cover
Contact Name
ARI HAYATI
Contact Email
ari.hayati@unisma.ac.id
Phone
+62341- 551932
Journal Mail Official
biosaintropis@unisma.ac.id
Editorial Address
Tata Usaha FMIPA Unisma Gedung Usman bin Affan Kompleks Unisma Jl. MT Haryono 193 Malang 65144
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic)
ISSN : 23382805     EISSN : 24609455     DOI : https://doi.org/10.33474/e-jbst.v7i2.305
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal ini mengkaji fenomena dan temuan penelitian di bidang biologi dan ilmu-ilmu dasar (sains) lainnya serta bidang studi di wilayah tropis. Jurnal ini ditujukan untuk menemukan solusi alternatif dalam perkembangan ilmu biologi demi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan Dunia.
Articles 225 Documents
Peran Air Perasan Pegagan (Centella asiatica) terhadap SOD pada Tikus alaiya, Sholikha; Athiroh AS, Nour; santoso, hari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 1, No 1 (2015): Kearifan Lokal dan Biologi pada Usaha Perbaikan Kualitas Habitat
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.1 KB)

Abstract

Pegagan (Centella asiatica (Linn.) Urban) 1 adalah tumbuhan berpotensi dalam peningkatan fungsi kognitif dengan kandungan senyawa triterpenoid. Senyawa triterpenoid merupakan antioksidan alami berasal dari tumbuhan pegagan. Adanya aktivitas sel tidak seimbang akan menurunkan fungsi kognitif, menimbulkan insiden dugaan awal penyakit demensia di Indonesia yang terjadi pada kelompok lanjut usia (lansia). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian air perasan pegagan1 dapat meningkatkan kadar  Superoxide dismutase (SOD) pada tikus tua dan untuk mengetahui konsentrasi optimum air perasan pegagan1 dapat meningkatkan kadar Superoxide dismutase (SOD) pada tikus tua. Metode penelitian eksperimental laboratorik model post test only control group design. Analisis data: uji One Way ANOVA dan Post Hoc. Penelitian ± 5 bulan menggunakan tikus (Rattus norvegicus) galur wistar jantan, terbagi 5 kelompok perlakuan masing-masing 5 ulangan yaitu Kontrol (-) tikus usia normal; Kontrol (+) tikus usia tua; K III (tikus tua+2% APP); KIV (tikus tua+4% APP); KV (tikus tua+8% APP). Hasil penelitian menunjukkan air perasan pegagan1 (APP) mampu meningkatkan kadar SOD pada tikus tua dalam konsentrasi 2%. Nilai optimum APP adalah 4%. Sehingga, peran pemberian APP sangat berpengaruh baik dalam melindungi stabilitas antioksidan dari senyawa radikal bebas pada tikus tua.Kata kunci: Kadar Superoxide dismutase, Pegagan (Centella asiatica), Tikus Tua
PERASAN MACAM BUAH ANGGUR (Vitis vinivera L.) SEBAGAI PENETRALISIR MERKURI (Hg) DENGAN METODE UVAL Marhumah, Siti; Rahayu, Tintrim; Hayati, Ari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (997.043 KB)

Abstract

Mercury (Hg) is heavy metal can be free radicals and in nature are toxic if accumulates excessive in the human body. Grape (Vitis vinifera) is plants which can overcome negative impact because it contains vitamin C as antioxidant and capable of preventing free radicals .There are different types of grapes (red , black , and green) that have the vitamin C in contrast to the potential of Hg neutralization. This research aims to review the role of grapes on the most effective in decreasing free radicals and grape is most potent as mercury neutralization in 10 ppm HgCl2 solution using Uval tested methods. The design used the two factors experiment. First, it is concentration of grapes; 1 % , 2 % , 3 % , 4 % , 5 % , and 6%. The second factor is kind of grapes (red, black and green). Control is HgCl2 10 ppm cause full black circle of spot. Data analysed a sort of descriptive set quantitative and qualitative to circle of spot according to the scale 1-6 and measuring area of spot on aluminium foil. The result showed red grape has smallest area of black spot at 4%. Red, black, and green grapes have influence as mercury neutralization and no black spot area on aluminium foil or clean in 5 % concentration.Merkuri (Hg) merupakan logam berat yang dapat menjadi radikal bebas dan bersifat toksik jika terakumulasi berlebihan dalam tubuh manusia. Anggur (Vitis vinifera L) merupakan tanaman yang dapat mengatasi dampak negatif tersebut karena mengandung vitamin C sebagai antioksidan dan mampu menangkal radikal bebas. Ada beberapa jenis buah anggur (anggur merah, anggur hitam, dan anggur hijau) yang kandungan vitamin C nya berbeda dengan potensi penetralisir yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran buah anggur pada konsentrasi yang paling efektif dalam menimalisir radikal bebas dan anggur paling berpotensi sebagai penetralisir merkuri pada larutan HgCl2 10 ppm dengan menggunakan metode uji UVAL. Metode percobaan digunakan eksperimental dengan 2 faktor. Pertama konsentrasi dari buah anggur; 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Faktor kedua jenis anggur (anggur merah, anggur hitam dan anggur hijau). Sebagai kontrol adalah HgCl2 10 ppm menyebabkan lingkaran noda hitam penuh. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif  kepada noda berdasarkan skala 1-6 dan mengukur luas noda pada alumunium foil. Hasil penelitian menunjukkan pada anggur merah memiliki luas noda hitam paling kecil pada konsentrai 4%. dari semua anggur yaitu anggur merah, anggur hitam, dan anggur hijau berpengaruh sebagai penetralisir merkuri dan tidak ada noda hitam pada aluminium foil atau bersih pada konsentrasi 5%.
PAPARAN 28 HARI EKSTRAK METANOLIK Scurrula atropurpurea TERHADAP KADAR SGPT TIKUS BETINA Mahyan, Argus; Athiroh, Nour; Santoso, Hari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.807 KB)

Abstract

Tea parasite Scurrulaatropurpurea (Bl.) Dans contains several secondary metabolites, one of which is Flavonoids from Quersetin that may act as antioxidants; the presence of antioxidants can neutralize and protect the liver from free radicals. Liver cell damage can be seen from the results of clinical biochemical test form levels of Serum Glutamic Pyrufic Transaminase (SGPT). The purpose of this study was to determine the effect of methanolic extract Scurrulaatropurpurea (MESA) to the SGPT levels of  female white mice for 28 days. Data were analysed using ANOVA in SPSS version 17.0. The numbers of tested animals were 20 female white mice which was divided rat into four groups, each group contained 5 mice. Group 1 is a dick, group 2, 3 and 4 as a treatment.  A significant difference between the mean treatment groups compared with the control group. No significant value difference between the groups was p> 0.05. Therefore, EMSA that was given to female mice for 28 days with a dose of 250 mg / KgBW, 500 mg / KgBW and 1000 mg / KgBW in the treatment group all the doses were not significantly different compared with the controls, in this case the level of SGPT female white mice was normal.Benalu teh (Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder  salah satunya yaitu Flavonoid dari Quersetin yang berperan sebagai antioksidan. Keberadaan antioksidan mampu menetralkan dan melindungi hati dari radikal bebas. Kerusakan sel hati dapat dilihat dari hasil pemeriksaan biokimia klinis berupa kadar Serum Glutamic Pyrufic Transaminase (SGPT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Ekstrak Metanolik Scurrula atropurpurea (EMSA) terhadap kadar SGPT pada tikus putih betina selama 28 hari. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dan analisis data menggunakan uji ANOVA dengan SPSS versi 17.0. Jumlah hewan uji adalah 20 ekor tikus putih betina dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdapat 5 ekor tikus. Perbedaan signifikan antara rata-rata kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan  yang signifikan antara semua kelompok dengan nilai  p>0.05. Maka dari itu EMSA yang diberikan kepada tikus betina selama 28 hari dengan dosis 250 mg/KgBB, 500 mg/KgBB dan 1000 mg/KgBB pada kelompok perlakuan semua dosis tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol, dalam hal ini kadar SGPT pada tikus putih betina bersifat normal. 
Studi Etnobotani dan Keragaman Pisang Buah (Musaceae) Pada Masyarakat Tradisional Pandalungan Desa Krai Lumajang Firdausi, Nilam; Hayati, Ari; Rahayu, Tintrim
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 1, No 1 (2015): Kearifan Lokal dan Biologi pada Usaha Perbaikan Kualitas Habitat
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.328 KB)

Abstract

Pisang merupakan tanaman rakyat yang dapat tumbuh di hampir seluruh tipe agroekosistem. Penggalian pemanfaatan suatu tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu ilmu botani yang lazim dikenal dengan Etnobotani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang tanaman pisang buah (Musaceae) di Desa Krai Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang. Dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015. Metode yang digunakan adalah metode survey acak terpilih (purposive random sampling).  Sampel dilakukan di Desa Krai pada 3 Dusun yaitu Dusun Sentono, Krajan, dan Kebunan. Pengambilan Data  Dilakukan Dengan mengambil data berupa data pemanfaatan tanaman pisang dikumpulkan dengan melakukan wawancara dan kuisioner kepada responden petani / pembudidaya tanaman pisang, pengolah /pengrajin dan pegguna pisang secara umum.Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa persepsi masyrakata Desa Krai Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang di 3 Dusun yaitu sangat tinggi dalam aspek pemanfaatan tanaman pisang buah (Musaceae). Masyrakat banyak mengetahui manfaat semua organ tanaman pisang dari akar, batang daun, buah, bunga bahkan kulit yang dianggap limbah dapat dimanfaatkan sebagai obat. Tanaman juga biasa digunakan sebagai adat istiadat pada saat pernikahan dan saat syukuran pindah rumah. Namun, masyarakat jarang sekali untuk memanfaatkan untuk keterampilan.
DIVERSITAS DAN POLA DISTRIBUSI BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL DAERAH PESISIR KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK Zarkasyi, Mohammad Mualif; Zayadi, Hasan; Laili, Saimul
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.941 KB)

Abstract

This study aims to determine the distribution and diversity patterns bivalves in the intertidal zone and the influence of various parameters of salinity, pH, water and soil, temperature, brightness, depth, strong currents, CO2, DO, TDS and TSS toward diversity and distribution patterns bivalves. Study use quantitative descriptive method. Sampling use systematic random sampling method by means of explorative using observation stations. Analysis of the data used is the analysis of the data by the value of density, species diversity index, uniformity index, dominance index, principal component analysis (PCA), the analysis of CA (correspondence Analysis), and the distribution pattern types. The research found as many as nine species of bivalves from 4 Order dominated Meretrix meretrix yellow at station 1 with value H = 1.104, D = 0.382, E = 0.380, Meretrix meretrix yellow at station 2; H = 1.510, D = 0.263, E = 0.261, and Perna viridis at station 3; H = 0.779, D = 0.544, E = 0.535. Morisita dispersion analysis results showed bivalvesdistribution patterns tend to cluster with low diversity, but showed uniformity with the medium category. The content of CO2, depth, brightness, water temperature, and salinity is a major factor that greatly affects the pattern of distribution and density of bivalves in the intertidal zone of coastal area districts Edge Pangkah Gresik. Penelitian ini bertujuan mengetahui diversitas dan pola distribusi Bivalvia di zona intertidal dan pengaruh salinitas, pH air & tanah, Suhu, kecerahan, kedalaman, kuat arus, CO2, DO, TDS, dan TSS terhadap diversitas  dan pola distribusi bivalvia. Penelitian menggunakan metode Deskriptif kuantitatif dengan melakukan observasi, identifikasi, dan dokumentasi. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sistematik dengan cara Ekploratif menggunakan stasiun pengamatan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data menurut nilai kepadatan, indeks keanekaragaman jenis, indeks keseragaman, indeks dominansi, analisis komponen utama (PCA), analisis CA (Correspondence Analysis), dan pola sebaran jenis. Ditemukan sebanyak 9 spesies Bivalvia dari 4 Ordo yang didominasi Meretrix meretrix yellow pada stasiun 1 dengan nilai H=1,104, D=0,382, E=0,380, Meretrix meretrix yellow pada stasiun 2;  H=1,510, D=0,263, E=0,261, dan Perna viridis pada stasiun 3;  H=0,779, D=0,544, E=0,535. Hasil analisis dispersi morisita menunjukkan Pola sebaran Bivalvia cenderung mengelompok dengan keanekaragaman yang rendah, namun menunjukkan keseragaman dengan kategori sedang. Kandungan CO₂, kuat arus, TSS, suhu, dan salinitas merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi pola distribusi dan kepadatan Bivalvia di zona intertidal kawasan pesisir kecamatan Ujung pangkah Kabupaten Gresik.
PERANAN PENAMBAHAN BAP DAN NAA PADA PERTUMBUHAN KALUS KEDELAI (Glycine max Merr) MENGGUNAKAN MEDIA B5 Nofanda, Hesti; Rahayu, Tintrim; Hayati, Ari
BIOSAINTROPIS (BIOSCIENCE-TROPIC) Vol 2, No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : FMIPA - UNIVERSITY ISLAM OF MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.498 KB)

Abstract

Soybean is known as a protein source for the nutrient content and protein content is very important and safe for consumption. The main cause is the decline in the quality of production of soybean production and pest attack. One way that is optimal for the regeneration of callus into shoots, therefore the researchers performed regeneration method callus into shoots through the stages in vitro. This method is by way of regeneration through callus through stages of organogenesis and embryogenesis. The resultof this study use experimental method and data analysis ANOVA test for a completely randomized design (CRD). Deuteronomy done three times, each given a BAP concentration control, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm and given the concentration control NAA, 0.2 ppm, 0.3 ppm, 0.4 ppm. Callus has been through the stages of subculture undergo different color changes this because the callus change  color because  there changes in pigment, light, part of the plant used as explants. This is due to inadequate nutrition which is in the media so that a callus treatment discoloration. The result showed that the concentrations of different hormones that give different results in the formation of callus. Callus formation varied between PGR concentration tested. The result of descriptive analysis showed that the average value of each treatment has not difference obvious. The result of ANOVA test obtained significance value of 0.99 and a significance value> α of 5%, the decision was taken H0is accepted, which there is no any significance difference of the four treatment groups.Regenerasi kalus dalam kultur jaringan, hal ini dapat berupa regenerasi kalus menjadi tunas dalam tahapan in vitro. Dalam regenerasi melalui kultur jaringan ada tahapan – tahapan organogenesis dan embriogenesis. Metode eksperimen dilakukan dalam penelitian, denganRancangan Acak Lengkap (RAL) sedangkan data dianalisismenggunakan uji anova. Penambahan BAP dan NAA berbagai kosentrasi BAP, kontrol; 2 ppm ; 3 ppm ; 4 ppm dan kosentrasi NAA, kontrol; 0,2 ppm; 0,3 ppm; 0,4 ppm.induksi kalus dilakukan dengan menggunakan hormon 2,5-D 4 ppm dalam media B5.BAP dan NAA dilakukan dalam subkultur dari kalus yang terbentuk. Hasil penelitian ini terlihat bahwa pertumbuhan kalus yang semula berwarna putih terjadi perubahan. Perlakuan BAP 3 ppm dan NAA 0,3 ppm kalus berubah menjadi hijau, hal ini menunjukkan warna hijau akan tumbuh menjadi tunas. Ternyata pemberian kosentrasi yang berbeda akan menghasilkan variasi warna maupun struktur kalus. Ternyata perlakuan kontrol menunjukkan warna hijau dengan struktur kompak, sedangkan perlakuan BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm bewarna coklat kekuningan dengan struktur remah. Secara deskriptiv berat maupun diameter mengalami peningkatan pada BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm mengalami peningkatan dari 0,63 g menjadi 4,21 g dan mengalami peningkatan diameter sebesar 0,38 g menjadi 0,67 g dibandingkan dengan perlakuan kontrol tidak mengalami peningkatan. Sehingga hasil yang terbaik pada kombinasi BAP 4 ppm dan NAA 0,4 ppm. pada hasil uji anova menunjukkantidak adanya perbedaan signifikan pada 4 kelompok perlakuan tersebut.
Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau mujalifah mujalifah; Hari Santoso; saimul laili
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 3 No 3 (2018): Lingkungan Hidup dan Konsep di Masyarakat Manusia
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.462 KB)

Abstract

The goal of this research is to compare the features of parrot fish morphology (Oreochromisniloticus) in freshwater and brackish water habitat. This research conducted on the April – Mei 2017. The method of this research is qualitative method. This research had been conducted for six weeks with six repetitions. The last result of morphology covered to eyes (Organumvisus) with black-dark retina, round prominent and large, white-green operculum, grey-black dorsal fin (Pinna dorsalis), scale (Squama) black-grey lines and quite green, stomach (Abdomen) if getting pressure will be hard to the freshwater habitat, eyes (Organumvisus) with black-pale retina, round prominent and larger, white-grey operculum, black-grey dorsal fin (Pinna dorsalis) quite pale, black-grey lines scale (Squama) quite pale and unshiny, stomach (Abdomen) if getting pressure will be hard and quite mushy in the brackish water. the colors (old-green), salinity (5,04 ppt), pH (8,0), BOD (2,04 mg/l), conductivity (365,4 µs/cm), CO2 dissolved (4,56 mg/l), ammonia (0,0175 mg/l). Keywords: parrot fish (Oreochromisniloticus), morphology, freshwater, brackish water, water quality ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan Karakter atau sifat morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam habitat air tawar di Desa Sumbersekar Kec. Dau Kab. Malang dan air payau di Desa Bojoasri Kalitengah Lamongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang menghsilkan data deskriptif dan mencari fakta interpretasi yang tepat. Penelitian dilakukan selama enam minggu dengan enam kali pengulangan. Hasil akhir morfologi meliputi mata (Organum visus) dengan retina hitam gelap, bulat menonjol dan besar, tepi matanya berwarna keabu-abuan. Operkulum (Operculum) putih kehijauan. Sirip punggung (Pinna dorsalis) hitam keabua-abuan dan agak kehijauan. Sisik (Squama) garis-garis hitam keabua-abuan dan agak kehijauan. Perut (Abdomen) apabila ditekan akan terasa keras pada habitat air tawar. mata (Organum visus) dengan retina hitam pucat, bulat menonjol lebih besar. Operkulum (Operculum) putih keabuan. Sirip punggung (Pinna dorsalis) hitam keabua-abuan agak pucat. Sisik (Squama) garis-garis hitam keabua-abuan agak pucat dan tidak mengkilat. Perut (Abdomen) apabila ditekan terasa agak lembek pada habitat air payau. Kata kunci: ikan nila (Oreochromis niloticus), morfologi, air tawar, air payau, Kualitas air
Studi Etnozoologi Ikan Hias Kelompok Nelayan Samudera Bakti Desa Bangsring Wongsorejo Banyuwangi Tika Anggraini; Hasan Zayadi; Hari Santoso
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 3 No 3 (2018): Lingkungan Hidup dan Konsep di Masyarakat Manusia
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.144 KB)

Abstract

Indonesia is a maritime country that has the potential of marine ornamental fish is quite large. The management of marine natural resources has been widely developed by fishermen. This study aims to determine the types of ornamental fish caught by Samudera Bakti fisherman group and the ornamental fishing process. The method used is qualitative descriptive with field observation, interview and identification of ornamental fish. The results of this study fisherman catch ornamental fish on Monday - Friday by using tools nets, scoop net and compressor as a breathing apparatus. Fishermen catch fish in the dry season while the rainy season does not catch. The captured fish species consisted of 35 species belonging to 16 families and new species. Environmental management is done that is catching fish according to size and amount that have been determined, not damage and step on coral reef. Abstinence when catching ornamental fish is not to dispose of hot water and ‘sambel’ (chillies paste) into the sea water because fishermen believe it can reduce the sustenance. If the ornamental fish begin to decrease the Bangsring fishermen perform a ritual in the form of offerings i.e 7 Flowers, 7 traditional foods, red-white of ‘jenang’ (red-white porridge) with grated coconut and incense, placed on the boat when catching ornamental fish. Keywords: Ethnozoology, Ornamental Fish, Ornamental fishing ABSTRAK Indonesia merupakan negara maritim yang mempunyai potensi ikan hias laut cukup besar. Pengelolaan sumberdaya laut peisisir telah banyak dikembangkan oleh nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis ikan hias yang ditangkap oleh kelompok nelayan Samudera Bakti dan proses penangkapan ikan hias. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif dengan observasi lapangan, wawancara dan identifikasi ikan hias. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nelayan menangkap ikan hias pada hari senin – jumat dengan menggunakan alat jaring, serok dan kompresor sebagai alat bantu pernapasan. Nelayan menangkap ikan pada musim kemarau sedangkan musim hujan tidak menangkap. Jenis – jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan Bangsring terdiri dari 34 spesies yang termasuk dalam 14 famili dan 1 spesies baru. Nelayan menangkap ikan hias sesuai dengan ukuran dan jumlah yang sudah ditentukan, tidak merusak dan menginjak terumbu karang, hal ini dilakukan untuk menjaga diversitas ikan hias dan keseimbangan ekologi laut. Pantangan pada saat menangkap ikan hias adalah tidak boleh membuang air panas dan sambel ke dalam air laut karena nelayan percaya dapat mengurangi rezeki. Jika ikan hias mulai berkurang nelayan bangsring melakukan sebuah ritual berupa sesaji yaitu Bunga 7 rupa, jajanan pasar 7 rupa, jenang merah putih dengan parutan kelapa dan dupa, yang ditaruh diatas kapal saat menangkap ikan hias. Kata kunci: Etnozoologi, Ikan Hias, Penangkapan Ikan Hias
DIVERSITAS DAN POLA DISTRIBUSI BIVALVIA DI ZONA INTERTIDAL DAERAH PESISIR KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK Mohammad Mualif Zarkasyi; Hasan Zayadi; Saimul Laili
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 2 No 1 (2016): Sumberdaya Lingkungan
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.941 KB)

Abstract

This study aims to determine the distribution and diversity patterns bivalves in the intertidal zone and the influence of various parameters of salinity, pH, water and soil, temperature, brightness, depth, strong currents, CO2, DO, TDS and TSS toward diversity and distribution patterns bivalves. Study use quantitative descriptive method. Sampling use systematic random sampling method by means of explorative using observation stations. Analysis of the data used is the analysis of the data by the value of density, species diversity index, uniformity index, dominance index, principal component analysis (PCA), the analysis of CA (correspondence Analysis), and the distribution pattern types. The research found as many as nine species of bivalves from 4 Order dominated Meretrix meretrix yellow at station 1 with value H '= 1.104, D = 0.382, E = 0.380, Meretrix meretrix yellow at station 2; H '= 1.510, D = 0.263, E = 0.261, and Perna viridis at station 3; H' = 0.779, D = 0.544, E = 0.535. Morisita dispersion analysis results showed bivalvesdistribution patterns tend to cluster with low diversity, but showed uniformity with the medium category. The content of CO2, depth, brightness, water temperature, and salinity is a major factor that greatly affects the pattern of distribution and density of bivalves in the intertidal zone of coastal area districts Edge Pangkah Gresik. Penelitian ini bertujuan mengetahui diversitas dan pola distribusi Bivalvia di zona intertidal dan pengaruh salinitas, pH air & tanah, Suhu, kecerahan, kedalaman, kuat arus, CO2, DO, TDS, dan TSS terhadap diversitas  dan pola distribusi bivalvia. Penelitian menggunakan metode Deskriptif kuantitatif dengan melakukan observasi, identifikasi, dan dokumentasi. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sistematik dengan cara Ekploratif menggunakan stasiun pengamatan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data menurut nilai kepadatan, indeks keanekaragaman jenis, indeks keseragaman, indeks dominansi, analisis komponen utama (PCA), analisis CA (Correspondence Analysis), dan pola sebaran jenis. Ditemukan sebanyak 9 spesies Bivalvia dari 4 Ordo yang didominasi Meretrix meretrix yellow pada stasiun 1 dengan nilai H'=1,104, D=0,382, E=0,380, Meretrix meretrix yellow pada stasiun 2;  H'=1,510, D=0,263, E=0,261, dan Perna viridis pada stasiun 3;  H'=0,779, D=0,544, E=0,535. Hasil analisis dispersi morisita menunjukkan Pola sebaran Bivalvia cenderung mengelompok dengan keanekaragaman yang rendah, namun menunjukkan keseragaman dengan kategori sedang. Kandungan CO₂, kuat arus, TSS, suhu, dan salinitas merupakan faktor utama yang sangat mempengaruhi pola distribusi dan kepadatan Bivalvia di zona intertidal kawasan pesisir kecamatan Ujung pangkah Kabupaten Gresik.
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI KOLKISIN DENGAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP RESPON FENOTIPIK ZAITUN (Olea europaea) Sirojuddin M. Rochmat; Tintrim Rahayu; Saimul Laili
Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience -Tropic) Vol 2 No 2 (2017): Dunia Makhluk Hidup Mikro dan Makro
Publisher : Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.95 KB)

Abstract

Olive plant is a plant that lives in the Middle East region, but also in Indonesia olive plant can grow. Olive trees can be propagated by using various ways such as using ovule (spheroplast) or stem cuttings. One effort that can be applied to improve plant genetic olive namely through the use of colchicine. Colchicine can induce chromosomal polyploidy, or doubling the olive set chromosome. The method of administration of colchicine can be done on the part of the plant that are actively dividing such as the root end. It can resulting in the appearance of plants that grow large. This study aimed to determine the effect of colchicine at various concentrations and soaking time of the olive plant phenotypic response. The method used in this study is an experimental method with a randomized block design. Treatment given soaking time is 1 and 2 hours and colchicine concentrations of 0% (control), 0:25% 0:50%, 0.75% and 1%. Units were divided into three groups and each group consisted of three replications. Analyses were performed using ANOVA two way analysis at α = 0.95.The analysis showed that the treatment of colchicine concentration and soaking time and no significantly effect on plant height and number of leaves on the olive, but significant effect on the increase of stem diameter at the treatment of 0.25% with a soaking time of 1 hour.Keywords: phenotypic response, olive, colchicine concentration, soaking timeABSTRAKTanaman zaitun merupakan tanaman yang hidup di wilayah Timur Tengah, tetapi di Indonesia tanaman zaitun dapat tumbuh. Pohon zaitun dapat diperbanyak dengan menggunakan berbagai cara seperti menggunakan bakal biji (spheroplast) atau pun stek batang. Salah satu upaya yang dapat diterapkan untuk memperbaiki genetik tanaman zaitun yaitu melalui penggunaan kolkisin. Kolkisin dapat menginduksi poliploidi atau penggandaan kromosom pada tanaman zaitun. Metode pemberian kolkisin dapat dilakukan pada bagian tanaman yang sedang aktif membelah seperti pada ujung akar sehingga mengakibatkan kenampakan tanaman yang bertambah besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kolkisin pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman terhadap respon fenotipik tanaman zaitun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan lama perendaman yang diberikan adalah 1 dan 2 jam serta konsentrasi kolkisin yaitu 0% (kontrol), 0.25%, 0.50%, 0.75% dan 1%. Unit percobaan dibagi ke dalam tiga kelompok dan tiap kelompok terdiri dari tiga ulangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan ANOVA dua arah pada P=0.05. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi kolkisin dan lama perendaman tidak pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman zaitun, akan tetapi memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang pada perlakuan 0,25% dengan lama perendaman 1 jam.Kata Kunci: Respon fenotipik, zaitun, konsentrasi kolkisin, lama perendaman

Page 2 of 23 | Total Record : 225