cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
abied76@gmail.com
Editorial Address
Street Pramuka 156. Po. Box. 116 Ponorogo 63471, East Jawa, Indonesia
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
MUSLIM HERITAGE: JURNAL DIALOG ISLAM DENGAN REALITAS
ISSN : 2502535X     EISSN : 25025341     DOI : 10.21154/muslimheritage
Core Subject : Humanities, Art,
Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas, is a double-blind peer-reviewed academic journal published by the Postgraduate of State Islamic Institute (IAIN) Ponorogo. The journal is a semi-annual publication publishing two issues (June and December) each year. It strives to strengthen transdisciplinary studies on issues related to Islam and Muslim societies. Its principal concern includes Islamic education, Islamic law, and Islamic economic. The journal reserves as a knowledge exchange platform for researchers, scholars, and authors who dedicate their scholarly interests to expand the horizon of education, law,and economic.
Arjuna Subject : -
Articles 151 Documents
TUJUAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS (Isu Dan Strategi Pengembangan Pendidikan Islam) Muhammad Zaim
Muslim Heritage Vol 4, No 2 (2019): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v4i2.1766

Abstract

Dari begitu besarnya perhatian Islam terhadap pendidikan, tentu agama Islam memiliki tujuan dan alasan tersendiri terhadap permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan memaparkan tujuan agama Islam menyuruh umatnya memperhatikan pendidikan. Dimana di dalam memaparkannya mengambil dari ayat-ayat tentang tujuan pendidikan, kemudian dijelaskan dengan tidak mengambil dari satu kitab tafsir saja, tapi menghubungkan dari beberapa kitab tafsir. Dan juga mengumpulkan bebrapa hadits yang berkaitan dengan dengan tujuan pendidikan sebagai pemahaman komperenship terhadapatujuan pendidikan dalam Islam. Dalam analisisnya tak lupa berbagai penapat cendikiawan muslim menjadi perbandingan dan penambah khazanah kajian tujuan pendidikanIslam ini. Begitu juga berbagai pandangan tokoh pendidikan modern barat juga menjadi komparasi dalm kajian tujuan pendidikan perspektif al-Quran dan Hadits
Analisis Kepuasan Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan Syariah di Surya Mart Ponorogo 2019 Arif Dwi Septian
Muslim Heritage Vol 5, No 1 (2020): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.57 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v5i1.1983

Abstract

Perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengevaluasi tingkat kepuasan pelanggan dan evaluasi kualitas pelayanan. Oleh karena itu, setiap perusahaan menyadari agar dapat bersaing dalam dunia perdagangan yang ketat saat ini, perusahaan membutuhkan evaluasi tingkat kepuasan pelanggan dan evaluasi kualitas pelayanan. Penelitian ini bertujuan (1) mengevaluasi Surya Mart Ponorogo dalam memprioritaskan atribut-atribut kualitas pelayanan syariahnya (2) menunjukkan atribut-atribut kualitas pelayanan syariah yang menjadi prioritas utama agar ditingkatkan (3) menunjukkan nilai tingkat CSI kepuasan pelanggan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan objek penelitian di Surya Mart Ponorogo. Data-data diuji dengan uji validitas dan reliabilitas kemudian dianalisis dengan IPA (Importance Performance Analysis), Diagram Kartesius dan CSI (Customer Satisfaction Index). Penelitian ini menghasilkan tiga temuan. Pertama, hasil analisis IPA (Importance Performance Analysis) pada tingkat kesesuaian maka didapatkan urutan prioritas kesenjangan atau gap sebagai berikut: Prioritas ke 1, KPT/S 10 dengan nilai 83,09%; dan yang terakhir ke 18, KPT/S 2 dengan nilai 93,48%.  Kedua, dari hasil analisis Diagram Kartesius atribut yang masuk dalam kuadran A (prioritas utama) yaitu atribut kualitas pelayanan syariah nomer 4, 9, 13, 14, 17, dan 18. Ketiga, nilai tingkat kepuasan pelanggan pada kualitas pelayanan syariah pada Surya Mart Ponorogo menurut analisis CSI yaitu 75,2% yang artinya pelanggan merasa puas. 
Pemahaman PNS Lulusan Pondok Pesantren Tentang Kewajiban Zakat Profesi Perspektif Sosiologi Pengetahuan Hanik Fitriani
Muslim Heritage Vol 1, No 1 (2016): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.871 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v1i1.387

Abstract

Abstract: The idea of profession alms is a relatively novelty in Indonesian Islamic societies. In Indonesia, the government officials who are graduates of boarding school really know that the Koran, Hadith, and religious textbooks, which they have learned, do not require profession alms. So they consider profession alms as an unknown duty in Islam. But in reality, the profession alms has been charged by the government to them directly deducted monthly from their salaries. This study examines the attitude of government employees who are graduates of the boarding school on the obligations of profession alms with the main question “why they finally fulfill alms profession”. The answers will be sought with the perspective of the sociology of knowledge. This perspective is used to reveal which human knowledge is most decisive for his actions. This research has resulted in findings, using the Karl Mannheim’s relationism theory, that the subordination of government employees graduated from boarding school to to pay profession alms is dominated by power relation. Here knowledge has been used as instrument of power to determine a rule that must effectively apply.Abstrak: Zakat profesi merupakan wacana baru yang berkembang di masyarakat. Para pegawai negeri sipil (PNS) lulusan pondok pesantren memahami bahwa kewajiban zakat profesi tidak dibahas dalam al-Qur’an, Hadith, dan literatur salaf. Dalam konteks ini, peraturan pemerintah yang menetapan kadar zakat profesi sebesar 2,5%, yang langsung dipotongkan dari gaji PNS setiap bulannya, mendapat tanggapan kontroversial dari sebagian kalangan PNS lulusan pondok pesantren karena belum menemukan dasar yang kuat. Penelitian ini akan mengkaji terkait pandangan PNS lulusan Pondok pesantren mengenai kewajiban zakat profesi, serta landasan PNS tersebut dalam menjalankan kewajiban membayar zakat profesi. Penelitian ini menghasilkan temuan, Pertama, PNS lulusan pondok pesantren menganggap bahwa relasionisme antara PNS lulusan pondok pesantren merupakan implementasi konsep relasionisme Karl Mannheim, buktinya bahwa pengetahuan tentang zakat profesi dimunculkan oleh pemerintah sebagai penguasa. Kedua, Dasar ketundukan PNS lulusan pondok pesantren tetap patuh membayar zakat profesi didominasi oleh relasi kekuasaan dan pengetahuan, pemerintah yang memiliki kekuasaan memiliki kekuatan untuk mengikat PNS sebagai masyarakat. Pengetahuan sebagai alat yang digunakan oleh kekuasaan untuk menentukan sebuah peraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. 
Akibat Hukum Dalam Praktik Nikah Sirri Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Sakirman Sakirman
Muslim Heritage Vol 2, No 1 (2017): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v2i1.1046

Abstract

Abstract: Nikah sirri (unregistered marriage) is still a crucial issue that can not be solved. On one side, it is permissible based on religious context. On the other side, it must going through a strict procedure based on marriage act context. This article reviews the legal consequences of unregistered marriage. In the perspective of positive law in Indonesia, a marriage for Moslems, not only must be done under Islamic law, but also must be held in front of and must be registered by the Marriage Registry Officer under law and regulation. Marriage which does not comply those conditions has no legal power (vide Ps. 2 UU No.1 / 1974 jo. Ps.2 (1) PP. 9/1975). In reality, not all Moslems in Indonesia meet those conditions under law and regulation, so that there are still some Moslems with various reasons doing unregistered marriage.Abstrak: Nikah Sirri masih menjadi masalah krusial yang tidak dapat dipecahkan. Disatu sisi secara teks agama nikah sirri diperbolehkan, disisi yang lain, nikah sirri dalam konteks undang-undang perkawinan harus melalui prosedur yang ketat. Artikel ini akan mengulas tentang akibat hukum nikah sirri. Dalam perspektif hukum positif di Indonesia, perkawinan atau pernikahan bagi umat Islam, di samping harus dilakukan menurut hukum Islam, juga setiap perkawinan wajib dilangsungkan di hadapan dan dicatat oleh Pejabat Pencatat Nikah menurut peraturan perundang-undangan. Perkawinan yang tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum (vide Ps. 2 UU No.1/1974 jo. Ps.2 (1) PP. No.9/1975). Pada kenyataannya tidak semua umat Islam Indonesia mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, sehingga masih ada di antara masyarakat muslim dengan berbagai alasan melakukan pernikahan sirri.
Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Mutu Budaya Organisasi ZM Abid Mohammady
Muslim Heritage Vol 2, No 2 (2017): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.247 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v2i2.1118

Abstract

Abstract: In the context of Indonesia, the quality of education seems to be something taboo to talk about, however, according to researchers the quality of education in Indonesia is very apprehensive. It is necessary for the role of headmaster and special efforts in developing a quality education institution through organizational culture as a value system that is understood, imbued, run jointly by members of the organization as a system of meaning or guidance for the organizers. This study aims to describe the three roles and impacts role of the headmaster role in developing the quality of organizational culture, they are: (1) the role of the headmaster as a manager; (2) the role of the headmaster as the educator; (3) the role of the headmaster as the supervisor; 4) The impact of the headmaster's role in developing the quality of organizational culture quality at SDMT Ponorogo. This research is categorized into a field research with qualitative descriptive approach and the research design was case study. The setting of study was at SDMT Ponorogo.  The findings showed that (1). The role of headmaster as manager encompasses conducting internal and external analysis, internalizing the Islamic value that is kemuhamadiyahan value. (2). The role of the headmaster as an educator includes involving educators in upgrading, workshops or training in order to provide opportunities for educators to improve their knowledge and skills by learning to the higher education, conducting cadre to members of organizational culture and creating jargon to motivate members of organizational culture. (3). The role of the headmaster as a supervisor comprises overseeing and Evaluating the performance and achievement of members of organizational culture, conducting weekly, monthly and semester meetings, monitoring achievements of educators and learners. (4) The impact of the school headmaster's role in developing the quality of organizational culture is organizational culture climate becomes harmonious and schools achieve more attainments.Abstrak: Dalam konteks Indonesia, mutu pendidikan seolah-olah menjadi barang yang tabu untuk diperbicangkan, dalam konteks tersebut kualitas pendidikan di Indonesia sangat memperihatinkan. Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah dan Upaya khusus dalam mengembangkan sebuah mutu lembaga pendidikan melalui budaya organisasi sebagai sistem nilai yang dipahami, dijiwai, dijalankan secara bersama oleh anggota organisasi sebagai sistem makna atau pedoman bagi pelaku organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tiga peran serta dampak peran  kepala sekolah dalam mengembangkan mutu budaya organisasi, yaitu: (1) Peran kepala sekolah sebagai Manajer, (2) Peran kepala sekolah sebagai Educator, (3) Peran kepala sekolah sebagai supervisor, dan (4) Dampak peran kepala sekolah dalam mengembangkan mutu budaya organisasi di SDMT Ponorogo. Dengan menghasilkan temuan: (1).Peran kepala sekolah sebagai manajer diantaranya: melakukan analisis internal dan eksternal, menginternalisasi nilai keislaman yaitu nilai kemuhammadiahan. (2). Peran kepala sekolah sebagai educator diantaranya: mengikut sertakan pendidik dalam penataran, workshop atau pelatihan memberikan kesempatan kepada pendidik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, melakukan pengkaderan kepada anggota budaya organisasi. membuat jargon-jargon untuk memotivasi anggota budaya organisasi. (3). Peran kepala sekolah sebagai supervisor diantarnya: mengawasi dan mengevaluasi kinerja dan pencapaian anggota budaya organisasi, mengadakan rapat setiap, minggu, bulan dan semester, memantau prestasi pendidik dan peserta didik. (4) Dampak peran kepala sekolah dalam mengembangkan mutu budaya organisasi diantaranya: iklim budaya organisasi menjadi harmonis, sekolah menjadi lebih berprestasi.
KONSTRUKSI HADIS PENDIDIKAN SHALAT DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN Yunita Furi Aristyasari
Muslim Heritage Vol 3, No 2 (2018): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.029 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v3i2.1284

Abstract

Abstract: Worship education is one of the significant aspects for the realization of noble character as expected in the objectives of the national education system. Therefore, Muhammad saw as the Messenger of Allah in one of his hadiths commands for praying at the age of seven and allowed to beat them if he did not carry it out at the age of ten. However, prayer education so far is only limited knowledge and practice without being escorted by appreciation. This article examines the construction of prayer education hadist based on the philosophy of education. It has become an urgent issue as indicated by the decline of the character’s value of the nation's generation. Thus, the expected objective of praying has not been fully achieved. In addition, the hitting punishment in the context of education which was allowed by the Prophet cannot be realized and it bounce back to educators because it is considered as violence. This study revealed that the selection of material for praying is a blending system of essentialism, neoscolatisism, pragmatism, and essentialism. The method of punishment is relevant to a blend of philosophies of idealism, perennialsm, essentialism, and behaviorism. Both the material and methods in the hadith of prayer education do not conflict with the philosophy of Pancasila. In fact, both are manifestations of the practice of philosophy so that the hadith of the prayer education is relevant and still actual.Abstrak: Pendidikan shalat adalah salah satu aspek penting bagi terwujudnya akhlak mulia sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan sistem pendidikan nasional. Karena itu, Rasulullah Saw. sebagai penyempurna akhlak dalam salah satu hadisnya memerintahkan shalat sejak usia tujuh tahun dan membolehkan memukul jika tidak melaksanakannya di usia sepuluh tahun. Namun, pendidikan shalat selama ini hanya sebatas knowing (pengetahuan) dan doing (praktik) tanpa disertai penghayatan nilai (being). Artikel ini akan mengkaji tentang konstruksi hadis pendidikan shalat dalam tinjauan filsafat pendidikan. Hal ini menjadi urgen ditunjukkan dengan masih merosotnya akhlak atau karakter generasi bangsa. Dengan demikian, fungsi shalat yang diharapkan belum tercapai sepenuhnya. Di samping itu, hukuman memukul dalam rangka mendidik yang dibolehkan oleh Rasulullah Saw. dalam hadisnya tidak bisa terealisasi dan justru menjadi boomerang bagi para pendidik karena dianggap oleh masyarakat sebagai kekerasan. Dari kajian yang dilakukan melalui pendekatan filsafat pendidikan, pemilihan materi shalat merupakan perpaduan dari filsafat esensialisme, neoskolatisisme, pragmatisme, dan esensialisme. Metode hukuman relevan dengan perpaduan filsafat idealisme, perenialisme, esensialisme, dan behaviorisme. Baik materi dan metode dalam hadis pendidikan shalat tidak bertentangan dengan filsafat Pancasila. Justru keduanya adalah wujud dari pengamalan filsafat tersebut sehingga hadis pendidikan shalat tersebut bersifat relevan dan tetap aktual.
MODELS OF WAQFFUNDRAISING MANAGEMENTIN INDONESIA Huda, Miftahul
Muslim Heritage Vol 4, No 1 (2019): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.654 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v4i1.1580

Abstract

AbstractNowadays, strengthening the capacity of nazir is very essential in gettingbenefits in terms of self-reliance and empowerment of mauquf alaih. One of its attempts israising fund as an advance of the improvement assets and waqf potential management.Therefore, this paper aims to investigate the uniqueness of waqf management in the viewpointof fundraising from three Nazir, namely, Hasyim Ashari Islamic boarding school TebuirengJombang, Foundation for Waqof Board and the Islamic University of Indonesia Yogyakarta andAl-Falah Social Fund Surabaya. This study employed multi case study from the perspective ofcomparative approach. The findings showed that there are three uniqueness of obtaining waqf,they are, tradition wisdom-based fundraising in Nazir Tebuireng Jombang, university-basedfundraising for community empowerment in Nazir UII Yogyakarta and the community-basedfundraising which focused on marginalized people in YDSF Surabaya. Referring to theexperiences of those three nazir above, there is diverse models in waqf fundraising. Thediversity is in the form of internalization fundraising, relationship fundraising, and integratedfundraising. Those three models lead to a series of holistic model of waqf fundraising in orderto keep the sustainable of waqf management, including the sustainability of nazir, assets,benefits, wakif and mauquf 'alaih. Abstrak                                                                  Saat ini, penguatan kapasitas nazir sangat penting dalam pengembangankemandirian dan pemberdayaan mauquf alaih. Salah satu upayanya adalah mengumpulkan dana sebagai uang muka dari peningkatan aset dan potensi manajemen wakaf. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menggali keunikan manajemen wakaf dalam sudut pandang penggalangan dana dari tiga Nazir, yaitu, UniversitasHasyim Ashari TebuirengJombang, Dewan Wakafdari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan Dana Sosial Al-Falah Surabaya. Penelitian ini menggunakan studi multi kasus dari perspektif pendekatan komparatif. Temuan menunjukkan bahwa ada tiga keunikan dalam memperoleh wakaf, yaitu penggalangan dana berbasis tradisi kearifan di Nazir Tebuireng Jombang, pendanaan berbasis universitas untuk pemberdayaan masyarakat di Nazir UII Yogyakarta dan pendanaan berbasis masyarakat yang berfokus pada orang-orang pinggiran di YDSF Surabaya. Mengacu pada pengalaman ketiga nazir di atas, ada beragam model dalam penggalangan dana wakaf. Keanekaragaman itu dalam bentuk internalisasi, hubungandanintegrasipenggalangan dana.  Ketiga model tersebut mengarah pada serangkaian model penggalangan dana wakafholistik dalam rangka mewujudkan keberlanjutan pengelolaan wakaf, termasuk keberlanjutan nazir, aset, manfaat, wakif dan mauquf 'alaih.
Fenomena “Kiamat Lokal” di Ponorogo (Menyingkap Tabir Komersial di Balik Simbol-Simbol Agama) Nur Rif’ah Hasaniy
Muslim Heritage Vol 5, No 1 (2020): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.909 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v5i1.1958

Abstract

Tulisan ini membahas fenomena kiamat lokal di Ponorogo yang terjadi pada tahun 2019. Tulisan ini akan menjelaskan secara sosiologis dan fenomenologis tiga hal: pertama, apa itu komodifikasi agama, kedua, bagaimana fenomena komodifikasi agama menyebar di masyarakat, terutama fenomena “kiamat lokal” di Ponorogo, dan ketiga, akan dianalisis mengapa fenomena itu terjadi dengan menggunakan perspektif komodifikasi agama. Yang diharapkan dari tulisan ini adalah menyingkap tabir fenomena komodifikasi agama yang akhir-akhir ini semarak dan massif terjadi di masyarakat, termasuk fenomena kiamal lokal di Ponorogo. Hasilnya: pertama, komodifikasi agama adalah transformasi nilai-nilai agama yang awalnya hanya memiliki nilai guna, kini menjadi nilai tukar yang dapat dikomersialkan atau dipasarkan. Kedua, isu kiamat lokal di Ponorogo khususnya tidak bersifat teologis, melainkan sosiologis, sebagai sarana komodifikasi oleh sebagian kalangan dengan memanfaatkana simbol agama. Ketiga, fenomena ini tentu saja menjadi problematis secara teologis dan sosiologis karena keduanya terkadang kontradiktif, tetapi dipaksakan. Agama yang secara teologis berfungsi sebagai sumber ajaran, nilai, norma dan kaidah, namun diubah fungsinya menjadi alat tukar yang dapat dikomersialkan. Kiamat adalah doktrin atau ajaran agama bagi pihak yang meyakininya, tetapi ia berubah wajah menjadi alat komersial bagi pihak yang mendoktrinnya.
Korelasi Zakat Dengan Perilaku Konsumen Dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Banyudono, Ponorogo Mariana, Hanik
Muslim Heritage Vol 1, No 1 (2016): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.771 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v1i1.382

Abstract

Abstract: Alms (zaka>h) has its own social significance, such as bridging the gap between the rich and the poor, disciplining the implementation of obligations and respecting the rights of others, as well as the equitable distribution of wealth to achieve social justice. Today, alms is also viewed from the standpoint of economic empowerment. This study examines the correlation between the implementation of alms and consumer behavior and economic empowerment in Banyudono, Ponorogo. The findings of this study are: First, the alms has been well carried out by the residents of Banyudono, Ponorogo (64%). Second, consumer behavior in carrying out alms in Banyudono, Ponorogo is good (54%). Third, economic empowerment in Banyudono, Ponorogo goes well (96%). Fourth, there is a fairly strong correlation between the variables X (alms) and variable Y1 (consumer behavior) among the residents of Banyudono, Ponorogo, with an index of 0.535. Fifth, there is a low or weak correlation between alms and Y2 variables (the economic empowerment) in Banyudono community, Ponorogo, with a correlation coefficient of 0.1574.Abstrak: Zakat memiliki fungsi sosial dalam menjembatani antara yang kaya dan yang miskin di masyarakat, mendidik untuk meningkatkan disiplin, menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang orang lain yang ada padanya, dan juga sebagai pemerataan rejeki untuk mencapai keadilan sosial. Dewasa ini, dalam berzakat aspek pemberdayaan ekonomi umat menjadi sebuah pertimbangan utama seseorang dalam melaksanaan ibadah zakat. Dalam konteks itu, penelitian ini akan mengkaji Korelasi antara pelaksanaan Zakat dengan Perilaku Konsumen dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Banyudono Ponorogo. Temuan penelitian diantaranya: Pertama, Pelaksanaan zakat masyarakat Kelurahan Banyudono, Ponorogo dapat dikatakan cukup baik (64%). Kedua, Perilaku Konsumen Masyarakat Kelurahan Banyudono  Ponorogo dapat dikatakan cukup baik 54%. Ketiga, Pemberdayaan ekonomi umat masyarakat Kelurahan Banyudono Ponorogo dapat dikatakan cukup baik  (96%). Keempat, Terdapat korelasi yang cukup kuat antara variabel X (zakat)  terhadap variabel Y1 (perilaku konsumen)  masyarakat desa Banyudono Ponorogo, dengan angka indeks sebesar 0,535. Kelima,Terdapat korelasi yang rendah atau lemah  antara zakat terhadap variabel Y2 (pemberdayaan ekonomi umat) masyarakat Kelurahan Banyudono Kota Ponorogo, dengan koefisien korelasi sebesar 0,1574.
Gaya Kepemimpinan Dalam Pengambilan Kebijakan Di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Intan Wijayanti
Muslim Heritage Vol 1, No 2 (2016): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.094 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v1i2.606

Abstract

Abstract: Although pesantren are faced with globalization and modernization, some pesantren still maintain the old traditions rigidly which is are considered still sophisticated, ie leadership of pesantren that are dynastic, centralized and hierarchical centered to the kiyai. In pesantren, kiyai has absolute power and authority. Charismatic-individualistic leadership pattern of Kyai cause to destruction pesantren. Therefore, the pattern of a single leadership needs to be transformed into a pattern of leadership that involves a lot of people in the ranks of leadership, to jointly run the organization of pesantren, which is known as the concept of collective leadership. This leadership system changes will affect how the kiyai formulated the policy that will impact on the survival of pesantren in the future. This study will explore the system of Collective Leadership in Policy Making in Universities Islam Pondok Tremas Pacitan.Abstrak: Meskipun pesantren dihadapkan pada arus globalisasi dan modernisasi yang penuh dengan perubahan dan pembaharuan, beberapa pesantren masih ada yang secara rigid mempertahankan tradisi lama yang dianggapnya masih sophisticated, yaitu kepemimpinan pesantren yang bersifat dinasti, sentralistik dan hierarkis yang berpusat pada kiyai. Dalam pesantren, kiyai memiliki power and authority mutlak. Pola kepemimpinan kyai yang karismatik-individualistik ini menyebabkan pesantren rawan terhadap kehancuran. Oleh karena itu, pola kepemimpinan tunggal tersebut perlu ditransformasi menjadi pola kepemimpinan yang melibatkan banyak orang dalam jajaran kepemimpinan, untuk bersama-sama menjalankan roda organisasi pesantren, yang dikenal dengan konsep kepemimpinan kolektif. Perubahan sistem kepemimpinan ini akan mempengaruhi bagaimana ia merumuskan dan mengambil kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada kelangsungan pesantren di masa depan. Kajian ini akan mengupas sistem Kepemimpinan Kolektif dalam Pengambilan Kebijakan di Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.

Page 5 of 16 | Total Record : 151