cover
Contact Name
Rangga Saptya Mohamad Permana
Contact Email
rangga.saptya@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalprotvfunpad@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
ProTVF: Jurnal Kajian Televisi dan FIlm
ISSN : 2548687X     EISSN : 25490087     DOI : -
ProTVF is published twice a year (March and September) published by the Faculty of Communication Science, Universitas Padjadjaran. ProTVF provides open access to the public to read abstract and complete papers. ProTVF focuses on Television and Film studies.
Arjuna Subject : -
Articles 105 Documents
KAJIAN KRITIS TAYANGAN TELEVISI FAVORIT KELAS MENENGAH PERKOTAAN Gemiharto, Ilham; Abdullah, Aceng; Puspitasari, Lilis
ProTVF Vol 1, No 1 (2017): ProTVF Volume 1, No.1, Maret 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.405 KB)

Abstract

Salah satu ciri masyarakat kelas menengah adalah memiliki disposable income, yaitu dana sisa di luar untuk kebutuhan sandang, pangan, papan dasar yang cukup besar, yaitu sekitar 30 persen dari total pendapatan. Dengan disposable income yang memadai mereka memiliki keleluasaan untuk memenuhi kebutuhan di luar kebutuhan dasar (basic needs) termasuk dalam memilih tayangan televisi favorit. Sebagai penonton televisi, kelas menengah memiliki posisi penting dalam proses komunikasi bermedia (mediated communication). Penelitian mengenai tayangan televisi dilakukan untuk melengkapi kajian tentang televisi, karena bagaimanapun juga pesan yang disampaikan  televisi, baru akan bermakna ketika sampai ke mata penonton, dalam hal ini kelas menengah perkotaan. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kelas menengah perkotaan memaknai tayangan favorit mereka di televisi nasional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen serta teknik analisis data deskriptif, dengan informan penelitian adalah kelas menengah perkotaan dengan rentang usia 26 – 50 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwapemaknaan yang dilakukan masing-masing responden satu sama lain berbeda.Kelas menengah tidak sepenuhnya tidak berdaya dalam interaksinya dengan televisi dan menerima begitu saja apa yang ditawarkan oleh televisi. Kelas menengah perkotaan bukanlah audiens yang pasif dalam menonton televisi, melainkan para pribadi yang bebas dan otonom dengan potensi kesadaran kritis terhadap media televisi melalui sikap ingin tahu dan komentar-komentar yang terlontar dari padanya. Tayangan favorit kelas menengah perkotaan kini mulai bergeser dari tayangan sinetron drama dengan ratusan episode kepada tayangan talkshow yang lebih informatif namun tetap menghibur.Kata-kata Kunci: Kajian Kritis, Tayangan Televisi Favorit, Kelas Menengah Perkotaan, Kota Bandung
DOKUMENTER TV : “UDJO & SAUNG ANGKLUNG” SEBAGAI MANIFESTASI BUDAYA SUNDA Setiawan, Iwan
ProTVF Vol 1, No 1 (2017): ProTVF Volume 1, No.1, Maret 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.103 KB)

Abstract

Udjo dan Saung Angklung bukanlah sesuatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi masyarakat Sunda.  Hal ini disebabkan musik angklung yang alatnya terbuat dari bambu merupakan kesenian tradisional khas dari suku Sunda. Pada masa lalu, angklung banyak di pergunakan pada kebutuhan-kebutuhan upacara adat. Di dalam perkembangannya, musik angklung telah mendunia, bahkan telah diakui oleh UNESCO sebagai musik asli Indonesia. Tokoh yang telah berjasa dalam mengembangkan musik angklung adalah Daeng Soetigna. Beliau dikenal sebagai Bapak Angklung Jawa Barat karena telah berhasil menciptakan nada Diatonis (do-re-mi), sebelumnya angklung hanya memiliki nada Tritonik/tetratonik.  Tokoh lain yang telah turut mengembangkan musik angklung adalah salah seorang murid dari Daeng Soetigna yang bernama Udjo Ngalagena atau lebih akrab disapa dengan nama Mang Udjo. Melalui tangan Mang Udjo inilah musik angklung bisa terus berkembang hingga terkenal ke segenap penjuru dunia sebagai kekhasan musik Indonesia. Bagi masyarakat banyak, pada akhirnya nama Mang Udjo lebih dikenal sebagai salah seorang tokoh angklung Jawa Barat. Akan tetapi dalam kiprahnya untuk mengembangkan Angklung, nama Udjo Ngalagena tidak terpisahkan dengan sanggar yang didirikannya yakni Saung Angklung Ujo. Selain biografi Udjo Ngalagena dan berdirinya Saung Angklung Udjo tidak terlepas dari peran Udjo sebagai pendirinya. Bahkan jika kita ingin mengadakan studi tentang Saung Angklung Udjo dapat dikatakan sangat erat kaitannya dengan studi tentang biografi Udjo Ngalagena dan keluarga. Hal ini didukung oleh pendapat dari para tokoh masyarakat dan budayawan Jawa Barat yang mengemukakan pendapat  pro dan kontra. Pada intinya dikatakan, Udjo dan Saung Angklung merupakan sebuah rawayan atau jembatan kecil menuju gerbang industri budaya kreatif dunia. Hasil penelitian ini diharapkan akan bisa memberikan berbagai kontribusi bagi masyarakat banyak. Selain memperkenalkan seni Filmis, juga tentang materi film itu sendiri. Bagaimana kehidupan seni angklung, perjalanan hidup Udjo Ngalagena hingga menjadi sebuah perusahaan (industri) budaya bagaimana manajemen dan perubahan-perubahannya dari tradisional menjadi modern serta sampai sejauh mana Udjo Ngalagena berjuang untuk menduniakan angklungnya.Kata-kata Kunci: Dokumenter, Televisi, Budaya, Sunda, Angklung
“JATIDIRI PASUNDAN” SEBAGAI BRANDING BANDUNG TV DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ISI SIARAN DI ERA DIGITALISASI Ramdan, Ahmad Taufiq Maulana; Setianti, Yanti; Nugraha, Aat Ruchiat
ProTVF Vol 1, No 1 (2017): ProTVF Volume 1, No.1, Maret 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.468 KB)

Abstract

Keberadaan televisi lokal menyongsong era digitalisasi akan semakin tertantang dengan adanya persaingan untuk mendapatkan perhatian publik yang semakin kritis dan tersegmentasikan dengan jelas. Persaingan diantara industri penyiaran lokal dapat diatasi melalui tayangan isi siaran yang mengandung nilai-nilai budaya sebagai keunggulan sebuah televisi lokal di suatu daerah. Tuntutan isi siaran pada televisi lokal harus harus mengimbangi terhadap perkembangan budaya modern dan teknologi informasi yang semakin “bebas” memasuki ruang pribadi dan ruang publik secara berkesinambungan. Disisi lain, televisi sebagai media komunikasi massa yang cukup ampuh dalam menyampaikan pesan-pesan terhadap publik telah merubah pemikiran dan budaya bangsa secara bertahap. Hal inilah yang terdapat pada isi siaran televisi lokal Bandung TV yang masih tetap mempertahankan isi siaran dengan konsep-konsep budaya lokal Kesundaan sebagai identitas Branding keberadaan televisi lokal di era persaingan siaran analog dan digital yang semakin kompetitif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana Bandung TV membangun branding “Jatidiri Pasundan” melalui program tayangan advertorial gelaran event 1001 produk wirausaha baru Jawa Barat 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatankualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsep tayangan yang menunjang branding “Jatidiri Pasundan” disiarkan dengan penggunaan bahasa Sunda lomamengenai isi tayanganevent Gelar 1001 Produk Wirausaha Baru Jawa Barat 2016. Simpulan dari penelitian ini bahwa Bandung TV telah berhasil menanamkan sebagian dari nilai-nilai “Jatidiri Pasundan” dalam tayangan event Gelar 1001 Produk Wirausaha Baru Jawa Barat 2016.Kata-kata Kunci: Siaran Televisi, Branding, Televisi Lokal
REPRESENTASI YOGYAKARTA DALAM FILM ADA APA DENGAN CINTA 2 Rosfiantika, Evi; Mahameruaji, Jimi Narotama; Permana, Rangga Saptya Mohamad
ProTVF Vol 1, No 1 (2017): ProTVF Volume 1, No.1, Maret 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.612 KB)

Abstract

Yogyakarta menjadi setting tempat dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2. AADC 2 memberikan nuansa seni dan romantisme dalam dialog dan cerita  Film tersebut, Yogyakarta sebagai kota yang memiliki kebudayaan yang khas direpresentasikan dalam aktifitas seni, kehidupan keseharian dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Film termasuk ke dalam salah satu media massa yang bisa merepresentasikan nilai-nilai budaya dan identitas bangsa. Bertujuan untuk mengetahui representasi Yogyakarta dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2. Metode yang digunakan adalah semiotik. Berisi pengamatan dan analisis simbol-simbol yang muncul mengenai Yogyakarta dalam film AADC 2. Untuk triangulasi dilakukan studi pustaka dan wawancara.Hasilnya menjadi acuan/bahan/materi dari beberapa mata kuliah Program Studi Televisi dan Film yaitu Sosial Budaya Indonesia, Produksi Film, dan Kajian Film.Kata-kata Kunci: Representasi, Budaya, Yogyakarta, Film, Semiotik
STRATEGI PERENCANAAN PUBLIC RELATIONS NET. TV DALAM MEMBENTUK CITRANYA SEBAGAI TELEVISI MASA KINI Utami, Shafira Putri Citra; Dida, Susanne; Prastowo, FX. Ari Agung
ProTVF Vol 1, No 1 (2017): ProTVF Volume 1, No.1, Maret 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.695 KB)

Abstract

Penelitian yang berjudul ”Strategi Perencanaan Public Relations NET.TV dalam membentuk citranya sebagai Televisi Masa Kini” bertujuan untuk mengetahui analisa riset formatif, menetapkan dan memformulasikan strategi, pemilihan dan pengimplementasian taktik dan evaluasi yang dilakukan oleh NET.TV dalam membentuk citranya sebagai Televisi Masa Kini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis data kualitatif. Landasan konsep yang digunakan adalahh Strategy Planning for Public Relations dari Ronal D. Smith. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan strategi perencanaan public relations dalam membentuk citranya sebagai Televisi Masa Kini cukup efektif. Dalam fase riset formatif tahap analisis situasi, NET.TV melihat kesempatan yang ada pada zaman sekarang adalah perkembangan digital, dan NET. Memilih segmentasi pasarmereka adalah family AB, konten tayangan dikemas sesuai dengan segment arsip asa rmereka,Dalam fase strategi, konten tayangan program disesuaikan dengan visi dan misi perusahaan serta identitas mereka, yaitu menyajikan konten program yang educating, informating, danentertaining. Fase taktik NET.TV memilih taktik komunikasi seperti tatap muka, dan juga beberapa alat media atau periklanan untuk promosi programnya. Fase evaluasi, NET. Melakukan evaluasi dengan dibagi menjadi evaluasi program On Air dan program Off Air, evaluasi program On Air dilakukan oleh direksi, divisi sales & production, dan jajaran atas lainnya, sedangkan untuk evaluasi program Off Air dilakukan oleh divisi PR. Saran yang ingin disampaikan peneliti kepada NET.TV sebaiknya NET.TV lebih memperhatikan hambatan yang adadengan perkembangan digital, dan juga lebih mengadakan kegiatan yang melibatkan audiens karena lebih efektif dalam meningkatkan awareness publiknya.Kata-kata Kunci: Strategi, Public Relations, NET.TV
PROSES PERSUASI RUANG FILM BANDUNG KEPADA ANGGOTA KOMUNITAS FILM DI BANDUNG DALAM PROGRAM KLINIK FILM Barezki, Fisti Eliana; Hafiar, Hanny
ProTVF Vol 1, No 1 (2017): ProTVF Volume 1, No.1, Maret 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.024 KB)

Abstract

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan Ruang Film Bandung dalam rangka persuasi terhadap komunitas film di Bandung dalam program Klinik Film dengan mengkajinya dalam enam langkah persuasi yaitu presenting, attending, comprehending, yielding, retaining, dan acting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi lapangan dan pengumpulan dokumen.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ruang Film Bandung melakukan tahap presenting dengan melibatkan persuader yang dianggapnya kredibel, menunjukkan kesamaannya dengan komunitas film di Bandung dan menggunakan power dalam mengumpulkan komunitas-komunitas film di Bandung untuk mempresentasikan program. Pada tahap attending, Ruang Film Bandung  melakukan pendekatan personal dalam menyampaikan pesan, menggunakan tema yang berbeda setiap bulannya, dan menekankan manfaat dari program untuk menarik komunitas film di Bandung. Pada tahap comprehending, Ruang Film Bandung menyampaikannya dengan menggunakan istilah film serta melakukan penjelasan berulang setiap awal dan akhir pelaksanaan acara Klinik Film. Pada tahap yielding, Ruang Film Bandung menggunakan strategi argumen dalam membuat komunitas film di Bandung setuju. Pada tahap retaining, Ruang Film Bandung konsisten dalam pelaksanaan Klinik Film. Pada tahap acting, Ruang Film Bandung berupaya mengubah keyakinan, sikap dan perilaku dari komunitas film di Bandung. Kata-kata Kunci: Persuasi, Tahap, Komunitas, Film, Sikap
MAKNA GAMBAR 3 BIRI-BIRI DAN KOTAK PADA FILM ‘THE LITTLE PRINCE’ Indriani, Sri Seti; Prasanti, Ditha
ProTVF Vol 1, No 1 (2017): ProTVF Volume 1, No.1, Maret 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.248 KB)

Abstract

Film mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, muatan pesan tersebut dibangun dengan banyak tanda Maka dengan anggapan tersebut film dapat memberi pengaruh yang banyak terhadap kehidupan masyarakat melalui tanda-tanda.Film ‘The Little Prince’ adalah film animas yang mengugah pemikiran orang dewasa yang menontonnya. Menggambarkan bagaimana kehidupan yang sedang terjadi masa kini, dimana banyaknya manusia yang hanya fokus pada masa depan, sehingga bersaing untuk mendapatkan prestasi nilai yang tinggi dan pekerjaan yang bagus, dan melupakan cara menikmati hidup pada masa sekarang, hal-hal yang esensial dalam hidup. Penelitian ini bermaksud untuk melihat makna simbol visual Biri-biri dan Kotak dari film tersebut yang berkaitan dengan hal yang esensial dalam hidup yang bermakna. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode semiotika analisis Roland Barthes. Metode semiotika ini menganalisis fenomena dari segi tanda dan makna. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa  makna tanda dan penanda dalam film ‘The Little Prince’ dapat dikaji dari makna denotasi, makna konotasi, dan makna mitos. Makna yang tersirat dalam tiga Biri-biri dan Kotak menggambarkan bahwa apa yang tampak tidak dapat dipahami tanpa melihat makna konotasi dan mitos didalamnya, kotak yang berlubang, tidak hanya sekedar kotak berlubang namun adanya sebuah imajinasi sang pangeran yaitu seekor biri-biri yang hidup di dalamnya dengan rupa biri-biri sesuai dengan keinginannya.Hal ini menyimpulkan bahwa apa yang terpenting biasanya tidak terlihat kasat mata.Kata-kata Kunci: Makna, Simbol, Biri-biri, Semiotika, Film
REPRESENTASI EKSPLOITASI SATWA DALAM FILM RISE OF THE PLANETS OF THE APES Yasmin Yasmin; Yanti Setianti; FX. Ari Agung Prastowo
ProTVF Vol 1, No 2 (2017): September 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.177 KB) | DOI: 10.24198/ptvf.v1i2.19874

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi atau gambaran eksploitasi satwa yang terdapat dalam film Rise of The Planets of The Apes, bagaimana manusia memperlakukan hewan dengan tidak baik dan tidak sesuai dengan Five of Freedom yang dicetuskan kerajaan Inggris sejak tahun 1992. Lima Kebebasan menguraikan lima aspek kesejahteraan hewan dibawah kendali manusia yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, rasa tidak nyaman, bebas mengepresikan perilaku normal, dan bebas dari rasa stress dan tertekan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif dan pendekatan semiotika. Objek penelitian ini adalah film Rise of The Planets of The Apes dan subjeknya adalah tanda atau makna yang merepresentasikan eksploitasi satwa. Pengumpulan data yang diperoleh dengan dokumentasi, wawancara dan studi kepustakaan. Peneliti menggunakan pendekatan semiotika dari John Fiske untuk mengetahui representasi eksploitasi satwa dalam film Rise of The Planets of The Apes. Kode-kode televisi John Fiske digunakan untuk meneliti film ini seperti: Perilaku, ekspresi, gerakan, dialog, sudut kamera dan ideologi. Setelah melakukan penelitian, peneliti mengidentifikasi adanya gambaran eksploitasi satwa dalam film Rise of The Planets of The Apes yang terpresentasikan melalui: eksperimen terhadap kera, pukulan, siraman, ancaman, intimidasi, raut muka ketakutan, tidak nyaman dan kesakitan, penindasan dan dari beberapa dialog peneliti menemukan adanya ideologi matrealisme.
Nasionalisme Dalam Narasi Cerita Film (Analisis Narasi Tzvetan Todorov Pada Film Habibie & Ainun) Azis Maulana; Catur Nugroho
ProTVF Vol 2, No 1 (2018): March 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1578.595 KB) | DOI: 10.24198/ptvf.v2i1.12042

Abstract

Sebagai sebuah karya seni, film merupakan hasil dari proses kreatif berbagai unsur, di antaranya teater, seni musik, seni rupa, seni suara, dan teknologi dengan kekuatan gambar sebagai bentuk visualisasi. Penyampaian pesan film untuk penonton dapat dilihat dari sudut pandang narasi yang digunakan. Hal ini dikarenakan narasi berkaitan dengan cara bercerita, cara sebuah fakta dalam film disajikan atau diceritakan kepada penonton. Tzvetan Todorov memiliki teori narasi yang mengatakan bahwa sebuah film atau cerita memiliki bagian. Film Habibie & Ainun menjadi film yang paling banyak ditonton di antara film-film sejenis yang ada di Indonesia. Jumlah penonton bioskop film Habibie & Ainun hingga saat ini telah mencapai 4,5 juta penonton dan menduduki peringkat ketiga untuk film dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prinsip nasionalisme dalam narasi cerita film Habibie & Ainun dilihat dari analisis narasi pada bagian cerita awal, tengah dan akhir film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Habibie & Ainun merupakan film yang mengandung prinsip nasionalisme. Prinsip nasionalisme yang terlihat dalam narasi cerita awal yaitu prinsip kepribadian dan prestasi. Pada narasi cerita tengah terdapat semua prinsip nasionalisme yaitu kesatuan, kepribadian, kesamaan, kebebasan dan prestasi. Terakhir, prinsip nasionalisme pada narasi cerita meliputi prinsip persatuan dan kepribadian.
CITRA DIRJEN BEA DAN CUKAI PADA KASUS PENYELUNDUPAN NARKOBA DALAM TAYANGAN CUSTOMS PROTECTION NET TV Dwi Desilvani; Hanny Hafiar; Trie Damayanti
ProTVF Vol 1, No 2 (2017): September 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.312 KB) | DOI: 10.24198/ptvf.v1i2.19870

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana NET TV membingkai kasus penyelundupan narkoba dan membingkai citra Dirjen Bea dan Cukai. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas Berger dan Luckmann, paradigma konstruktivisme dengan studi analisis framing. Teknik Pengumpulan data: analisis teks, wawancara, observasi partisipan, dan studi pustaka. Teknik analisis data: analisis framing Robert N. Entman dan analisis wawancara. Teknik validitas dan realibilitas data: pengamatan, peningkatan ketekunan, dan triangulasi sumber.Hasil penelitian ini menunjukkan NET TV membingkai kasus penyelundupan narkoba dengan menampilkan empat pendefinisian masalah, empat perkiraan penyebab masalah, empat keputusan moral, dan empat penekanan penyelesaian masalah. Dengan melakukan penyeleksian isu bersama kesepakatan pihak Dirjen Bea dan Cukai serta melakukan penonjolan isu melalui editing, teks secara lisan maupun tulisan, serta gestur pemain. Citra yang terbingkai pun menjadi dua yaitu citra pelayanan dan perlindungan.Saran yang dapat diberikan ialah pendefinsian masalah yang timbul dapat menjadi bahan evaluasi Dirjen Bea Cukai; dalam episode rekonstruksi sebaiknya dicantumkan pemberitahuan; sebaiknya NET TV sebagai media massa lebih objektif dan berimbang; penelitian ini hanya terbatas pada aspek teks diharapkan ada penelitian lebih lanjut dengan aspek yang lebih luas.

Page 1 of 11 | Total Record : 105