cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 203 Documents
ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN TRAKTOR CATERPILLAR D7G DI HUTAN ALAM TROPIKA BASAH PT INHUTANI II, KALIMANTAN UTARA MUHDI, MUHDI
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas dan biaya penyaradan kayu dengan traktor Catterpillar D7G dengan teknik reduced impact logging (RIL) dan konvensional di hutan alam tropika, Kalimantan Utara.  Hasil penelitian menunjukkan produktivitas penyaradan kayu dengan traktor Catterillar D7G dengan teknik konvensional sebesar 21,78 m3/jam dan dengan teknik RIL sebesar 26,79 m3/jam. Biaya penyaradan dengan traktor Catterpillar D7G dengan teknik konvensional dan RIL masing-masing sebesar Rp 10.597,19/m3 dan Rp 8.695,39/m3.
Produksi Buah Tengkawang Pada Beberapa Topografi dan Dimensi Pohon Supartini, Supartini; Fajri, Muhammad
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui produksi buah Tengkawang pada beberapa topografi dan dimensi pohon. Lokasipenelitian di Dusun Sanke, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Sampel buah yang diteliti diambil dari Shorea macrophylla dan S. stenoptera sebanyak 15 pohon dengan 5 ulangan. Data dianalisis dan diklasifikasikan berdasarkan topografi (lembah, lereng dan bukit) dan dimensi pohon (diameter, tinggi dan lebar tajuk). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan produksi buah Tengkawang di lembah (438 kg/pohon) berbeda nyata dibandingkan di lereng (231 kg/pohon) dan bukit (248 kg/pohon). Produksi buah tertinggi berdasarkan kelas diameter, tinggi total dan lebar tajuk masing-masing terdapat pada kelas diameter 91 – 100 cm (463 kg/pohon), kelas tinggi 41 –50 m (399 kg/pohon) dan kelas lebar tajuk 30 – 39 m (343 kg/pohon). Produksi buah Tengkawang semakin rendah pada areal yang memiliki topografi dengan kelerengan yang lebih besar. Produksi buah Tengkawang semakin tinggi dengan bertambahnya diameter dan lebar tajuk pohon. Di lain pihak, produksi buah Tengkawang semakin rendah dengan bertambahnya tinggi pohon.
Kondisi Tempat Tumbuh Pohon Keruing (Dipterocarpus spp) di Kawasan Ekowisata Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara Sari, Nilam
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tempat tumbuh pohon Keruing (Dipterocarpus spp) di Kawasan Ekowisata Taman Nasional Gunung Leuser. Inventarisasi pohon dari marga Dipterocarpus dilakukan pada plot pengamatan berukuran 100 m x 100 m, selanjutnya dibuat petak ukur (PU) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20 m x 20 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon dari Marga Dipterocarpus ditemukan 3 jenis, yaitu D. constulatus sebanyak 6 pohon (4,58%), D. elongatus Korth sebanyak 4 pohon (3,05%) dan D. haseltii sebanyak 5 pohon (3,82%). Indeks Nilai Penting terlihat untuk pohon jenis D. constulatus mempunyai INP 17,82%, D. elongatus Korth mempunyai INP 10,86% dan D. haseltii mempunyai INP terendah, yaitu 9,32%. Berdasarkan kelerengan jenis pohon D. constulatus tumbuh pada kelas kelerengan 16-25%, 26-40% dan >40%, jenis pohon D. elongatus Korth tumbuh pada kelas kelerengan 26-40% dan jenis pohon D. haseltii tumbuh pada kelas kelerengan 26-40%, hal ini memberikan gambaran bahwa ketiga jenis tersebut mampu tumbuh pada kelas kelerengan yang ekstrim. pH tanah pada lokasi pengamatan berkisar 3,8 – 4,8 (sangat asam). Pada kondisi demikian jenis pohon D. constulatus, D. elongatus Korth dan D. haseltii tumbuh sangat sedikit, bahkan tidak dominan dari jenis-jenis lainnya.
DINAMIKA KARBON HUTAN ALAM DIPTEROKARPA DATARAN RENDAH DALAM SISTEM SILVIKULTUR TPTI BARU DI KALIMANTAN TENGAH Indrajaya, Yonky
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Laju degradasi hutan alam berkontribusi cukup besar terhadap tingginya emisi karbon yang terjadi di Indonesia. Perubahan sistem silvikultur TPTI dengan penurunan daur tebangan dan diameter yang dapat ditebang berpotensi untuk meningkatkan degradasi hutan alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika cadangan karbon yang terjadi pada hutan alam produksi apabila dilakukan kegiatan pembalakan dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks transisi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) karbon tersimpan dalam biomassa hutan yang dikelola dengan sistem TPTI baru dengan daur 30 tahun lebih rendah dibandingkan karbon tersimpan dalam biomassa hutan yang dikelola dengan sistem TPTI lama dengan daur 36 tahun, dan (2) peningkatan intensitas tebangan menyebabkan perbedaan karbon tersimpan dalam biomassa yang semakin tinggi antara sistem TPTI lama dan baru.
Sifat Kimia dari Kayu Shorea Retusa, Shorea Macroptera, dan Shorea Macrophylla Yunanta, Rohmatus Rizqy Kisna; Lukmandaru, Ganis; Fernandes, Andrian
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kayu meranti merah berpotensi sangat tinggi untuk digunakan sebagai alternatif bahan baku industri. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, kayu meranti merah perlu diketahui sifat dasarnya, diantaranya sifat kimia kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sifat kimia pada tiga jenis kayu meranti merah kurang dikenal. Pohon yang dipakai dalam penelitian ini adalah Shorea retusa (SR) dan Shorea macroptera (ST) yang didapat dari PT. Hutan Sanggam Labanan Lestari, Berau, Kalimantan Timur, dan Shorea macrophylla (SP) yang didapat dari PT. Sari Bumi Kusuma, Seruyan, Kalimantan Tengah. Analisis kimia yang dilakukan mengacu pada standar ASTM. Dari hasil penelitian didapatkan kadar ekstraktif etanol-toluena (KEET), air dingin (KEAD), dan air panas (KEAP) secara berurutan adalah 1,47%-16,09%, 1,37%-6,91%, 1,55%-8,14%. Kadar holoselulosa, alfa-selulosa, dan lignin secara berurutan adalah 63,16%-75,16%, 39,70%-48,33%, 24,35%-35,95%. Kemudian kelarutan dalam NaOH 1%, kadar abu, dan nilai pH secara berurutan adalah 19,33%-39,56%, 0,02%-1,40%, 4,59-8,39. Kadar alfa-selulosa, lignin, dan nilai pH tertinggi terdapat i pada SR, sedangkan KEAD, KEAP, dan kelarutan dalam NaOH 1% tertinggi diperlihatkan oleh ST. Selain itu, kadar holoselulosa dan abu tertinggi ditunjukkan oleh SP. Kadar holoselulosa dan kadar abu cenderung meningkat dari kayu teras ke kayu gubal pada variasi radial. Secara keseluruhan variasi aksial, KEET, KEAP, holoselulosa, lignin, dan kelarutan dalam NaOH 1% cenderung meningkat dari bagian pangkal ke ujung.
KAJIAN PELAKSANAAN PELELANGAN KAYU MERANTI DI KALIMANTAN TIMUR Wiati, Catur Budi
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebijakan pelelangan kayu termasuk kayu meranti telah mengalami beberapa kali perubahan dari SK Menhut No. 319/Kpts-II/1997 direvisi menjadi Permenhut No. P.02/Menhut-II/2005, dan yang terakhir menjadi Permenhut No. P.48/Menhut-II/2006, dengan harapan dapat mempercepat proses pelelangan kayu. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pelelangan kayu meranti di Kalimantan Timur sekaligus untuk mengetahui permasalahan yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah memperoleh pendapatan sekitar Rp 35 milyar pada tahun 2006 dan Rp 17 milyar pada tahun 2007 dari hasil pelelangan kayu termasuk meranti di KPKNL Samarinda. Nilai ini tidak termasuk nilai lelang barang-barang bukan kayu seperti kapal  motor dan truk. Namun demikian pelaksanaan pelelangan kayu di Kalimantan Timur masih tidak berjalan maksimal karena ketiadaan pendanaan untuk menangani masalah illegal logging, terbatasnya jumlah PPNS di  institusi kehutanan dan lemahnya koordinasi antar institusi yang menangani pelelangan kayu.
SIFAT KIMIA DAN WARNA KAYU KERUING, MERSAWA, DAN KAPUR Lukmandaru, Ganis; Fatimah, Siti; Fernandes, Andrian
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia dan warna kayu keruing (Dipterocarpus humeratus), mersawa (Anisoptera laevis) dan kapur (Dryobalanops keithii) yang sampai saat ini relatif belum banyak diketahui. Sampel pohon diperoleh dari hutan Muara Wahau, Kalimantan Timur. Bagian gubal dan teras diperoleh dari bagian pangkal pohon. Pengujian komponen kimia mengacu pada standar ASTM. Pengukuran warna dilakukan melalui sistem koordinat CIELAB. Hasil pengukuran kadar ekstraktif di 3 spesies pada nilai kadar ekstraktif etanol-toluena (KEET) menunjukkan kisaran pada kayu bagian gubal (KG) 2,37-4,60 % dan teras (KT) 2,58-4,81 %, kelarutan dalam air panas (KAP) sebesar 2,14-6,49 % (KG) dan 1,14-5,77 % (KT), kadar kelarutan dalam air dingin (KAD) adalah 1,61-6,39 % (KG) dan 1,06-3,26 % (KT). Kecenderungan dari gubal ke teras menunjukkan adanya kenaikan nilai KEET, dan penurunan nilai KAP dan KAD. Pengukuran komponen dinding sel pada kadar lignin berkisar 27,39 – 33,29 % (KG) dan 25,77- 34,19 % (KT), kadar holoselulosa berkisar 70,50-73,73 % (KG) dan 65,94-74,84% (KT), sedangkan kadar α-selulosa berkisar 45,83-49,62 % (KG) dan 44,23-52,32 % (KT). Dari gubal ke teras, perbedaan nilai kadar lignin dan selulosa relatif kecil. Kelarutan dalam NaOH 1 % berkisar 12,06-17,07 (KG) dan 11,85-20,79 % (KT), kadar abu sekitar 0,72-3,64 % (KG) dan 0,74-4,73 % (KT), sedangkan nilai pH berkisar 5,56-8,02 (KG) dan 7,09-7,96 (KT). Untuk sifat warna, kisaran nilai indeks kecerahan (L*), kemerahan (a*), dan kekuningan (b*) pada bagian gubal adalah 48-53, 6-11, dan 9-20, secara berturutan,, sedangkan pada bagian teras masing-masing 40-49, 9-16, dan 14-18.
Serangan Kumbang Pemakan Daun Tanaman Jenis Dipterokarpa di PT Inhutani II, Pulau Laut, Kalimantan Selatan Ngatiman, Ngatiman; Armansah, Armansah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman jenis dipterokarpa (Shorea leprosula dan S. ovalis) di areal hutan PT Inhutani II, Pulau Laut, Kalimantan Selatan diserang kumbang (Scarabaeidae, Coleoptera) yang mengakibatkan tajuk tanaman menjadi gundul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi dan intensitas serangan kumbang pada tanaman S. leprosula dan S. ovalis. Untuk maksud tersebut dibuat jalur pengamatan pada beberapa petak tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi serangan kumbang berkisar 97,5 – 100,0% dengan intensitas serangan berkisar 28,9 – 62,8%. Selain kumbang menyerang tanaman S. leprosula dan S. ovalis, juga ditemukan menyerang daun S. johorensis, Duabanga molluccana dan Arthocarpus anysophyllus yang tumbuh secara alami.
Ciri Morfologi dan Mikroskopis Vatica Sarawakensis Heim Saridan, Amiril
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian besar jenis dipterokarpa tumbuh di hutan campuran dataran rendah dan bernilai ekonomi tinggi. Salah satu jenis tersebut adalah Vatica sarawakensis Heim yang tumbuh secara tersebar pada tanah berlempung di daerah perbukitan, termasuk jenis yang terancam punah (endangered) pada Red List IUCN tahun 2013, sehingga tidak diizinkan untuk ditebang. Kesalahan penebangan pohon dapat dihindari dengan mengetahui ciri morfologi pohon, sedangkan kesalahan dalam penggunaan kayu dapat dicegah dengan mengamati ciri makroskopis dan mikroskopis kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri morfologi dan makroskopis serta mikroskopis V. sarawakensis Heim. Pohon uji berasal dari IUPHHK-HA PT Gunung Gajah Abadi, Muara Wahau, Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa V. sarawakensis Heim merupakan pohon berukuran sedang, kulit memiliki gelang dengan diameter pangkal batang mencapai 30 cm, tidak berbanir, tinggi total mencapai 17 meter, tinggi bebas cabang 12 meter, lebar tajuk 6 meter. Dari pohon yang ditemukan, diambil contoh material herbariumnya selanjutnya diidentifikasi di Herbarium Wanariset Samboja. Ciri makroskopis V. sarawakensis Heim, saat segar kayu teras berwarna kuning kecoklatan dan kayu gubalnya berwarna putih kekuningan. Saat kering, bagian kayu gubal dan teras tidak dapat dibedakan karena keduanya berwarna putih kekuningan. Kesan raba halus. Arah serat lurus. Secara mikrokopis V. sarawakensis tidak memiliki batas lingkaran tumbuh yang jelas. Berpori tata lingkar baur dengan pembuluh tersusun secara radial dan diagonal, pembuluh ada yang tunggal dan ada yang bergerombol hingga empat buah pembuluh. Perforasi sederhana. Ceruk antar pembuluh seperti tangga. Jari-jari monoseriate dan multiseriate (2-8). Parenkim aksial vasisentrik dan kadang menghubungkan 2 hingga 3 pembuluh. Dinding serat sangat tebal.
KAJIAN TEMPAT TUMBUH JENIS SHOREA SMITHIANA, S. JOHORENSIS DAN S. LEPROSULA DI PT. ITCI HUTANI MANUNGGAL, KALIMANTAN TIMUR Sari, Nilam; Karmilasanti, Karmilasanti
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji tempat tumbuh dari family Dipterokarpa, yaitu jenis Shorea smithiana, S. johorensis dan S. leprosula. Pembuatan 3 plot penelitian di dalam 1 hektar berbentuk bujur sangkar dengan jalur-jalur inventarisasi selebar 20 meter jarak datar. Dari hasil penelitian pada ketiga plot pengamatan menunjukkan jenis S. smithiana, S. johorensis dan S. leprosula memiliki Indeks Nilai Penting (INP) yang cukup dominan dari jenis-jenis lainnya dan mampu tumbuh pada kelas kelerengan yang ekstrim. Ketiga jenis tersebut hidupnya lebih cenderung kearah individualis atau tidak berkelompok dan ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Dari hasil analisa tanah tempat tumbuh, memperlihatkan sifat fisik tanah yang baik terutama bulk density, pori total, kadar air tanah dan tekstur tanahnya. Sifat kimia juga terlihat cukup subur. Tipe iklim mikro seperti suhu udara dan kelembaban termasuk kategori sedang, dengan intensitas cahaya dan curah hujan tahunan yang tinggi.

Page 2 of 21 | Total Record : 203


Filter by Year

2007 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue