cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik
ISSN : 20866313     EISSN : 25284673     DOI : -
Core Subject : Economy,
Journal of Economics and Public Policy (hence JEKP) is a national journal providing authoritative source of scientific information for the policy maker, researcher, and student. We publish original research papers, review articles, and case studies focused on economics and public policies as well as related topics. All papers are peer-reviewed by at least two reviewers. JEKP is released and published by Centre for Research, Expert Body of The House of Representatives of The Republic Indonesia and managed to be issued twice a year.
Arjuna Subject : -
Articles 179 Documents
Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Pengolahan Limbah Medis untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Aeda Ernawati; Jatmiko Wahyudi; Arieyanti Dwi Astuti; Siti Qorrotu Aini
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 1 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i1.2155

Abstract

The contribution of Local Government Owned Corporate (BUMD) to Local Own Revenue (PAD) Pati is still low (4.23 percent). Establishing a new medical waste processing company is promising as a new business unit of BUMD since the current company that manages medical waste shows low performance. This study aims to analyze the feasibility of establishing a medical waste treatment business in Pati Regency. In addition, the contribution of the new company to generate PAD also is estimated. The feasibility is assessed based on financial and non-financial aspects. The research method used is a mixed-method with dominant in a quantitative method. The result showed that the establishment of a medical waste treatment company is feasible based on non-financial and financial indicators. Non-financial aspects include market aspect, technical aspect, management and human resources aspects, social and economic aspects, and environmental aspect. Financially, the establishment of this company is feasible acoording to the following indicators: the payback period (3 years 10 months 9 days), Net Present Value (Rp5,245,526,919), and internal rate of return (28.65 percent). The establishment of this company has a good market potential since there is only one waste company as a competitor in Central Java Province. Furthermore, this company offers lower prices compared to its competitor to gain new costumers. Collecting the medical waste on time enables this company to support their customers creating better sanitation. It is estimated that this company will contribute to PAD 0.215 percent by 2023 higher than that of another unit of BUMD.Keywords: non-financial feasiblitiy, financial feasiblitiy, local revenue, medical wasteAbstrakKontribusi laba atas penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pati masih rendah (4,23 persen). BUMD tertarik untuk meningkatkan PAD melalui pengelolaan limbah medis karena pengolahan oleh pihak ketiga dianggap kurang optimal. Tujuan penelitian untuk menganalisis kelayakan rencana pendirian usaha pengolahan limbah medis dan menghitung perkiraan kontribusinya terhadap PAD Kabupaten Pati. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif dan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan limbah medis dinyatakan layak untuk dijalankan, baik dari faktor finansial maupun nonfinansial. Berdasarkan penilaian dari faktor finansial, nilai PP (Payback Period)= 3 tahun 10 bulan 9 hari; NPV (Net Present Value) = Rp5.245.526.919,00; dan IRR (Internal Rate of Return) = 28,65 persen. Faktor nonfinansial meliputi faktor pasar yang terbuka lebar karena hanya ada 1 perusahaan pengolahan limbah medis di Jawa Tengah, harga yang ditawarkan lebih murah Rp2.000,00-Rp7.000,00 per kg dibandingkan pihak ketiga; faktor hukum, izin pengelolaan limbah B3 sudah sesuai prosedur Permen LHK No. 56 Tahun 2015; faktor sosial ekonomi, kenyamanan dan kesehatan masyarakat lebih terjamin karena jadwal pengambilan limbah tepat waktu; faktor lingkungan, mengurangi risiko kontaminasi limbah infeksius; faktor manajemen dan sumber daya manusia, membutuhkan 10 orang tenaga kerja dengan kualifikasi tertentu; serta faktor teknis dan operasional, pemilihan lokasi sudah sesuai prosedur, yaitu di TPA Sukoharjo dengan peralatan utama mesin insinerator sesuai spesifikasi. Diestimasikan laba dari Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Unit Pengolahan Limbah Medis memberikan kontribusi terhadap PAD Kabupaten Pati pada tahun 2023 sebesar 0,215 persen, lebih tinggi dari pada kontribusi PDAU Unit yang lainnya.Kata kunci: kelayakan nonfinansial, kelayakan finansial, pendapatan asli daerah, limbah medis
Factors Influencing the Consumer’s Decision Using Financial Technology: Case Study in Jakarta Renny Risqiani; Ari Mulianta Ginting
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 1 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i1.1980

Abstract

Economic evolution started with the first wave of the industrial revolution. Economic evolution brought about changes in the economy. One of these effects is the advancement of technology, which has increased the use of Financial Technology (Fintech) in Indonesia. Fintech usage has risen in Indonesia, particularly in Jakarta. The study’s goal is to look at the elements that influence people’s decision to keep using fintech services. The study used non-probability sampling methods to obtain data from fintech users in Jakarta aged 17 to 35 years old over the research period of March to May 2020. The data was analyzed by using Structural Equation Model (SEM) with the AMOS software program. This study found that competitive pressures in technology services and the ease of digital technology offer consumers a wide range of options. Customers easily switch to other technology services at a reasonably affordable price. The study also found that variable consumer perceptions of benefits and trust variables in fintech services influence consumer attitudes. However, these two variables have no direct effect on the desire to continue using fintech services. Variable risk perception does not affect the attitude and desire of consumers to continue using fintech services. Variable attitudes affect the desire to continue using fintech services. The study results showed that increasing the penetration of fintech and continue consumers to continue to use fintech. It is necessary to improve risk perception to fintech used by consumers.Keywords: fintech, benefit and risk perception, Structural Equation Model AbstrakPerkembangan evolusi perekonomian dimulai dari gelombang pertama hingga masuk revolusi industri membawa perubahan terhadap perekonomian. Salah satu dampak tersebut adalah semakin berkembangnya teknologi. Perkembangan teknologi membawa dampak terhadap peningkatan Financial Technology (Fintech) di Indonesia. Penggunaan fintech di Indonesia mengalami peningkatan khususnya penggunaan fintech di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat untuk terus memanfaatkan layanan fintech. Studi ini mengumpulkan data dari pengguna fintech di Jakarta yang berusia 17 hingga 35 tahun menggunakan metode non-probability sampling dengan periode penelitian dari bulan Maret – Mei tahun 2020. Analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan program software AMOS. Studi ini menemukan bahwa tekanan persaingan dalam layanan teknologi dan kemudahan teknologi digital menawarkan konsumen berbagai pilihan. Konsumen dengan mudah beralih ke layanan teknologi lain dengan harga yang cukup terjangkau. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel persepsi konsumen terhadap manfaat dan variabel kepercayaan terhadap layanan fintech berpengaruh terhadap sikap konsumen. Namun, kedua variabel tersebut tidak berpengaruh langsung terhadap keinginan untuk terus menggunakan layanan fintech. Variabel persepsi risiko tidak memengaruhi sikap dan keinginan konsumen untuk tetap menggunakan layanan fintech. Variabel sikap memengaruhi keinginan untuk terus menggunakan layanan fintech. Hasil studi menunjukkan bahwa penetrasi fintech meningkat dan konsumen terus menggunakan fintech. Persepsi risiko terhadap fintech yang digunakan konsumen perlu ditingkatkan.Kata kunci: fintech, manfaat dan persepsi risiko, Structural Equation Model
SUPPLY CHAIN AND VALUE ADDED OF JAVA PREANGER MANGLAYANG TIMUR ARABICA COFFEE Nugrahana Fitria Ruhyana; Mardianis Mardianis; Herlina Roseline; Sekar Nur Wulandari
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 1 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i1.1932

Abstract

To improve the competitiveness and business efficiency of Java Preanger Arabica Coffee (JPAC) from Mount Manglayang Timur, Sumedang Regency, West Java, information is needed regarding the coffee products flow from upstream to downstream, along with the problems faced by each component of the supply chains, the added value of coffee processing, and follow-up plan to develop the JPAC Manglayang Timur business. This study aimed to answer those questions. The research used a mixed-method, a descriptive approach to describe the coffee supply chains and developing plans, and the Hayami method to analyze the coffee value-added. This study was conducted in Sumedang Regency, the production center of JPAC Manglayang Timur. The researcher collected data from interviews, observation, and Focus Group Discussions with resource persons selected by purposive and snowball methods. The results showed 2 (two) JPAC supply chain patterns based on market orientation, namely exports and domestics. Business actors consisted of farmers, farmer groups, large traders/wholesalers, processing industries, cafes or coffee shops, and household consumers. The issues faced by the business actors were the limitations of agro-input and processing equipment, and the lack of marketing integration among business actors. Specialty coffee processed from JPAC Manglayang Timur, specifically the wine processed, has higher value-added than natural, fully-washed, and honey processed coffee. The capacity of coffee farmers needs to be improved o produce specialty coffee that can compete globally through the support of government regulations and synergy between stakeholders from upstream to downstream so that JPAC can become a superior commodity for Sumedang Regency.Keywords: supply chain, value-added, Java Preanger Arabica Coffee, Mountain Manglayang TimurAbstrakDalam upaya meningkatkan daya saing dan efisiensi usaha Kopi Arabika Java Preanger (KAJP) asal Gunung Manglayang Timur Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, diperlukan informasi mengenai aliran produk dari hulu hingga hilir, berikut permasalahan yang dihadapi oleh setiap pelaku dalam rantai pasok, nilai tambah dari pengolahan kopi, dan rencana selanjutnya untuk mengembangkan usaha KAJP Manglayang Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab berbagai permasalahan tersebut di atas. Metode penelitian menggunakan metode campuran dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menggambarkan rantai pasok dan rencana pengembangan usaha, serta metode Hayami digunakan untuk analisis nilai tambah. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sumedang sebagai sentra produksi KAJP Manglayang Timur. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan Focus Group Discussion dengan narasumber yang dipilih secara purposive dan snowball. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua pola rantai pasok KAJP berdasarkan orientasi pasarnya, yaitu ekspor dan domestik. Pelaku usaha terdiri dari petani, kelompok tani, pedagang besar, industri pengolahan, kafe atau kedai kopi, dan konsumen rumah tangga. Permasalahan yang dihadapi pelaku usaha adalah keterbatasan agro input dan alat pengolahan, serta minimnya integrasi pemasaran antarpelaku usaha dalam rantai pasok. Kopi spesial yang diolah dari KAJP Manglayang Timur, khususnya yang diproses secara fermentasi, dapat memberikan nilai tambah lebih tinggi dibandingkan dengan proses pengolahan secara kering, basah, dan madu. Kapasitas petani kopi perlu terus ditingkatkan agar menghasilkan kopi spesial yang mampu bersaing di pasar global melalui dukungan regulasi pemerintah dan sinergi antar pemangku kepentingan dari hulu hingga hilir sehingga KAJP dapat menjadi komoditas unggulan Kabupaten Sumedang.Kata kunci: rantai pasok, nilai tambah, Kopi Arabika Java Preanger, Gunung Manglayang Timur
PENGARUH KEBIJAKAN PENGALIHAN BPHTB TERHADAP PENERIMAAN BPHTB KABUPATEN DAN KOTA DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2006-2019
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i2.2452

Abstract

This study aims to determine the effect of land and building transfer tax (BPHTB) devolution on district and municipality BPHTB revenues in Indonesia. Through the policy enacted by Law Number 28 of 2009 concerning local taxes and charges (PDRD), local governments have devolved the authority to manage BPHTB in their respective regions. The analysis was carried out using the fixedeffect method during the period 2006 to 2019 (2007 was excluded due to data limitations) at the district and municipality levels in Indonesia. The variable of interest used in this study is the dummy of the year when BPHTB realization data were found in the Local Statement of Budget Realization as a proxy for BPHTB Devolution Policy. The results showed that the policy was proven to have a significant effect on increasing district and municipality BPHTB revenues in Indonesia. This is due to the enthusiasm of local governments, especially those with high potential for BPHTB revenue, to implement the policy. The strategy and steps for transferring BPHTB from the central government to the regions that are clearly and consistently defined are also factors supporting the devolution policy. In addition, the self-assessment nature of BPHTB makes the role of local government in managing BPHTB easier than other tax management, such as land and building tax for rural-urban sector (PBB P2) which requires a more complicated administrative process.Keywords: fiscal decentralization, BPHTB, fixed effects modelAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap penerimaan BPHTB kabupaten dan kota di Indonesia. Melalui kebijakan yang diatur dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola sendiri BPHTB di daerahnya masing-masing. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan fixed effect selama periode tahun 2006-2019 (tahun 2007 dikecualikan karena keterbatasan data) pada level kabupaten dan kota di Indonesia. Variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah dummy tahun mulai adanya data realisasi BPHBT pada Laporan Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten dan Kota sebagai proksi kebijakan pengalihan BPHTB. Hasil penelitian menunjukkan, kebijakan pengalihan BPHTB terbukti berpengaruh signifikan dalam meningkatkan penerimaan BPHTB kabupaten dan kota di Indonesia. Hal ini disebabkan antusiasme pemerintah daerah, terutama daerah yang memiliki potensi penerimaan BPHTB tinggi untuk menerima pengalihan. Strategi dan langkah pengalihan BPHTB dari pemerintah pusat ke daerah yang ditetapkan secara jelas dan konsisten juga menjadi faktor pendukung kebijakan pengalihan. Selain itu, sifat BPHTB yang self-assesment menyebabkan peran pemerintah daerah dalam pengelolaan BPHTB lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pengelolaan pajak lain seperti misalnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang memerlukan proses administrasi yang lebih rumit.Kata kunci: desentralisasi fiskal, BPHTB, fixed effects model
KESIAPAN DIGITALISASI SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI DI PASAR RAKYAT
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i2.2022

Abstract

Revitalization of public market aim to increase competitiveness cover on various aspects, such as physic, economic, culture, and management. By looking at technology development and consumer behavior, it is important to adopt a non-cash payment system in the public market due to its potential in strengthening the market and its economy. Therefore, the effective efforts from the government and public market are needed to ensure the readiness and its implementation. The objective of this study is to identify factors influencing the implementation of electronic payment system in the public market as well as to analyze the readiness of public market in its implementation. It also aim to identify factors influencing the implementation of electronic payment systems using a fishbone diagram based on data and information compiled from literature studies, surveys, and focus group discussions. Based on fishbone diagram it can be concluded that the main factor that influences the implementation is the merchant readiness including their mindset on cost and ease of using the cashless payment system. Currently, the readiness of merchants and consumers using electronic payment systems can be found widely in big cities. This is because consumers as well as merchants have experience and understanding on the benefits of using electronic payment systems. This study suggest that socialization relate to benefits, ways of using, and payment system security guarantee for merchants and consumers need to be carried out intensively. Furthermore, the companion from the government, payment service provider, and as well as banking need to be conducted sustainably.Keywords: public market, cashless payment system, fishbone diagramAbstrakRevitalisasi pasar rakyat dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan daya saing pasar melalui peningkatan fasilitas dan sarana baik dalam hal kondisi fisik pasar, aspek ekonomi, budaya maupun aspek manajerial. Melihat perkembangan teknologi dan kebiasaan masyarakat, perkembangan dari segi ekonomi dengan melakukan adopsi sistem pembayaran non tunai di pasar rakyat dianggap penting serta berpotensi dalam penguatan pasar dan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, kesiapan dari ekosistem pasar rakyat serta upaya yang efektif dari pemerintah diperlukan agar implementasi dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang diperlukan dalam hal kesiapan ekosistem pasar rakyat dalam menerima dan menerapkan sistem pembayaran non tunai. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif diagram fishbone yang disusun berdasarkan data dan informasi dari hasil studi literatur, wawancara mendalam (indepth interview) dan diskusi terbatas dengan stakeholders. Dari hasil analisis diagram fishbone disimpulkan bahwa faktor utama yang memengaruhi penerapan sistem pembayaran non tunai di pasar rakyat adalah kesiapan pedagang. Hal ini berdasarkan persepsi pedagang terhadap biaya dan kemudahan dalam pelaksanaan sistem pembayaran non tunai. Kesiapan pedagang dan pembeli dalam melaksanakan sistem pembayaran saat ini cukup banyak terlihat di kota besar. Hal ini dikarenakan kedua pihak telah memiliki pengalaman dan pemahaman terhadap manfaat dari penggunaan sistem pembayaran non tunai. Hasil studi menyarankan perlunya sosialisasi yang lebih intensif terkait manfaat, cara penggunaan, dan jaminan keamanan sistem pembayaran terhadap pedagang dan pembeli. Selain itu perlu adanya pendampingan secara berkesinambungan baik oleh pemerintah, PJSP, maupun perbankan.Kata kunci: pasar rakyat, sistem pembayaran non tunai, diagram fishbo
THE IMPACT OF GLOBAL LIQUIDITY ON MACROECONOMIC AND FINANCIAL VARIABLES OF SELECTED SOUTHEAST ASIAN COUNTRIES: A PANEL VECTOR AUTOREGRESSION METHOD
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i2.3326

Abstract

The level of financial openness in developed and developing countries in Southeast Asia tends to increase in line with the loosening of foreign exchange regulations and international capital flows. Capital inflows to developing countries in selected Southeast Asia (Indonesia, Malaysia, the Philippines, and Singapore) have shown an increasing trend relative to GDP since the end of the Asian crisis. The awareness of economic actors and policymakers in the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) countries to the vulnerability of domestic economic conditions to fluctuations in global liquidity is also increasing. We developed a method that considers the financial heterogeneity of selected Southeast Asian (SEA) countries. Our research analyzes the response of the stock price index, inflation, consumer price index, and GDP in selected SEA countries due to disturbances from global variables such as VOX, world GDP, and world liquidity. This article applies the Panel Vector Autoregression model because of the dynamics and endogeneity between variables. The panel data consists of selected SEA countries from 2003 to 2019. The results show that the shock on the VOX variable, world GDP, and world liquidity affects inflation and GDP in selected SEA. The Governments in selected SEA countries must pay attention to changes in these variables that will affect GDP and inflation in selected SEA. Trade sources and support for production input factors are needed to keep GDP and inflation in selected SEA under control.Keywords: panel vector autoregression, global liquidity, impulse response function,cholesky decompositionAbstrakTingkat keterbukaan keuangan di negara-negara maju dan berkembang di Asia Tenggara cenderung meningkat sejalan dengan melonggarnya peraturan devisa dan arus modal internasional. Aliran modal masuk ke negara-negara berkembang di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura) telah menunjukkan tren yang meningkat relatif terhadap PDB sejak berakhirnya krisis Asia. Sejalan dengan itu, kesadaran para pelaku ekonomi dan pembuat kebijakan di beberapa negara (Association of Southeast Asian Nations) ASEAN terhadap kerentanan kondisi ekonomi domestik terhadap fluktuasi likuiditas global juga semakin meningkat. Kami membangun metode yang mempertimbangkan keberagaman keuangan beberapa negara Asia Tenggara (SEA). Penelitian kami menganalisis response Indeks Harga Saham, inflasi, indeks harga konsumen dan GDP di beberapa negara SEA akibat gangguan dari variabel global seperti VOX, GDP dunia dan likuiditas dunia. Artikel ini menerapkan model PVAR (Panel Vector Autoregression) karena dinamika dan hubungan endogenitas antar variabel. Data panel terdiri dari beberapa negara Asia Tenggara dari tahun 2003 hingga 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa shock pada variabel VOX, GDP dunia, dan likuiditas dunia memengaruhi inflasi dan GDP di beberapa negara SEA. Implikasi penelitian sangat relevan dimana terjadi perubahan yang sangat cepat mengenai likuiditas global dan VOX saat ini. Pemerintah di beberapa negara SEA harus memerhatikan perubahan pada variabel-variabel ini yang akan memengaruhi GDP dan Inflasi di beberapa negara SEA. Sumber-sumber perdagangan dan dukungan faktor input produksi sangat diperlukan untuk mempertahankan GDP dan inflasi di beberapa negara Asia Tenggara tetap terjaga.Kata kunci: panel vector autoregression, global liquidity, impulse response function, cholesky decomposition
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i2.3486

Abstract

The government has announced a plan to move the national capital (IKN) to East Kalimantan Province and which has agreed upon at the DPR RI Plenary Meeting in early 2022. There are at least more than six main considerations why moving IKN is important to do. However, these considerations are felt to be insufficient to move the IKN from DKI Jakarta to East Kalimantan. In this regard, this paper will examine and analyze public policy aspects regarding the relocation of the national capital using a qualitative descriptive approach. Therefore, this paper does not only analyze the substance and implementation of policies but also elaborates on the responses from stakeholders. Pros and cons in preparing, building, and relocating the capital, especially in terms of financing/funding and what the economic implications, including potential failure, socio-ecological impact, and lessons learned from several countries. The author classifies the driving factors and inhibiting factors. As a large and important public project, the development and transfer of the IKN has the potential for strategic economic aspects through the realization of an economic transformation and Indonesia-centric, that will give birth to economic diversification and multiplier effects. However, a large economic potential must still consider sociological aspects, geographical aspects, and geopolitical aspects, which must be carried out in anticipation of risks that may arise as a follow up impact.Keywords: national capital city, population density, APBN, economic-socio-cultural-ecological impact and risk anticipationAbstrakPemerintah telah mencanangkan rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Provinsi Kalimantan Timur dan telah disepakati dalam Rapat Paripurna DPR RI pada awal Tahun 2022. Setidaknya terdapat lebih dari 6 pertimbangan utama mengapa pemindahan IKN penting untuk dilakukan. Namun pertimbangan tersebut dirasakan belum cukup untuk memindahkan IKN dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Berkaitan dengan hal tersebut, tulisan ini akan mengkaji dan menganalisis aspek-aspek kebijakan publik mengenai pemindahan ibu kota negara dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, tulisan ini bukan hanya menganalisis substansi dan implementasi kebijakan saja, tetapi juga mengelaborasi tanggapan dari para pemangku kepentingan. Pro dan kontra dalam persiapan, pembangunan dan pemindahan ibu kota terutama dalam hal pembiayaan/pendanaan serta bagaimana implikasi ekonominya, termasuk potensi kegagalan, dampak sosial-ekologis, dan pembelajaran dari beberapa negara. Penulis mengelompokkan dalam faktor pendorong dan faktor penghambat. Sebagai proyek publik besar dan penting, pembangunan dan pemindahan IKN memiliki potensi aspek ekonomi yang strategis melalui terwujudnya transformasi ekonomi dan Indonesia sentris yang akan melahirkan diversifikasi ekonomi dan multiplier effect. Namun demikian, potensi ekonomi yang besar harus tetap mempertimbangkan aspek sosiologis, aspek geografis, dan aspek geopolitik yang harus dilakukan antisipasi risiko yang mungkin muncul sebagai dampak susulan.Kata kunci: ibu kota negara, kepadatan penduduk, APBN, dampak ekonomi-sosial-budaya-ekologi dan antisipasi risiko
IMPACT OF JAKARTA MASS RAPID TRANSIT ON LOCAL AIR QUALITY
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i2.2284

Abstract

Moda Raya Terpadu Jakarta, or MRT Jakarta, is the first urban rail-based public transportation in Indonesia with several underground lines. Since March 24, 2019, MRT Jakarta Phase 1 (North-South corridor) has officially operated and has a line length of about 16 kilometers consisting of seven elevated stations and six underground stations. The motivation for this research stems from the fact that in 2019 Jakarta occupied ranked first as the capital city with the highest level of air pollution in Southeast Asia, where the land transportation sector is one of the primary sources. Government investment is significant enough to develop public transport, which is expected to overcome this market failure. However, research evidence to prove the benefits of MRT operation on local air quality is still limited, especially for urban areas in developing countries such as Jakarta. This study uses the Difference-in-Difference method and the Air Pollution Standard Index (ISPU) as air quality proxies by controlling several factors, such as weather conditions, determination of national holidays, weekends, and large-scale social restriction (PSBB) policies during the Covid-19 pandemic that hit all parts of the world, the gradual determination of MRT fares, and the period of construction of the MRT line. This study reveals two main findings. First, the operation of MRT Jakarta Phase 1 in corridor 1 resulted in a 27.4 percent reduction in air pollution levels in the area closest to the MRT line. Second, the estimation results show that the impact on reducing air pollution is negligible on weekends.Keywords: air quality, MRT Jakarta, ISPUAbstrakModa Raya Terpadu Jakarta, atau MRT Jakarta merupakan transportasi publik berbasis kereta perkotaan pertama di Indonesia dengan beberapa jalur bawah tanah. Sejak 24 Maret 2019, MRT Jakarta Fase 1 (koridor Utara-Selatan) resmi beroperasi dan memiliki panjang jalur sekitar 16 kilometer yang terdiri dari tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah. Motivasi penelitian ini bermula dari kenyataan bahwa pada tahun 2019 Jakarta menduduki peringkat pertama sebagai ibu kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Asia Tenggara, di mana sektor transportasi darat menjadi salah satu sumber utama. Investasi pemerintah cukup besar untuk mengembangkan angkutan umum yang diharapkan dapat mengatasi kegagalan pasar ini. Namun, hasil penelitian untuk membuktikan manfaat pengoperasian MRT terhadap kualitas udara lokal masih terbatas, terutama untuk wilayah perkotaan di negara berkembang seperti Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode Difference-in-Difference dan Indeks Standar Polusi Udara (ISPU) sebagai proksi kualitas udara dengan mengontrol beberapa faktor-faktor, seperti kondisi cuaca, penetapan hari libur nasional, akhir pekan, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di masa pandemi Covid-19 yang melanda seluruh belahan dunia, penetapan tarif MRT secara bertahap, dan dengan memperhitungkan periode pembangunan jalur MRT. Penelitian ini mengungkapkan dua temuan utama. Pertama, beroperasinya MRT Jakarta Fase 1 di koridor 1 berdampak pada penurunan tingkat polusi udara sebesar 27,4 persen di area yang terdekat dengan jalur MRT. Kedua, hasil estimasi menunjukkan bahwa dampaknya terhadap penurunan polusi udara terjadi lebih kecil pada akhir pekan.Kata kunci: kualitas udara, MRT Jakarta, ISPU
PEMETAAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN REALISASI PENANAMAN MODAL ASING DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI TAHUN 2017-2019
Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jekp.v13i2.2301

Abstract

Investment has the potential to encourage the economic growth of a region. Realization of investment in Aceh Province in 2019 reached Rp5.8 trillion, an increase of around 353.9 percent compared to the previous year. Although there was a significant increase, the investment was not evenly distributed in all districts/cities in Aceh Province so that the Aceh Government needs to assist and monitor all districts/cities in an effort to improve the regional investment climate. One of the first steps that the Aceh Government needs to take is to map out investments in every districts/cities. This study aims to map the districts/cities in Aceh Province based on the average value of the realization of foreign investment and domestic investment during 2017 to 2019. The data employed were secondary data sourced from Aceh Investment and One Stop Integrated Service Office. The data were analyzed using the K-means clustering method which divided the data into 3 groups, namely low, medium and high. The results of the study showed that of the 23 regencies/cities in Aceh Province, 15 (65.2 percent), 6 (26.1 percent) and 2 (8.7 percent) of them were included in the regional group with the investment level category of low, medium and high, respectively. The Aceh Government needs to provide assistance and monitoring, especially to those 15 regions with low investment values. The provision of adequate infrastructure, proper regulations and easy licensing rules related to investment and promotion of regional potential will help improve the investment climate in Aceh Province.Keywords: investment, k-means clustering, domestic investment, foreign investment, Aceh ProvinceAbstrakInvestasi berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Realisasi investasi di Provinsi Aceh pada tahun 2019 mencapai Rp5,8 triliun atau naik sekitar 353,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun mengalami peningkatan yang signifikan, namun investasi tersebut belum terdistribusi secara merata di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Aceh sehingga Pemerintah Aceh perlu melakukan upaya pendampingan dan monitoring terhadap seluruh kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan iklim investasi daerah. Langkah awal yang perlu dilakukan Pemerintah Aceh salah satunya adalah melakukan pemetaan investasi di setiap kabupaten/kota. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Aceh berdasarkan nilai ratarata realisasi investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri selama tahun 2017 hingga 2019. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Aceh. Data dianalisis dengan menggunakan metode K-means clustering yang membagi data menjadi 3 kelompok yaitu rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh, masing-masing sebanyak 15 (65,2 persen), 6 (26,1 persen) dan 2 (8,7 persen) di antaranya masuk ke dalam kelompok wilayah dengan tingkat investasi kategori rendah, sedang dan tinggi. Pemerintah Aceh perlu melakukan pendampingan dan monitoring terutama terhadap 15 daerah dengan nilai investasi yang rendah tersebut. Penyediaan infrastruktur yang memadai, regulasi hukum dan aturan perizinan yang mudah terkait penanaman modal serta promosi potensi daerah akan membantu peningkatan iklim investasi di Provinsi Aceh.Kata kunci: investasi, k-means clustering, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, Provinsi Aceh