cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. ngawi,
Jawa timur
INDONESIA
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial
ISSN : 20893426     EISSN : 2502213X     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 51 Documents
REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI PARADIGMA ALTERNATIF PENDIDIKAN DI INDONESIA Suroto, Suroto
Al-Mabsut Vol 6, No 1 (2013): (APRIL 2013)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI PARADIGMA ALTERNATIF PENDIDIKAN  DI INDONESIASurotoJurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) NgawiAbstrakRekonstruksi pendidikan Islam berwawasan masa depan harus diarahkan pada tiga hal. Pertama, peningkatan daya jawabnya terhadap problem kehidupan kontemporer dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Kedua, kepekaan menangkap perkembangan terkini sehingga pendidikan Islam responsif terhadap kemajuan dengan tetap berpegang teguh pada sumber otentik ajaran Islam. Ketiga, internalisasi nilai-nilai dan kandungan moral al-Qur’an dan al-Sunnah  kepada anak didik dalam menghadapi kehidupan modern masyarakatnya. 
OTORITAS DALAM PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH (KONFRONTASI ANTARA PEMIMPIN NEGARA DAN PEMIMPIN ORMAS KEAGAMAAN) Rohmah, Nihayatur
Al-Mabsut Vol 9, No 1 (2015): (APRIL 2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Problematika Hisab Rukyah senantiasa actual untuk diperbincangkan. Kontroversi dalam penetapan awal bulan qamariyah kian menjadi tradisi yang dapat dipahami namun tetap meresahkan masyarakat. Ketika persoalan ibadah yang berdimensi social-sebagaimana persoalan penetapan dalam mengawali puasa dan mengakhiri puasa-dibutuhkanlah kerangka pemikiran yang berbasis kemaslahatan umum. Wajah bumi pertiwi kerapkali dihiasi dengan “tuntunan”yang berujung pada “tontonan” yang dapat mengancam ukhuwwah Islamiyah. Truth claim ormas keagamaan dan belum dapat diterimanya otoritas tunggal di Negeri ini menjadi pemicu adanya perbedaan yang tak berkesudahan. Ketika otoritas dikonfrontasikan antara pemimpin Negara dan pemimpin ormas maka dibutuhkanlah jiwa besar untuk mengalah guna meraih kemenangan. Jadi, berbesar hati untuk mengambil Pemerintah sebagai otoritas tunggal untuk menciptakan persatuan ummat adalah lebih utama daripada mempertahankan kriteria kalender masing-masing ormas. Kata kunci; Bulan Qamariyah, Otoritas Tunggal, Ukhuwwah Islamiyah   
PEMIKIRAN AL-GHAZALI DAN SUMBANGSIHNYA PADA DUNIA PENDIDIKAN Faridah, Anik
Al-Mabsut Vol 3, No 1 (2012): (SEPTEMBER 2012)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Ghazali yang bergelar hujjah al-Isalam adalah ulama terkemuka sepanjang zaman yang amat berpengaruh di dunia Islam. Beragam disiplin ilmu ia pelajari dan ia tuangkan pemikirannya dalam karya-karya bukunya yang sampai saat ini menjadi rujukan para ulama disegala penjuru dunia, baik Timur ataupun Barat.Al-Ghazali dalam perjalanan kehidupannya selalu ingin menelusuri hakikat kebenaran (haqiqah al-umur) dan kebenaran sejati (al-Ilm al-yaqin). Setiap ia mempelajari ilmu selalu merasa tidak puas, sehingga ia gemar melakukan penyelidikan dan perbandingan untuk menemukan berbagai hakikat.Dalam mengungkap kebenaran itu al-Ghazali pernah mendalami ilmu kalam (teologi), filsafat, dan akhirnya ia meneguhkan hatinya pada tasawuf (mistisisme) yang menurut pengalaman intelektualnya mampu menghilangkan keraguan intelektualnya dan menguatkan spritualnya. 
KEBEBASAN BERAGAMA DAN NORMA-NORMANYA Halim, Abdillah
Al-Mabsut Vol 6, No 1 (2013): (APRIL 2013)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

KEBEBASAN BERAGAMA DAN NORMA-NORMANYAAbdillah HalimJurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Perdebatan tidak berkesudahan terus mewarnai perbincangan dan praktek kebebasan beragama, terutama mengenai kata “kebebasan” yang dilekatkan pada agama dan kepercayaan. Jika “kebebasan” dimaknai sebagai kemerdekaan, apa lantas berarti tidak adanya batasan terhadap kemerdekaan tersebut, dalam arti bahwa kebebasan tersebut bersifat mutlak. Atau barangkali “kebebasan” di sini dimaknai sebagai kebebasan relatif yang membuka kemungkinan perumusan definisi dan ruang lingkup yang jelas. Penulis berpandangan bahwa kebebasan beragama bukan kebebasan mutlak yang tidak menuntut pendefinisian, perumusan ruang-lingkup serta norma norma, dan pengaturan. Kebebasan mutlak pada taraf yang demikian bukan kebebasan yang bermakna sebenarnya, namun dapat berarti sebuah keadaan anarki dan anomi. Kebebasan beragama adalah kebebasan relatif yang menuntut adanya penjelasan tentang definisi, ruang lingkup, norma-norma, dan batasan-batasannya. 
TRADISI INTELEKTUAL AL-GHAZALI Faridah, Anik
Al-Mabsut Vol 8, No 1 (2014): (APRIL 2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Ghaza>li> dalam perjalanan kehidupannya selalu ingin menelusuri hakikat kebenaran (haqi>qah al-umu>r) dan kebenaran sejati (al-ilm al-yaqi>n). Sehingga ia pernah mengalami semacam “gejolak kejiwaan”. Dalam pencariannya itu al- Ghaza>li mempelajari, mengkaji dan menverifikasi segenap ilmu pengetahuan yang ada pada saat itu, seperti ilmu kalam (teologi), fikih, filsafat, dan tasawuf, berikut cabang-cabangnya. Al-Ghazali yang bergelar hujjah al-Isalam adalah ulama terkemuka sepanjang zaman yang amat berpengaruh di dunia Islam. Beragam disiplin ilmu ia pelajari dan ia tuangkan pemikirannya dalam karya-karya bukunya yang sampai saat ini menjadi rujukan para ulama disegala penjuru dunia, baik Timur ataupun Barat. Kata kunci:  filosof, sufi,  hujjah al-Islam,   
ULAMA dan POLITIK pada MASA-MASA AWAL PAKISTAN Mudrik Al Farizi al-farizi, Mudrik
Al-Mabsut Vol 7, No 2 (2013): (SEPTEMBER 2013)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konflik yang terjadi di masa-masa awal negara Islam Pakistan dipicu oleh perbedaan pandangan antara ulama dan kaum elit Pakistan terkait permasalahan ideologi dan konstitusi. Ulama menuntut penerapan syari’at Islam, sementara kalangan elit penguasa menghendaki hukum sekuler. Ulama menuntut kelompok Ahmadiyah dieksklusikan dari komunitas muslim, penguasa menolak uapaya itu. Konflik ini sering memanas, bahkan berimbas pada penggulingan kekuasaan, sebagaimana dialami oleh Presiden Ayyub Khan dalam kemelut politik tahun 1969. Tulisan ini memberi gambaran bagaimana sebuah negara yang telah menyatakan diri sebagai negara Islam tidak pernah mudah dalam upayanya untuk menerapkan syariat Islam secara total.  
MAQASID AL-SHARI‘AH SEBAGAI FILSAFAT HUKUM ISLAM (Pendekatan Sistemik versi Jasser Auda) Mustaqim, Mustaqim
Al-Mabsut Vol 6, No 1 (2013): (APRIL 2013)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jasser Auda melihat bahwa ide tentang maqa>s}id senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan, yang berdasarkan periodesasi waktu, dapat diklasifikasikan ke dalam empat periode: masa sahabat, masa imam mazhab, masa perkembangan teori maqa>s}id abad ke-5 sampai abad ke-8, dan masa kontemporer. Memposisikan Jasser Auda dalam wacana maqa>s}id sepanjang sejarah teori hukum Islam, tampak bahwa pandangannya tentang maqa>s}id tidak jauh berbeda dengan para ulama us}u>l sebelumnya. Karena Jasser Auda hanya melakukan penambahan dan pengembangan konsep yang pernah diajukan oleh pemikir sebelumnya. Adapun konsep yang betul-betul baru dari Jasser Auda adalah ketika dia menempatkan maqa>s}id al-shari>‘ah sebagai filsafat hukum Islam. Ini berarti bahwa maqa>s}id al-shari>‘ah ditempatkan sebagai disiplin independen dan bukan salah satu tema kajian us}u>l fiqh. Karenanya, maqa>s}id al-shari>‘ah harus difungsikan sebagai metodologi fundamental yang digunakan dalam cara kerja us}u>l fiqh 
WALIMUJBIR DALAM PUSARAN PEMIKIRAN KH. MA. SAHAL MAHFUDH Mahsun, Mahsun
Al-Mabsut Vol 8, No 1 (2014): (APRIL 2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hak untuk melakukan perkawinan menjadi unsur yang penting dalam masyarakat, karena perkawinan menyangkut hak individu yang berhubungan dengan masyarakat. Masyarakat memandang bahwa perempuan tidak mempunyai hak mandiri dalam masalah perkawinan sehingga apabila memilih jodoh maka harus dipilihkan orang tua. Hal ini berbeda dengan pandangan masyarakat Islam tentang anak laki-laki bahwa bagi mereka jodoh adalah urusan Tuhan, bukan orang tua. Tulisan ini membedah secara tuntas pemikiran  KH. MA. Sahal Mahfudh tentang hak Ijbar. Pemikiran  KH. MA. Sahal Mahfudh tentang hak Ijbar berusaha mengambil jalan tengah di antara perbedaan pandangan antar madzab dengan tetap menjadikan pertimbangan kemaslahatan sebagai acuan utama.Kata kunci: hak ijbar, wali mujbir, istinbat al-ahkam  
RELEVANSI POKOK-POKOK PIKIRAN KITAB TA’LIM ALMUTA’ALLIM DALAM PENGEMBANGAN TRADISI ILMIAH Hariadi, Hariadi
Al-Mabsut Vol 9, No 1 (2015): (APRIL 2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tulisan ini merupakan hasil penelitian kepustakaan terhadap kitab “Ta‟lim alMuta‟allim” karya Syaikh al-Zarnujiy. Pokok masalah yang hendak dijawab oleh penelitian ini adalah bagaimana pokok-pokok pikiran pendidikan dalam kitab tersebut dikontekstulisaikan dengan tradisi ilmiah dalam pendidikan modern. Tradisi ilmiah di sini meliputi beberapa konsep sebagai berikut: konsep tentang ilmu pengetahuan; konsep tentang etika ilmiah; konsep tentang hidup dan tujuan pendidikan dan konsep tentang interaksiedukatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada beberapa pokok pikiran pendidikan dalam kitab tersebut yang perlu direvitalisasi, demikian pula ada beberapa yang harus diperbarui, dalam kaitannya dengan pengembangan tradisi saintifik dalam pendidikan modern.  Kata-kunci: Kitab Ta‟lim al-Mutaalim, Tradisi Ilmiah, Pendidikan Modern  
KRITIK TEORI BELAJAR MENURUT PANDANGAN ISLAM Sadiran, Sadiran
Al-Mabsut Vol 2, No 1 (2011): (APRIL 2011)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Ngawi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islamic Education requires that a teacher in addition to having a deep and broad knowledge of science to be taught, but also must be able to convey that knowledge effectively and efficiently and have a noble character. About the need for a noble character of a teacher has long been a concern and a review of the scholars of Islam in the century classic. For example, Ibn Muqaffa say that good teachers are teachers who want to try to start by educating themselves, improve their behavior, straightening his thoughts, and keep the words he said before delivering it to others. While the Imam Al-Ghazali said that: a teacher who deliver science should be clean, do and act as guidance as, being affectionate towards his pupils and students should treat them like his own son, the teacher must always control, advise, give a message - a message of moral about science and the future of their students and do not let them proceed to a higher learning before they have mastered the previous lesson and have a noble character. Balance the development of science (reason) and morality (the heart of behavior) is something that should always be controlled by the teacher. That is the teacher who in addition to foster reasonable intelligence can grow his thoughts also a noble character. So the theory of education according to Islamic education is to be as guidance as, being affectionate towards his pupils and students should treat them like his own son, the teacher must always control, advise, give a message - a moral message about science and the future of their students and do not let them continue learning to a higher before they have mastered the previous lesson and have a noble character. Islamic education in various aspects based on the values of noble and godlike universal, then the strategic step for us Muslims should realize the theory of learning by implementing Islamic education in accordance with the nature and character. In contrast to the theory of learning that emerged from the thinkers of the western experts educators.Key Words: Theory of learning, Islamic perspective, Islamic learning.