Shani
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 2 (2002)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v2i2.1509

Abstract

Nutrisi yang tepat dapat melindungi tubuh terhadap perkembangan katarak, terjadi pada 45% orangtua yang berusia 75 tahun. Operasi katarak adalah tindakan bedah yang paling sering dilakukan pada orangtua. Taylor dkk dalam publikasinya di Ameri¬can Journal Clinical Nutrition melaporkan penelitian tentang konsumsi vitamin C tiap hari dari diet selama 13-15 tahun, ternyata mempunyai peran bermakna dalam mencegah salahsatu tipe katarak pada wanita yang berusia kurang dari 60 tahun. Ada sejumlah 492 subyek non diabetik diambil dari Nurse ’s Health Study, yaitu sekelompok perawat di Boston yang memberikan informasi tentang diet dan kesehatannya dan diikuti sejak tahun 1976. Subyek tersebut diperiksa matanya secara detail untuk mendeteksi beberapa bentuk katarak dan informasi intake vitamin dalam jangka waktu lama diambil melalui kuesioner tentang frekuensi makan dari 1980 terus sampai 1993/1995. Kemudian mata diperiksa, ternyata 34% didapatkan bentuk “kortikal opacities” suatu bentuk umum katarak di kortek. Tigapuluh sembilan persen mata mempunyai bentuk katarak lain dengan 1/3 nya terdapat kekaburan lensa di lebih dari 1 tempat. Sebagian besar wanita mengalami opasitas lebih awal sekali dan belum mengalami gejala visual. Hubungan bermakna diamati antara umur, intake vitamin C dan prevalensi katarak. Untuk wanita kurang dari 60 tahun dengan konsumsi vitamin C sebanyak 362 mg per hari ternyata berhubungan dengan 57% risiko rendah perkembangan “kortokal opasities” dan penggunaan suplement vitamin sekurang-kurangnya 10 tahun berhubungan dengan 60% katarak subkapsul posterior menurun pada wanita yang tidak merokok dan diet tinggi folat dan karotenoid. Hasil ini membuktikan bahwa nutrien tertentu dapat menurunkan gangguan yang dialami pada masa tua. (Disarikan dari Elizabeth Horowith dalam American Journal of Clinical Nutri¬tion, tanggal 22 Februari 2002)
Hubungan antara Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta Putri, Wilanisa Amilia Rosmita; Permana, Iman
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v11i1.921

Abstract

Peningkatan angka harapan hidup terjadi sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatnya angka harapan hidup menimbulkan salah satu konsekuensi yaitu meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Pada umumnya warga lanjut usia menghadapi kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuan, sehingga kualitas hidup lanjut usia menjadi menurun. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia, sehingga hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia perlu diketahui. Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan observasional analitik menggunakan metode cross sectional, menghubungkan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada 84 orang lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta. Data diperoleh dengan cara pemberian kuesioner. Hasil analisis uji Chi Square dan Fisher Exact menunjukkan nilai signifikansi hubungan antara pendidikan dengan fungsi keluarga, pekerjaan pencari nafkah utama dengan fungsi keluarga, dan hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lanjut usia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta secara berturut-turut sebesar 0,00; 0,00; 0,00 (p 0,05). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan fungsi keluarga, terdapat hubungan antara pekerjaan pencari nafkah utama dengan fungsi keluarga, dan terdapat hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lanjut usia di Kelurahan Wirobrajan, Yogyakarta.
Efektivitas Salep Kitosan terhadap Penyembuhan Luka Bakar Kimia pada Rattus norvegicus Putri, Fitri Rizkia; Tasminatun, Sri
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v12i1.997

Abstract

Proses penyembuhan luka adalah satu respon terkoordinasi pada cedera jaringan yang menghasilkan kontraksi jaringan, penutupan luka, dan pemulihan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa salep kitosan kadar 2,5% efektif dalam mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan persentase penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kitosan terhadap gambaran histologis penyembuhan luka bakar kimia pada kulit melaui pengamatan ketebalan epitel dan jumlah fibroblas. Studi in vivo, tikus Sprague Dawley dibagi menjadi enam kelompok, kontrol tanpa perlakuan, kontrol vaselin, kontrol Bioplacenton®, salep kitosan dosis 1,25%, 2,5%, dan 5%. Punggung tikus diinduksi luka bakar derajat tiga dengan asam sulfat 75%. Formula kitosan dioleskan tiap hari sampai kriteria sembuh terkonfirmasi. Jaringan kulit yang telah sembuh dibuat preparat histologi dengan pewarnaan HE kemudian diukur ketebalan epitel dan jumlah fibroblasnya. Data dianalisis dengan ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan epitel paling tipis dihasilkan oleh salep kitosan 5% (13,31 ± 4,05) dengan nilai signifikansi (p = 0,015). Jumlah fibroblas yang paling sedikit dihasilkan oleh salep kitosan 5% (49, 80 ± 6,01 sel) dengan nilai signifikansi (p = 0,000). Penelitian ini membuktikan bahwa dosis salep kitosan terbaik adalah 5%. The process of wound healing is a set of coordinated responses to tissue injury that results in tissue contraction, closure, and restoration. Previous study had shown that chitosan ointment 2,5% is effective in promoting wound healing and increasing healing percentage. This experiment has aim to gain the chitosan effect on histological properties in chemical burn healing of skin through epithelial thickness and number of fibroblast observation. In in vivo studies, rats Sprague Dawley were divided into six groups; control without treatment, vaseline control, Bioplacenton® control, chitosan ointment dose 1.25 %, 2.5%, and 5%. A third degree burn of the backskin was performed by 75% sulfate acid. Chitosan formulations were day repeatedly applied on the burned areas until the final healing process criterias were confirmed. Healing tissue was evaluated by histology preparation with HE staining then its epithelial thickness and number of fibroblast were measured. The datas were analyzed by one way ANOVA, followed by LSD. The results indicated that the thinnest epithelial thickness was showed on chitosan 5 % (13.31 ± 4.05) with a value of significance (p=0,015). The fewest number of fibroblast is performed on chitosan 5% (49, 80 ± 6.01 cells) with a value of significance (p = 0,000). This study proved the best chitosan ointment dose is 5%.
Perbedaan Tingkat Endurance antara Pria Bertipe Kepribadian A dan Pria Bertipe Kepribadian B Bastian, Lutfia Putri; Mahanggoro, Tri Pitara
Jurnal Mutiara Medika Vol 12, No 3 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Endurance atau daya tahan menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas kerja secara terus menerus. Diartikan sama dengan kebugaran jasmani yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan kardiorespirasi merupakan faktor utama dalam kebugaran jasmani. Pengukuran daya tahan kardiorespirasi untuk kapasitas aerobik dapat dilakukan dengan cara mengukur konsumsi oksigen maksimal (VO2max) . Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat endurance antara pria bertipe kepribadian A dan pria bertipe kepribadian B. Penelitian menggunakan metode Astrand 6 minutes cycle test pada nilai VO2max dengan subyek sebanyak 60 pria yang terdiri dari 30 pria bertipe kepribadian A dan 30 pria bertipe kepribadian B. Data dianalisis menggunakan independent sample t test. Hasil penelitian didapatkan rerata nilai VO2max pada kelompok pria bertipe kepribadian A sebesar 31,8393 ± 2,14534 ml/ kg/ menit dan rerata nilai VO2max pada kelompok pria bertipe kepribadian B sebesar 36,3470 ± 3,15498 ml/ kg/ menit. Didapatkan perbedaan yang bermakna antara pria bertipe kepribadian A dan pria bertipe kepribadian B (p=0,000). Disimpulkan terdapat perbedaan tingkat endurance antara pria bertipe kepribadian A dan pria bertipe kepribadian B. Pria bertipe kepribadian A memiliki tingkat endurance yang lebih rendah dibandingkan pria bertipe kepribadian B. Endurance  is a condition that is showed continuous work capacity. Interpreted same as physical fitness is the ability of someone to complete everyday tasks without experiencing significant fatigue. Cardiorespiratory endurance is a main factor in physical fitness. Measurement of cardiorespiratory endurance for aerobic capacity can be done by measuring the maximal oxygen uptake (VO2max). The research aims to see if there are differences of endurance level between personality type A male and personality type B male. Research using the Astrand 6 minutes cycle test on the value of VO2max by as many as 60 male subjects consist of 30 male with personality type A and 30 male with personality type B. Data were analyzed using independent sample t test. Results showed the mean value of VO2max in the group personality type A male is 31.8393 ± 2.14534 ml/ kg/ min and the mean value of VO2max in the group personality type B is 36.3470 ± 3.15498 ml/ kg /min. Found significant differences between personality type A male and personality type B male (p = 0.000). The conclusion there are different levels of endurance between personality type A male and personality type B male. Male with personality type A have lower levels of endurance than male with personality type B.
Pendidikan Kesehatan Melalui Ceramah dan Konseling Kelompok pada Pekerja Pengasap Ikan sebagai Usaha Pencegahan Ispa di Semarang Sudiyono, -; Sutomo, Adi Heru; Prabandari, Yayi Suryo
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 1 (2002)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v2i1.1500

Abstract

The research was aimed to investigate the difference on the effectiveness of health education that was done through speech method supported by poster and through group counseling method supported by poster, in order to im¬prove the knowledge, attitude and behavior of fish fumigation workers in the effort of ARI prevention in Semarang. It was Quasi experimental with Nonequivalent Control Group Design with Pre Test and Post Test. There were 60 subjects chosen that based on inclusion criteria were divided into two groups: 30 workers (treatment group) whom given poster speech method and 30 others (control group) whom given poster counseling method. The result of data analysis which used pair t-test and McNemar test, showed that: 1) poster speech method and poster counseling method could improve the knowledge and attitude offish fumigation workers in preventing of ARI: 2) poster counseling method could show the behavior changes of fish fumiga¬tion workers in preventing of ARI and 3) poster speech method could not show the behavior changes of fish fumigation workers in preventing ARI. The effectiveness test of both methods which was done by using indepen¬dent t-test and Chi-Square test showed that there was no difference between both health education methods in influencing the knowledge, attitude and behavior offish fumigation workers in preventing ARI. Indeed, the result showed that both had similar influence in improving the knowledge, attitude and be¬havior of fish fumigation workers in prevention of ARI disease.Penelitian ini ditujukan untuk meneliti perbedaan efektivitas penyuluhan kesehatan fmm dilakukan melalui metode ceramah dengan poster dan melalui kelompok Ibffisdmg dengan poster dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku a pengasap ikan dalam upaya pencegahan ISA di Semarang. Bentuk penelitian adalah eksperimen semu dengan desain kelompok kontrol no-ekivalent dengan pre¬test izn postest. Sejumlah 60 subyek dipilih berdasarkan kriteria inklusi dibagi menjadi 1 pdtaeipok: 30 pekerja (kelompok perlakuan) yang diberikan metode ceramah dengan posterdan 30 lainnya (kelompok kontrol) yang diberikan metode konseling dengan nHftor. Hasil data analisis yang menggunakan uji t berpasangan dan tes McNemar reennnjukkan bahwa: l)metode ceramah dengan poster dan metode konseling poster dapat memperbaiki pengetahuan dan sikap pekerja pengasap ikan dalam pencegahan ISPA; 2) metode konseling dengan poster dapat menunjukkan perubahan perilaku cari pekerja pengasap ikan dalam pencegahan ISPA dan 3) metode ceramah dengan poster tidak dapat menunjukkan perubahan perilaku dari pekeija pengasap ikan dalam pencegahan ISPA. Uji efektivitas dari kedua metode tersebut yang dilakukan dengan menggunakan uji t tidak berpasangan dan tes X kuadrat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kedua metode penyuluhan tersebut dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku dari pekerja pengasap ikan dalam pencegahan ISPA. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan bahwa keduanya mempunyai pengaruh j mg serupa dalam memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku pekerja pengasap dalam upaya pencegahan penyakit ISPA.
Perbedaan Angka Trombosit pada Pasien DHF Setelah Pemberian Transfusi PRP (Platelet Rich Plasma) dengan TC (Thrombocyte Concentrate) Sumantri, Triandari; Suryanto, -
Jurnal Mutiara Medika Vol 11, No 3 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Trombositopeni merupakan salah satu kriteria yang dikemukakan WHO sebagai diagnosis klinis DHF. Salah satu bentuk penanganan DBD adalah dengan cara pemberian transfusi trombosit. Sediaan transfusi trombosit ada dua macam yaitu PRP (Platelet Rich plasma) dan TC (Thrombocyte Concentrate) . Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka trombosit pada pasien DHF setelah pemberian transfusi Platelet Rich Plasma (PRP) dengan Thrombocyte Concentrate (TC) di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Data diperoleh dari bagian Rekam Medik RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode 1 Januari 2009 – 31 Mei 2010. Data yaitu angka trombosit pada pasien DHF sebelum dan sesudah diberikan transfusi PRP ataupun TC. Didapatkan 97 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini. Dari penelitian ini didapatkan hasil uji statistik dengan Mann-Whitney test didapatkan nilai p = 0,739. Nilai p > 0 ,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan angka trombosit antara pemberian transfusi PRP dengan TC pada pasien DHF.
Hubungan Ekspresi p53 dengan Prognosis Hasil Terapi Radiasi pada Karsinoma Nasofaring Tejosukmono, Ario; Suharto, Agus
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 3 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v12i3.1029

Abstract

Pada karsinoma terjadi peningkatan proliferasi sel dibanding dengan apoptosis sel, sehingga sel akan tumbuh lebih banyak dari jumlah normalnya. Pada kondisi homeostasis, untuk dapat mengatur jumlah sel pada tubuh manusia, mekanisme utama tubuh adalah dengan menghasilkan p53. Protein p53 sebagai protein penghambat tumor mengaktifkan pembentukan p21 yang berperan untuk aktivasi beberapa komplek kinase tergantung siklin dan memutus siklus pembelahan sel. Tujuan penelitian ini untuk analisis hubungan ekspresi p53 terhadap prognosis radioterapi pada karsinoma nasofaring dengan metode retrospektif. Ekspresi p53 telah dicat imunohistokimia dan dianggap positif bila jumlah sel tumor positif lebih dari 10% dan dianalisis hubungan ekspresi p53 dengan prognosis pada pasien karsinoma nasofaring dengan radioterapi. Hasil penelitian menunjukkan dari 43 Pasien karsinoma nasofaring dengan terapi radiasi terdapat 8 orang (18,6%) meninggal selama perawatan. Berdasarkan jenis kelamin, 74,42% pasien adalah laki-laki dan 25,58% wanita. Kelompok usia 51 sd 60 tahun adalah yang terbanyak yaitu sebesar 14 kasus (32,56%). Terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi p53 dengan prognosis hasil terapi radiasi pada karsinoma nasofaring p = 0,000 (p 0,05). Disimpulkan bahwa ekspresi p53 yang positif akan memberikan prognosis yang lebih baik terhadap hasil terapi radiasi pada karsinoma nasofaring. In the cancer condition, there is increasing of cell proliferation than apoptosis, so cell will grow rapidly than normal. In normal homeostatic, to set the amount of the cells in human body, the primary body mechanism is producing gene p53. The p53 as protein cancer suppressor activate p21 that role to activate some of complex kinase  based on cyclin and cut mitosis cycle. The aims of this research to analyze relation p53 expression with prognosis of radiotherapy in nasofaringeal carcinoma using retrospective method. P53 expression strained by imunohistochemistry and considered positive if we find greater than 10% positif cell tumor then analyzed relation p53 expression with prognosis of radiotherapy in nasofaringeal carcinoma. The result shows from 43 patient nasofaringeal carcinoma with radiotherapy there are 8 patient (18,6%) died. 74,42% patient are male and 25,58% are female. 51-60 years old group is 14 cases (32,56%). There was significant correlation between prognosis and p53 expression p= 0,000 (p 0,05). The conclusion is that positive p53 expression will give a better prognostic for nasofaringeal carcinoma with radiotherapy.
Efektifitas Bacillus Thuringiensis yang Diisolasi dari Sampel Tanah di Yogyakarta Terhadap Larva Culex Quinquefasciatus Invitro Suryani, Lilis
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 8, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v8i2.1479

Abstract

Filariasis disease is a public health problem, especially in rural areas. One kinds of mosquitoes that transmited it is Culex quinquefasciatus. Since 1972 chemical insecticides has been usedfor vector control in Indonesia. However, in 1987 it was reported that there are many areas has been resistant against chemical insecticides. Bacillus thuringiensis is a gram positif bacteria, rod, aerobic and spore shape. There are many strain of this bacteria produces a toxic protein to insect. This research try to reveal the effectivity of Bacillus thuringiensis soil isolate from Yogyakarta, Bantul, Sleman, Kulonprogo and Wonosari area, as larvacide against Culex quenquefasciatus. This study is an experimental laboratory, as subject research is Bacillus thuringiensis which tested its pathogenecity against Culex quinquefasciatus larvae . The result of this study shows that Bacillus thuringiensis soil isolate from Wonosari has a high effectivity as larvacide against Culex quinquefasciatus with pathogenecity activity 100%, Bacillus thuringiensis soil isolate from Sleman has a low effectivity with pathogenecity activity 38,7%. It is conduced that Bacillus thuringiensis isolate Wonosari has a high effectivity as larvacide against Culex quinquefasciatus larvae.Penyakit filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah rural. Salah satu j enis nyamuk yang menularkan penyakit ini adalah Culex quinquefasciatus. Sej ak tahun 1972 insektisida kimiawi telah banyak digunakan untuk pengendalian vektor di Indonesia. Namun pada tahun 1987 dilaporkan di beberapa daerah telah terjadi resistensi nyamuk vektor terhadap beberapa jenis insektisida kimiawi. Bacillus thuringiensis adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Penelitian ini mencoba mengungkapkan efektifitas Bacillus thuringiensis yang diisolasi dari sampel tanah di daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi wilayah Bantul, Sleman, Kota Yogyakarta, Wonosari dan Kulonprogo sebagai larvasida Culex quinquefasciatus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium, dengan subyek penelitian berupa kuman ito7/ws thuringiensis yang diuji patogenesitasnya terhadap larva Culex quinquefasciatus, sebagai pembanding digunakan bakteri standar Bacillus thuringiensis H-14. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis isolat Wonosari memiliki efektifitas yang tinggi sebagai larvasida terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus dengan daya patogenesitas 100%. Bacillus thuringiensis isolat Sleman memiliki efektifitas yang rendah sebagai larvasida terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus dengan daya patogenesitas 38,7%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Bacillus thuringiensis isolat Wonosari memiliki efektifitas tinggi sebagai larvasida terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus.
Efek Pemberian N-Acetylcysteine Oral terhadap Kadar hsCRP Serum pada Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis Prasetyo, Diding Heri; Agung S, -; Wachid P, -; Bambang P, -
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v11i2.936

Abstract

Inflamasi dan stres oksidatif merupakan faktor risiko kardiovaskuler pada pasien chronic kidney disease (CKD).N-asetilsistein (NAS) mengandung thiol sebagai antioksidan yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan memperlihatkan penurunan angka kejadian kardiovaskuler pada pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan menentukan efek NAS oral (2 x 600 mg/hari) terhadap kadar petanda inflamasi pada pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Perlakuan diberikan selama 8 minggu pada 32 pasien (80% laki-laki, usia 42±7 tahun) yang menjalani regular CAPD. Sebelum perlakuan pasien dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 16 pasien.Sitokin proinflamasi (high-sensitivity Creactive protein/hsCRP) diukur sebelum dan sesudah perlakuan dengan NAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian NAS, secara bermakna menurunkan kadar hsCRP (-1,50±1,32 vs 0,56±1,25 pg/mL, p 0,001) dibandingkan kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa pemberian NAS peroral mampu menurunkan kadar hsCRP pasien CAPD.

Page 1 of 91 | Total Record : 909


Filter by Year

2001 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 1 (2024): January Vol 23, No 2 (2023): July Vol 23, No 1 (2023): January Vol 22, No 2 (2022): July Vol 22, No 1 (2022): January Vol 21, No 2 (2021): July Vol 21, No 1 (2021): January Vol 21, No 1: January 2021 Vol 20, No 2 (2020): July Vol 20, No 2: July 2020 Vol 20, No 1: January 2020 Vol 20 No 1: January 2020 Vol 20, No 1 (2020): January Vol 19 No 2: July 2019 Vol 19, No 2: July 2019 Vol 19, No 2 (2019): July Vol 19, No 1 (2019): January Vol 19 No 1: January 2019 Vol 19, No 1: January 2019 Vol 18 No 2: July 2018 Vol 18, No 2: July 2018 Vol 18, No 2 (2018): July Vol 18, No 1: January 2018 Vol 18 No 1: January 2018 Vol 18, No 1 (2018): January Vol 17 No 2: July 2017 Vol 17, No 2: July 2017 Vol 17, No 2 (2017): July Vol 17, No 1: January 2017 Vol 17 No 1: January 2017 Vol 17, No 1 (2017): January Vol 16, No 2: July 2016 Vol 16, No 2 (2016): July Vol 16 No 2: July 2016 Vol 16 No 1: January 2016 Vol 16, No 1 (2016): January Vol 16, No 1: January 2016 Vol 15, No 2 (2015): July Vol 15, No 2 (2015) Vol 15, No 2 (2015) Vol 15, No 1 (2015): January Vol 15, No 1 (2015) Vol 15, No 1 (2015) Vol 14, No 2 (2014) Vol 14, No 2 (2014): July Vol 14, No 1 (2014) Vol 14, No 1 (2014): January Vol 14, No 1 (2014) Vol 13, No 3 (2013) Vol 13, No 3 (2013) Vol 13, No 2 (2013) Vol 13, No 2 (2013) Vol 13, No 1 (2013) Vol 13, No 1 (2013) Vol 12, No 3 (2012) Vol 12, No 3 (2012) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 11, No 3 (2011) Vol 11, No 3 (2011) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 2 (s) (2009) Vol 9, No 2 (s) (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 9, No 1 (s) (2009) Vol 9, No 1 (s) (2009) Vol 8, No 2 (2008) Vol 8, No 2 (2008) Vol 8, No 2 (s) (2008): Oktober Vol 8, No 2 (s) (2008) Vol 8, No 2 (s) (2008): Juli Vol 8, No 1 (S) (2008): Januari Vol 8, No 1 (2008) Vol 8, No 1 (s) (2008): April Vol 8, No 1 (s) (2008) Vol 8, No 1 (2008) Vol 7, No 2 (s) (2007): Oktober Vol 7, No 2 (s) (2007): Juli Vol 7, No 2 (s) (2007) Vol 7, No 2 (2007) Vol 7, No 2 (2007) Vol 7, No 1 (2007) Vol 7, No 1 (s) (2007) Vol 7, No 1 (2007) Vol 7, No 1 (s) (2007) Vol 6, No 2 (2006) Vol 6, No 2 (2006) Vol 6, No 1 (2006) Vol 6, No 1 (2006) Vol 5, No 2 (2005) Vol 5, No 2 (2005) Vol 5, No 1 (2005) Vol 5, No 1 (2005) Vol 4, No 2 (2004) Vol 4, No 2 (2004) Vol 4, No 1 (2004) Vol 4, No 1 (2004) Vol 3, No 2 (2003) Vol 3, No 2 (2003) Vol 3, No 1 (2003) Vol 3, No 1 (2003) Vol 2, No 2 (2002) Vol 2, No 2 (2002) Vol 2, No 1 (2002) Vol 2, No 1 (2002) Vol 1, No 2 (2001) Vol 1, No 2 (2001) More Issue