cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Masyarakat Indonesia
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
DEMOKRASI TO-MANURUNG FALSAFAH POLITIK DARI BANTAENG, SULAWESI SELATAN Ahimsa Putra, Heddy Shri
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Tulisan ini memaparkan nilai-nilai budaya yang membentuk falsafah dan corak demokrasi masyarakat tradisional Bantaeng, di Sulawesi Selatan, berdasarkan atas hasil analisis dan interpretasi sebuah mitos politik mereka: mitos To-manurung. Analisis difokuskan pada miteme dan ceriteme yang dianggap mengandung informasi mengenai nilai-nilai politik dan sistem politik. Hasil analisis menunjukkan bahwa mitos tersebut––yang menceritakan tentang tokoh To-manurung dan hubungannya dengan pemuka-pemuka masyarakat––mengandung nilai-nilai dan praktik demokrasi. Di sisi lain, mitos tersebut juga menunjukkan adanya nilai-nilai dan praktik politik yang lain di Bantaeng. Sistem nilai dan praktik seperti ini mencerminkan sebuah corak demokrasi tertentu, yang di sini disebut demokrasi To-manurung.Kata Kunci: Mitos, To-manurung, miteme, ceriteme, nilai-nilai politik, sistem politik, filsafat politik, demokrasi.
LEGENDA, CERITA RAKYAT, DAN BAHASA DI BALIK KEMUNCULAN POLITIK PEREMPUAN JAWA Dwi Hastuti, Kurniawati
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Tulisan ini hendak memperlihatkan bahwa unsur budaya lokal berperan sangat penting dan seharusnya tidak dikesampingkan dalam melihat dan memahami fenomena politik. Tulisan ini mengelaborasi peran legenda, cerita rakyat, dan bahasa dibalik kemunculan politik perempuan di Jawa. Dengan mengamati dan meneliti strategi kampanye dua politisi perempuan Jawa yang berkompetisi dalam pemilihan kepala daerah langsung di Banyuwangi (Jawa Timur) dan Kebumen (Jawa Tengah) pada tahun 2005, tulisan ini menunjukkan bahwa kemenangan politik mereka dipermudah oleh pandangan masyarakat setempat yang melihat para politisi perempuan itu sebagai penjelmaan kembali sosok perempuan pahlawan dan dihormati dalam sejarah setempat, atau sebagai orang yang memperoleh legitimasi kultural dari Keraton Yogyakarta sebagai pusat kosmis dalam kosmologi Jawa. Tulisan ini secara jelas menunjukkan bahwa bahasa daerah di Banyuwangi dan Kebumen berperan penting sebagai media untuk membangun identitas kolektif, dan pada saat bersamaan digunakan untuk membangun persepsi mengenai norma gender ideal (yang melekat pada sosok perempuan itu) untuk menumbuhkan simpati kelompok and meningkatkan keterpilihan politik. Kata Kunci: Kebudayaan, legenda, cerita rakyat, bahasa, kemunculan politik perempuan Jawa. 
AGAMA, ETNISITAS, DAN PERUBAHAN POLITIK DI MALUKU: REFLEKSI TEORETIK DAN HISTORIS Pamungkas, Cahyo
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Artikel ini merupakan salah satu hasil studi literatur dari penelitian ethnoreligious conflict yang diselenggarakan oleh Radboud University Nijmegen, Belanda pada tahun 2011. Artikel ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) bagaimanakah hubungan antara unsur-unsur budaya terutama agama dan etnisitas dengan kompetisi politik menurut teori identitas sosial? (2) Bagaimanakah perkembangan lembaga-lembaga keagamaan di Maluku beserta konsekuensi-konsekuensi politik dan budaya yang menyertainya? (3) Bagaimana kita menggunakan teori identitas sosial untuk menganalisis dinamika politik di Maluku pada masa sekarang, terutama berkaitan dengan polarisasi agama dan etnisitas? Teori identitas sosial menyebutkan bahwa identifikasi kelompok adalah prasyarat utama untuk mendorong lahirnya favoritism kelompoknya sendiri dan permusuhan terhadap anggota-anggota kelompok lain. Agama dan etnisitas sebagai akibatnya memiliki konsekuensi secara teoretik sebagai sumber hubungan yang bersifat konfliktual antara kelompok-kelompok agama dan suku. Namun, dinamika politik kontemporer di Maluku sesudah konflik berakhir, menunjukkan bahwa polarisasi agama dalam politik tidak lagi menonjol dibandingkan beberapa periode sebelum konflik komunal. Sebagai implikasi teoretiknya, beberapa elemen dari teori identitas sosial kurang lagi relevan untuk menganalisa hubungan antara agama atau dalam politik kontemporer. Kata kunci: Agama, etnisitas, dan politik.
PERILAKU POLITIK PRAGMATIS DALAM KEHIDUPAN POLITIK KONTEMPORER: KAJIAN ATAS MENYURUTNYA PERAN IDEOLOGI POLITIK DI ERA REFORMASI Noor, Firman
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Tulisan ini membahas tentang menurunnya peran ideologi politik sebagai landasan yang sepatutnya dirujuk oleh masyarakat dan partai politik dalam kehidupan berpolitik, baik dalam soal menyusun strategi maupun berperilaku. Beberapa momen politik penting, seperti pemilihan legislatif, pemilihan presiden, pembentukan koalisi, perilaku pemerintah maupun pilkada saat ini semakin menunjukkan geliat pengaruh pragmatisme, yang semakin meminggirkan ideologi politik. Fenomena semakin tidak relevannya kacamata ideologis dalam melihat dan memaknai keberadaan partai politik, berikut perilakunya juga mengindikasikan ketersingkiran itu. Kenyataan menunjukkan bahwa aktivitas di kebanyakan partai politik dewasa ini lebih ditentukan oleh kepentingan pragmatis semata. Kata kunci: Ideologi, pragmatisme, budaya, politik, perilaku
BUDAYA POLITIK KHAS MINANGKABAU SEBAGAI ALTERNATIF BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Effendi, Nursyirwan
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Tulisan ini mengkaji pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Padang tahun 2013. Tujuan tulisan ini untuk menawarkan salah satu alternatif budaya politik di Indonesia yang bebas konflik. Pertentangan politik yang diakibatkan oleh pelaksanaan Pilkada dapat dihindari melalui gagasan persaudaraan dari para peserta pemilihan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling dan data diperoleh dengan cara pengamatan melalui keterlibatan setengah aktif dan wawancara mendalam. Temuan menunjukkan bahwa masyarakat kota Padang sangat memahami kondisi politik Pilkada yang kondusif yang tidak membangun suasana konflik oleh karena para calon peserta Pilkada membangun rasa persaudaraan (badunsanak). Berdasarkan ikrar yang dibangun oleh para calon peserta Pilkada, Pilkada Badunsanak dapat dikatakan sebagai suatu budaya politik yang khas Minangkabau.Kata Kunci: Pilkada, Badunsanak, Kekuasaan, Konflik, Budaya Politik
DINAMIKA KOMUNITAS WARUNG KOPI DAN POLITIK RESISTENSI DI PULAU BELITUNG Erman, Erwiza
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Dewasa ini bisnis warung kopi mengalami perkembangan yang pesat bersamaan dengan penciptaan selera, hasrat, dan gaya hidup baru kelas menengah kota. Jika dulu minum kopi identik dengan orangtua, kini melalui berbagai iklan, kopi hadir sebagai minuman supermahal, identik dengan kemewahan dan gaya hidup kelas menengah. Dengan memilih Kota Tanjung Pandan dan Manggar di Pulau Belitung sebagai studi kasus, artikel ini mencoba melihat faktor-faktor kemunculan, perkembangan, fungsi warung kopi, dan peran komunitasnya dalam konteks politik dan ekonomi yang lebih luas. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, observasi langsung dan wawancara mendalam dengan pemilik dan pelanggan serta masyarakat sekitar warung kopi, penelitian ini memperlihatkan bahwa warung kopi tidak hanya sekedar sebuah usaha bisnis dan ruang publik yang memuaskan keinginan, hasrat pencandu kopi, tetapi adalah sebagai tempat membentuk komunitas, solidaritas dan saluran politik resistensi untuk memperjuangkan keadilan. Perkembangan ini berproses dan itu tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekonomi dan politik lokal/nasional. Kata kunci: Warung kopi, perkembangan, komunitas, politik resistensi, Belitung
REVITALISASI TRADISI: STRATEGI MENGUBAH STIGMA KAJIAN PIIL PESENGGIRI DALAM BUDAYA LAMPUNG Sinaga, Risma Margaretha
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Kajian ini berangkat dari marginalisasi pada ulun (orang) Lampung. Sebagai etnik lokal, mereka kurang dihargai oleh pendatang. Di ranah eksternal, ulun Lampung mendapat stigma, karena berbagai tindakannya sering di luar konteks Piil Pesenggiri. Pada dasarnya, Piil Pesenggiri berhubungan dengan makna positif seperti keramahtamahan terhadap tamu, menjunjung martabat dan harga diri, namun sebaliknya yang tampil adalah kekerasan, malas, arogan dan tindakan lainnya yang dalam pandangan pendatang diasosiasikan dengan Piil Pesenggiri. Penelitian ini bertujuan menjelaskan tentang strategi ulun Lampung dalam merevitalisasi nilai Piil Pesenggiri sebagai modal budaya. Saat ini, dengan merevitalisasi kembali Piil Pesenggiri, adalah upaya untuk keluar dari dominasi pendatang dan mengubah stigma yang dilekatkan kepada ulun Lampung. Mereka menguatkan kesadaran kolektif melalui revitalisasi dan reartikulasi Piil Pesenggiri sebagai representasi identitas. Penelitian ini juga menemukan, bahwa reproduksi Piil Pesenggiri adalah bentuk resistensi terhadap ketidaksetaraan dengan pendatang, pengakuan dan dihargai sebagai etnis lokal. Revitalisasi tradisi yang dilakukan antara lain dengan menggelar begawi adok, yaitu ritual pemberian gelar kehormatan kepada orang luar (pendatang) sebagai tanda hubungan persaudaraan—atau sebagai pertukaran. Kata Kunci: Ulun lampung, piil pesenggiri, revitalisasi, reproduksi, strategi
TINJAUAN BUKU SHADES OF GREY: INGATAN PRIBADI DAN SEJARAH Abdullah, Taufik
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 1 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Dalam Symposium on Southeast Asian Studies, yang diadakan untuk menghormati seorang profesor yang akan pensiun, di Vrije Universiteit, Amsterdam (2001) saya menyajikan sebuah makalah, yang berjudul Neither “out there” nor “the other”. Dalam makalah singkat, yang kemudian diterbitkan SEASREP di Manila, saya sampai pada kesimpulan bahwa ketika menulis karya sejarah akademis tentang Asia Tenggara, apalagi tentang negeri sendiri, saya sadar benar bahwa saya tidak berbicara tentang hal-hal yang terjadi “di sana” (di negeri orang) dan bukan pula tentang “orang lain” (bangsa lain) . Perasaan ini semakin terasa kalau saya berhadapan dengan sejarah kontemporer—yaitu rentetan peristiwa yang terasa seperti langsung dialami. Akan tetapi, memang sejarah kontemporer bukanlah sebagaimana dikatakan seorang teoretikus “a foreign country, tempat orang berbuat yang aneh-aneh. Keyakinan ini bertambah kuat juga setelah saya membaca buku Shades of Grey, memoir Jusuf Wanandi. Meskipun buku ini mengisahkan pengalaman pribadi sang penulis dalam dunia perpolitikan Indonesia, suasana yang diuraikannya menggugah apa yang rasanya pernah saya alami. Senang, marah, dongkol, dan sebagainya adalah berbagai corak perasaan yang pernah saya alami ketika berbagai peristiwa politik di tanah air terjadi. Tetapi lebih daripada itu, buku ini dengan begitu saja mengingatkan kita—atau setidaknya saya—bahwa berkisah tentang peristiwa sosial-politik kontemporer tanah air sebenarnya kita berhadapan dengan tiga lapis pengetahuan.
THE UNBROKEN LEGACY: AGRARIAN REFORM OF YUDHOYONO’S ERA Mulyani, Lilis
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 2 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Di saat pemerintahan yang baru akan segera dipilih, Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sebetulnya masih menyisakan beberapa “pekerjaan rumah” yang cukup besar bagi pemerintahan baru. Sebuah program (dan visi) mengenai reforma agraria telah dilaksanakan dalam bentuk proyek rintisan (pilot project) sejak tahun 2007 meskipun kenyataan memperlihatkan bahwa pelaksanaan program ini mendapat banyak tantangan. Sebagai sebuah visi pemerintahan, diujicobakannya program reforma agraria di beberapa daerah sangat menarik, karena telah lama “reforma agraria” dipetieskan, belum lagi tantangan yang kemudian muncul karena saat ini pemerintah telah terlalu berat berpijak pada sistem ekonomi pasar bebas, sementara di sisi lain masih amat tergantung pada pola-pola kolonial yang mengandalkan industri ekstraktif atas pengelolaan sumber daya alam. Pola-pola industri ekstraktif ini terbukti membawa keuntungan bagi sektor yang mengelolanya sehingga ketika ada suatu program yang membutuhkan elemen terpenting dari industri itu, yaitu tanah dan sumber daya agraria untuk diredistribusikan pada masyarakat miskin, resistensi sektoral kemudian menguat. Dengan menggunakan pendekatan sosio-legal, tulisan ini mencoba mendalami bagaimana peninggalan pemerintahan-pemerintahan yang lalu berupa industri ekstraktif dan pengelolaan sektoral dalam sumber daya agraria, menjadi penghalang dilaksanakannya programprogram berbasis agrarian, termasuk program reforma agraria, baik secara ideologi maupun secara kelembagaan.Kata kunci: Reforma agraria, land reform, Pemerintahan SBY, pengelolaan sumber daya agrarian, institusi ekstraktif
DEGRADASI KEBUDAYAAN MARITIM: SEJARAH, IDENTITAS, DAN PRAKTIK SOSIAL MELAUT DI BANTEN Octavian, Amarulla; Yulianto, Bayu A
Masyarakat Indonesia Vol 40, No 2 (2014): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Masyarakat Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.79 KB)

Abstract

Kolonialisme dianggap sebagai tesis awal yang mengetengahkan meluruhnya kebudayaan maritim nusantara. Kendati demikian, dalam kerangka mengembalikan kebudayaan maritim itu sendiri, pertanyaan terkait representasi peluruhan itu di dalam masyarakat masih perlu dielaborasi lebih jauh. Artikel ini menyajikan proses peluruhan kebudayaan maritim di wilayah Banten, baik dari sisi historis maupun representasi dalam konteks praktik sosial melaut kekinian di masyarakat dalam perspektif sosiologi.Kata Kunci: Kebudayaan, maritim, sejarah, representasi, dan praktik sosial

Page 1 of 2 | Total Record : 14