cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kelautan Tropis
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 321 Documents
Intensitas Cacing Ektoparasit Ikan Kerapu Tikus Cromileptes altivelis pada Karamba Jaring Apung di Perairan Situbondo Jawa Timur Gunanti Mahasri; Putri Desi Wulansari; Indah Hidayati Imani
Jurnal Kelautan Tropis Vol 22, No 2 (2019): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.565 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v22i2.5295

Abstract

 This study aims to determine the intensity of ectoparasite helminth of Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) in floating cage net’s sea Situbondo. This research is a survey research using descriptive analysis to complete data of ectoparasites helminth of humpback grouper in floating cage net’s Sea Situbondo. The humpback grouper use 8-10 cm and 13-20 cm in size taken from floating cage net’s in Situbondo Sea, East Java. The samples use 30 fishes for each size based on a reference from floating cagenet’s Situbondo, East Java. The results show that ectoparasite helmint which found at floating cage net’s sea Situbondo namely Zeylanicobdella and Neobenedenia. The value of the intensity and degree of infestation of a single infestation of Zeylanicobdella at floating cage net is 4.7 individual/fish (low). In a single infestation Neobenedenia in floating net cage is 2.5 individual/fish (low). In the infestation of a mixture of Zeylanicobdella and Neobenedenia in floating net cage are 9.5 individual/fish (average).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas cacing ektoparasit ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) pada karamba jaring apung di perairan laut Situbondo. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan analisis deskriptif untuk melengkapi data cacing ektoparasit ikan kerapu tikus pada karamba jaring apung (KJA). Ikan kerapu tikus yang digunakan adalah ukuran 8-10 cm dan 13-20 cm yang diambil dari KJA di perairan laut Situbondo. Sampel yang digunakan yaitu masing-masing 30 ekor untuk tiap ukuran dengan berdasar acuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan cacing ektoparasit pada KJA di perairan laut Situbondo yaitu Zeylanicobdella dan Neobenedenia. Nilai intensitas dan derajat infestasi dari infestasi tunggal Zeylanicobdella pada ikan kerapu di Karamba Jaring Apung (KJA) adalah 4,7 individu/ekor(ringan). Pada infestasi tunggal Neobenedenia di KJA adalah 2,5 individu/ekor yang termasuk dalam infestasi ringan. Sedangkan pada infestasi campuran Zeylanicobdella dan Neobenedenia yang ditemukan adalah 9,5 individu/ekor yang termasuk dalam infestasi sedang. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pencegahan penyakit helminth pada budidaya  ikan kerapu. 
Kontaminasi Logam Berat pada Kerang Bulu Anadara inflate Secara Laboratorium Chrisna Adhi Suryono
Jurnal Kelautan Tropis Vol 18, No 3 (2015): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.71 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v18i3.532

Abstract

Masuknya logam berat sepeti Pb kedalam tubuh kerang dapat melalui jaringan makananan atau kontak dengan lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh akumulasi logam berat Pb terhadap filtrasi Anadara inflata. Penelitian eksperimen laboratories ini menggunakan 4 konsentrasi Pb (19 ppm, 18 ppm, 17 ppm dan 16 ppm) sebagai perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukan kesemua perlakuan menunjukan penurunan kemampuan filtrasi setelah kerang bulu terakumulasi logam Pb setelah berada dalam media 13 jam kedua.Kata kunci : Anadara inflata, bioakumulasi, PbThe heavy metal Pb can be contaminated on Anadara inflata tissue through food web system and direct contact. The aim of present study is to understand the effect of Pb accumulation on A. inflata filtration. The laboratories experiment with 4 different concentrations of Pb (19 ppm, 18 ppm, 17 ppm and16 ppm) and 3 replication has done. The result show, that all concentration of Pb gave negative impact on cockle filtration after the second of 13 hours exposure.Keyword : Anadara inflata, bioaccumulation, Pb
Keanekaragaman Megabentos yang Berasosiasi di Ekosistem Padang Lamun Perairan Wailiti, Maumere Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Ita Riniatsih; Munasik Munasik
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 1 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.132 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i1.1357

Abstract

Seagrass beds in Wailiti Waters located on the coast of Maumere Bay, Sikka Regency, NTT, are one of the shallow marine ecosystems that have relatively high biodiversity. Seagrass meadow ecosystem as one of the coastal ecosystems in these waters has a diversity of marine life that is associated with it. Research conducted with this field description method shows the results of observations that found around four types of seagrass, namely: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, and Syringodium isoetifolium, scattered in 3 observation stations. The results of the analysis of the average% of seagrass closure were 47.085% with the category of seagrass conditions in the Wailiti waters of Sikka Regency under moderate density conditions. Associated marine biota in seagrass beds seen at the observation site include sea urchins, rivet sea cucumbers, king sea cucumber belts, bivalves kima, gastropods and sea snakes.Padang lamun di Perairan Wailiti yang berlokasi di pesisir Teluk Maumere Kabupaten Sikka, NTT, merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai keanekaragaman hayati yang relative tinggi. Ekosistem padang lamun sebagai salah satu ekosistem pesisir di perairan tersebut mempunyai keanekaragaman biota laut yang hidup berasosiasi di dalamnya. Penelitian yang dilakukan dengan metode deskripsi lapangan ini menunjukan hasil pengamatan bahwa ditemukan sekitar empat jenis lamun, yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium, tersebar di 3 stasiun pengamatan. Hasil analisa rata-rata % penutupan lamun sebesar 47,085% dengan kategori kondisi lamun di Perairan Wailiti Kabupaten Sikka dalam kondisi kerapatan sedang. Biota laut yang berasosiasi di padang lamun yang terlihat di lokasi pengamatan antara lain adalah bulu babi, teripang keling, teripang sabuk raja, bivalvia kima, gastropoda dan ular laut.
Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara Ita Riniatsih
Jurnal Kelautan Tropis Vol 18, No 3 (2015): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.458 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v18i3.523

Abstract

Muatan padatan tersuspensi merupakan partikel bahan organik maupun anorganik yang melayang di kolom air. Salah satu fungsi fisik ekosistem padang lamun adalah untuk meredam arus dan gelombang, sehingga kondisi perairan di lingkungan padang lamun menjadi lebih tenang, Kondisi ini akan mempengaruhi sebaran muatan padatan tersuspensi di kokasi tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 di padang lamun perairan Teluk Awur dan pantai Prawean Bandengan Jepara. Penentuan lokasi pengamatan penelitian dengan metoda deskriptif ini ditentukan secara purposive sampling methode. Hasil penelitian menunjukkan sebaran MPT tertinggi di Teluk Awur sebesar 0.056 mg/liter terdapat pada Substasiun A12, sedangkan untuk perairan pantai Prawean Bandengan sebesar 0,057 mg/l di Substasiun B11.Kata kunci : Muatan Padatan Tersuspensi, Lamun, Distribusi
Skrining Aktivitas Antibakteri Dan Identifikasi Sponge Dari Teluk Kupang Agus Trianto; Ni Komang Tri Utami; Ocky Karna Radjasa; Isai Yusidharta; Wiratno Wiratno
Jurnal Kelautan Tropis Vol 19, No 2 (2016): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.557 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v19i2.847

Abstract

Recently, many research proved that bacteria Escherichia coli and Staphylococus aureus have resistant to antibiotics, called Multi Drug Resistance (MDR). The bacteria cause  various diseases both in humans and animals. Exploration and development of new antibiotics is needed, one which is derived from a sea sponge. This research aims to determine the potential of antibacterial sponge extracts from the waters of Kupang, East Nusa Tenggara against E. coli and S. aureus MDR, as well as being able to identify the sponge. Maceration method was employed on extraction of the sponges, then the extract were tested against E.  coli and S. aureus.  The extracts content of sponge varied from  0.4% to 5,19%.  Anti bacterial test  showed that the sponge K14-52 has the highest inhibition zone of 10,43 ± 0,26 mm and 9,38 ± 0,57 mm and against the E. coli and S. Aureus, respectively, at a concentration of 500 ug/disk.  Based on macroscopic and microscopic anayses, the K14-52 sponge is identified  as Rhabdastrella globostellata.  a Demospongia sponge. The sponge has special characteristic i.e. globular shape with large oscula on the top of the sponge and ostia along the surface. The sponge also characterized with makrosclera monoaxon spikule (hastate oxea, centrotylote oxea, oxea fusiform gyrus) and mikrosclera tertaxon oxyaster spikule. Saat ini banyak ditemukan bakteri Escherichia coli dan Staphylococus aureus yang resisten terhadap antibiotik atau disebut Multi Drugs Resistance (MDR). Bakteri tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit baik pada manusia maupun hewan. Eksplorasi dan pengembangan sumber antibiotik baru sangat diperlukan, salah satunya yang berasal dari sponge laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak sponge dari Perairan Kupang, Nusa Tenggara Timur terhadap bakteri  E. coli dan S. aureus MDR, serta mampu mengetahui jenis sponge. Ekstraksi dilakukan dengan metoda maserasi kemudian ekstrak diuji terhadap bakteri patogen. Uji antibakteri menunjukkan bahwa sponge K14-52 memiliki potensi antibakteri paling tinggi dengan zona hambat sebesar 10,43±0,26 mm terhadap bakteri E. coli dan 9,38±0,57 mm terhadap bakteri S. aureus pada konsentrasi 500 µg/disk.  Sponge K14-52 diidentifikasi sebagai Rhabdastrella globostellata berdasarkan analisis secara makroskopis dan mikroskopis. Ciri khas sponge tersebut adalah mempunyai bentuk bulat dengan ostia yang tersebar pada permukaan dan satu Oskula besar pada bagian atas sponge.  Secara mikroskopis sponge tersebut memiliki makrosklera monoaxon spikula (hastate oxea, centrotylote oxea, fusiform oxea) dan mikrosklera tertaxon spikula Oxyaster.   
Comparison of Live Coral Cover in Central and South Bangka Mu'alimah Hudatwi; Umroh Umroh
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 1 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.444 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i1.2368

Abstract

Coral reef ecosystem has many biological, ecological, and economical functions to the universe. This ecosystem provides shelter, food, and home for many marine organisms and together they perform diverse and rich ecosystem. However, this diverse ecosystem is very susceptible to environmental change, such as climate change, ocean acidification, and other anthropogenic impact. When reef-building coral could not stand with harsh condition they will eventually die. We assume that anthropogenic stressor such as turbidity, terrestrial runoff, and sedimentation is the main problem here, because of high number of tin mining activities. Bangka and Belitung Islands are huge tin producer and has been exploited heavily by the legal and illegal miner company. The purpose of this study is to investigate the live coral cover in Central and South Bangka by using the line intercept transect to calculate the live coral, died coral, and algae in each stations. The results showed that the coral cover in Central Bangka and South Bangka has fair condition (25-40% of live stony coral). Value of live and dead coral cover was 40% with Semujur and Ketawai represent the coral cover in Central Bangka. While South Bangka has slight (1-2%) difference of live coral, dead coral, and algae cover. High number of dead coral mainly composed by dead coral overgrown by algae, allegedly caused by high turbidity and sedimentation from the anthropogenic stressor. Ekosistem terumbu karang mempunyai fungsi biologi, ekologi, dan ekonomi yang bermanfaat bagi manusia. Ekosistem ini menyediakan tempat berlindung, makanan, dan rumah bagi organisme laut dan membentuk suatu ekosistem yang kaya dan beragam. Namun, ekosistem ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, sepertiiklim, asidifikasi, dan dampak lain yang dilakukan manusia. Ketika terumbu karang tidak mampu bertahan dengan perubahan lingkungan yang ekstrim mereka akan mati. Kami menduga bahwa dampak antropogenik seperti turbiditas, runoff dari darat, dan sedimentasi merupakan penyebab utama kerusakan terumbu karang, karena banyaknya aktivitas penambangan. Kepulauan Bangka belitung adalah penghasil timah terbesar dan telah dieksploitasi oleh penambang timah legal maupun ilegal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tutupan karang hidup di Provinsi Bangka Tengah dan Bangka Selatan dengan menggunakan metode traksek garis. Hasil menunjukkan bahwa terumbu karang di Bangka Tengah dan Selatan termasuk kategori sedang (25- 40% tutupan karang). Tutupan karang hidup dan karang mati di Bnagka Tengah sebesar 40% dari hasill pengamatan di Semujur dan Ketawai. Sedangkan nilai tutupan karang hidup, karang mati, dan alga di Bangka Selatan mempunyai angka perbedaan yang rendah (1-2%). Tingginya tutupan karang mati tersusun oleh karang mati yyang ditumbuhi alga yang disebabkan oleh turbiditas dan sedimentasi. 
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Plectropomus leopardus Lacepède, 1802 (Actinopterygii:Serranidae) dengan Waktu Awal Pemberian Pakan Buatan Berbeda Regina Melianawati; Ni Wayan Widya Astuti
Jurnal Kelautan Tropis Vol 22, No 2 (2019): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.04 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v22i2.4782

Abstract

 Coral trout larvae in hatchery were given artificial feed, besides live feeds. However, the right time for feeding artificial feed is still unknown. Therefore, the purpose of this is study was to determine the differences initial time of feeding artificial feed on the growth of coral trout larvae. The treatment tested was feeding artificial feed to larvae started at 8 (A) and 15 (B) days old. The study was replicated three times. The observed biological variables was including total length, length of dorsal and pelvic fin and number of rotifers in larval digestive tract. The results showed that on 30 days old, total length of larvae A llonger (13.36 ± 2.05 mm) than larvae B (12.13 ± 2.11 mm) (P>0.05). The dorsal fin and pelvic fin of larvae A tended were longer (7.33 ± 0.68 mm and 5.38 ± 0.45 mm) than larvae B (6.23 ± 1.58 mm and 5.29 ± 0.81 mm) (P> 0.05). On 20 days old, larvae A tended to consume more rotifers (32.60 ± 21.53 individuals) than larvae B (27.40 ± 11.19 individuals) (P> 0.05). There was more juveniles produced from treatment A (79%) compared to treatment B (21%). Based on this study, feeding artificial feed started from 8 days old take effect to greater growth and survival rate of coral trout  larvae. Therefore, the initial time of feeding artificial feed for coral trout larvae should be done started at 8 days old.  Larva ikan kerapu sunu dalam pembenihan di panti benih, diberi pakan buatan, disamping pakan alami sebagai pakan awalnya. Namun, hingga saat ini belum diketahui waktu yang tepat untuk pemberian pakan buatan tersebut. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan waktu awal pemberian pakan buatan terhadap pertumbuhan larva ikan kerapu sunu. Perlakuan yang diujikan adalah perbedaan waktu awal pemberian pakan buatan, yaitu mulai larva umur 8 hari (A) dan mulai larva umur 15 hari (B). Penelitian dilakukan sebanyak tiga kali ulangan waktu. Peubah yang diamati meliputi panjang total, panjang duri sirip punggung dan duri sirip perut, jumlah rotifer dan telurnya dalam pencernaan larva serta kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 30 hari larva A memiliki panjang total yang cenderung lebih besar (13,36±2,05 mm) dibandingkan pada larva B (12,13±2,11 mm) (P>0,05). Duri sirip punggung dan duri sirip perut larva A lebih panjang  (7,33±0,68 mm dan 5,38±0,45 mm) dibandingkan larva B (6,23±1,58 mm dan 5,29±0,81 mm) (P>0,05). Larva A umur 20 hari cenderung mengkonsumsi rotifer lebih banyak (32,60±21,53 individu) dibandingkan larva B (27,40±11,19 individu) (P>0,05). Juvenil yang dihasilkan dari perlakuan A lebih banyak (79%) dibandingkan dari perlakuan B (21%). Berdasarkan hasil penelitian ini, pemberian pakan buatan mulai umur 8 hari berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu sunu yang cenderung lebih besar. Oleh karenanya, pemberian pakan buatan bagi larva ikan kerapu sunu sebaiknya dilakukan mulai umur 8 hari.
Distribusi Kerang Geloina sp. (Bivalvia: Corbiculidae) di Kawasan Mangrove Segara Anakan, Cilacap Chrisna Adhi Suryono
Jurnal Kelautan Tropis Vol 18, No 2 (2015): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.433 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v18i2.514

Abstract

Segaraanakan merupakan salah satu estuaria terbesar di Pulau Jawa yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya. Diantara biota yang terdapat adalah kerang totok (Geloina sp) yang berasosiasi dengan hutan mangrove. Karena memiliki nilai ekonomis maka selalu di tangkap. Maka dari itu sangat tepat jika kerang tersebut dipelajari ekologis maupun biologisnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan stuktur populasi kerang Geloina sp tersebut. Penelitian dilakukan di Segaraakan Cilacap pada empat stasiun yang berbeda salinitasnya (13, 15, 30 dan 32 ppt). Sifat penelitian adalah studi kasus, metoda pengambilan sampel yang digunakan adalah metoda sampling area. Data yang diambil meliputi kerang dan kondisi perairan. Data yang didapatkan dikelompokan berdasarkan kelas ukuran panjang cangkang selanjutnya dilakukan uji chi kwadrat untuk menentukan pola sebaran.Hasil penelitian menunjukan kerang yang didapat adalah G. erosa dengan pola sebaran merata pada keempat stasiun penelitian yang berbeda salinitasnya. Adapun kepas ukuran kerang yang didapat dalam keempat stasiun dapat dikelompokan menjadi kelas ukuran <3, 3 – 3,9, 4 – 4,9, 5 – 5,9, 6 – 6,9, 7 – 7,9, .>8 cm. Populasi kerang terbanyak pada semua stasiun adalah kelas ukuran 6 – 6,9 cmKata Kunci : Segara anakan, Geloina sp, salinitasSegera anakan is the widest estuaries in Java Island and the famous high diversity. One of fauna found which associate with the mangroves was totok mussel Geloina sp. That mussel had economic value so that faced high exploited along season. Considering that condition a study of distribution and their population structure was very importance. The research was carried out on Segaraanakan Cilacap on different station which had different salinity (13, 15, 30 and 32 ppt). The case study type research and sampling area method was used to collect the data of information of the Geloina sp. The data collected in the field was mussel population and water quality condition where the mussel life. The data of mussel was grouping in several length of class and following chi quadrant test to define the distribution of Geloina sp. The result of the study showed, Thad the Geloina sp was uniform distribute along the fourth station which had different salinity and the length of class mussel was found <3, 3 – 3,9, 4 – 4,9, 5 – 5,9, 6 – 6,9, 7 – 7,9, .>8 cm. The class length of 6 – 6,9 cm was the highs number of mussel class on forth station in SegaraanakanKeywords : Segara anakan, Geloina sp, salinity
Kajian Pengamanan Dan Perlindungan Pantai Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tugu Dan Genuk, Kota Semarang Retno Hartati; Rudhi Pribadi; Retno W. Astuti; Reny Yesiana; Itsna Yuni H
Jurnal Kelautan Tropis Vol 19, No 2 (2016): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.833 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v19i2.823

Abstract

Semarang is one of many cities which has high vulnerability, damage, and high risk affected by climate change. This study was aimed to determine securing, protecting of Semarang coastal area, especially in Tugu and Genuk Sub-district. Literature review was carried out to seek the proper seawall design and material which feasible to be built in coastal area of Tugu and Genuk Sub-district. Field observation was conducted to determine location characteristic to build seawall in Tugu and Genuk Sub-district. The study revealed that many area of Semarang coast was damage as impact of coastal building, the loss of natural protection as well as effect of global warming. The existing seawall was varied but mostly in damage condition. Therefore it is recommend to build seawall in Karanganyar and Tugurejo Village (in Tugu subdistrict) to support the eco-edutourism in Semarang City as well as ini Trimulyo Village (Genuk Subdistrict) to established sediment enrichment ready for mangroves replant. Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat kerentanan, bahaya dan resiko tinggi akibat dampak perubahan iklim. Kajian ini bertujuan untuk melakukan kajian pengamanan dan perlindungan pantai di wilayah pesisir Kecamatan Tugu dan Genuk, Kota Semarang. Kajian dilakukan ini melalui review literatur dan observasi lapangan. Kajian literatur dilakukan terhadap desain alat penahan ombak (APO) yang memungkinkan dibangun di wilayah pesisir Kecamatan Genuk dan Tugu serta untuk mendapatkan informasi tentang bahan atau material yang dapat digunakan untuk membangun APO. Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui karakteristik lokasi yang akan dibangun APO dan ketersediaan material sesuai desain yang telah direkomendasikan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kerusakan pantai yang terjadi di Kota Semarang cukup banyak yang diindikasikan sebagai dampak dari bangunan-bangunan yang menjorok ke laut, hilangnya perlindungan alam pantai dan juga merupakan efek dari pemanasan global. Kondisi APO dan breakwater saat ini sangat beragam, namun pada umumnya sudah rusak sehingga mengurangi fungsinya sebagai alat perlindungan pantai. Untuk itu disarankan dibangunnya alat penahan ombak di Kelurahan Karanganyar dan Tugurejo (Kecamatan Tugu) untuk mendukung program eco-eduwisata Kota Semarang dan Kelurahan Trimulyo (kecamatan Genuk) untuk sediment enrichment yang nantinya lokasi siap ditanami mangrove. 
Pengaruh Penggunaan Kaporit Sebagai Desinfektan Terhadap Daya Aroma Pakan Pada Budidaya Udang Windu ( Penaeus monodon Fabricius) Suryono Suryono; Wibowo Edi; Ria Azizah; Raden Ario; Gentur Handoyo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 2 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.138 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i2.1740

Abstract

Tiger prawn ( Penaeus monodon Fabricius)  is one of very ideal species  of crustacean  to be cultivated. This is  due to  its growth is very quickly, highly survival rate, easy to live in compartement, and  its also very acceptable  by local and international market. In order to  increase production of cultivation, therefore caporit was applicated as disinfectant in cultivation  in order  to reduce  virus and bactery which  couse of  diseases. However to date, the impact of the use of kaporit has  not yet been known on  food attractant  degradation. The aim of  this research was  to know effect of the use of  caporit on food attractant  by the prawn. Research was conducted  in  Marine Station Teluk Awur, Jepara. Faculty of Fishery and Marine Science Diponegoro University.  The method of this research was ekperimental Laboratory  by using complete randomly  design  ( RAL) with four treatments and three replication , concentration kaporit 0 ppm  as control ( K1)  2 ppm ( K2), 4 ppm ( K3) and 6 ppm ( K4)., respectively. Data obtained was tested by F test ( Anova)The Results showed that food attractant  of  control treatment (K1)  is 53,68, K2 ( 2 ppm) is 285,25, K3 ( 4 ppm) is]364,59 and K4 ( 6 ppm) is]373,37 seconds. The  Results of statistical analysis confirmed  that the use of kaporit have an effect on food attractant   ( P < 0.05). However , continued test by BNT shows  that only  control gave  significant  different to the treatment, but  within threatment was not  give significant different . Udang windu (Penaeus monodon Fabricius) merupakan salah satu spesies crstacea yang ideal untuk dibudidayakan. Hal ini dikarenakan pertumbuhannya yang cepat, derajad kelulus hidupannya yang tinggi, tahan hidup dalam  tempat pemeliharaan, serta sangat digemari oleh konsumen dalam dan luar negeri. Guna peningkatan produksi dalam budidaya maka  digunakan kaporit sebagai disinfektan pada media air budidaya guna pengendalian bakteri dan virus sebagai penyebab munculnya penyakit. Namun sampai saat ini belum diketahui  dampak penggunaan kaporit terhadap penurunan daya aroma pakan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui pengaruh penggunaan kaporit terhadap daya tarik udang pada pakan yang diberikan. Penelitian dilaksanakan di Marine Station Teluk Awur,  Jepara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Metode yang dipergunakan  dalam penelitian ini adalah metode ekperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan yaitu empat perlakuan  terdiri dari konsentrasi kaporit 0 ppm (K1) sebagaai perlakukan kontrol, dan  2 ppm (K2), 4 ppm (K3) serta  6 ppm (K4) sebagai perlakukan utama. Data yang diperoleh selanjutnya  dilakukan uji F  (Anova). Hasil penelitian menunjukan bahwa  daya Tarik udang terhadap pakan yang diberikan  pada perlakukan kontrol (0 ppm)  (K1)  adalah 53,68, detik, K2 ( 2 ppm) adalah  285,25 detik , K3  (4 ppm) adalah  364,59 detik  dan K4 (6 ppm) adalah  373,37 detik. Hasil analisis ragam menunjukan  bahwa penggunaan kaporit  berpengaruh terhadap daya aroma pakan (P < 0.05). Uji lanjut BNT menunjukan  bahwa perlakukan  Kontrol  berbeda sangat nyata (P< 0.001) terhadap perlakuan yang dicobakan, tetapi  antar perlakukan tidak menunjukan perbedaan  nyata satu terhadap yang lain. 

Page 4 of 33 | Total Record : 321