cover
Contact Name
Dudi Iskandar
Contact Email
dudi.iskandar@budiluhur.ac.id
Phone
+6222-7810788
Journal Mail Official
jurnal.cjik@gmail.com
Editorial Address
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/cjik/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
ISSN : -     EISSN : 25498452     DOI : 10.15575/cjik
Focus and Scope Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi is a periodical scientific journal that aims to develop concepts, theories, perspectives, paradigms, and methodologies with a focus on communication studies. The scope of this journal study is: Mass Media and Journalism; this field examines journalistic activities and media production which includes print, radio, television, and internet. New media and communication technology; a new field of communication study that continues to develop along with technological advances and community needs, this field includes digital media, virtual, interactive, hypertextual and networking. Public Relations; This field of communication examines Public Relations which include internal and external relations within an organization or institution, as well as the creation of public opinion in society. Political Communication; communication involving messages, media, and political actors or those related to power, government, and policy. Marketing Communication; a field that examines ideas, information, opportunities, and challenges through various symbols to achieve company goals. Sociology of Communication: the process of sociological communication, as a form of social interaction involving individuals or social groups.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2020): Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi" : 6 Documents clear
Motif dan Makna Berjilbab Mahasiswi Komunikasi Universitas Tadulako Palu Sitti Murni Kaddi; Enjang Muhaemin
Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi Vol 4, No 1 (2020): Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/cjik.v4i1.8652

Abstract

This research-based paper aims to find out the motives and meanings of wearing headscarves by the students of Communication Studies at the Faculty of Social and Political Sciences, Tadulako University, Palu. The study uses qualitative research methods, with in-depth interview techniques, and observation, to explore the motives and veiled meanings of the female students. The research uses a phenomenological approach. The results of the study concluded two things. First, the causes of female students wearing headscarves are divided into two, namely the motives of the past and the motives of the future. Purposes of the past are encouraged because of encouragement and advice from parents and family, as well as shar' i motifs based on obligations established by Islam. The future motives underlying the female students to wear the veil are divided into the motivation of wanting to avoid bad things, wanting to control behavior, and wanting to be appreciated. Second, related to self-meaning, the students who wear the hijab interpret it as proof of love for God, and as a service to both parents.Tulisan berbasis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif dan makna pemakaian jilbab yang dilakukan para mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako Palu. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam, dan observasi,  dengan tujuan menggali motif, dan makna berjilbab para mahasiswi. Penelitian menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian menyimpulkan dua hal. Pertama, motif mahasiswi memakai jilbab  terbagi menjadi dua, yaitu motif masa lalu dan motif masa depan. Motif masa lalu didorong karena dorongan dan nasehat dari orang tua dan keluarga, serta motif syar’i yang didasarkan pada kewajiban yang ditetapkan Islam. Adapun motif masa depan yang mendasari mahasiswi menggunakan jilbab terpilah pada motif ingin menghindari hal-hal buruk, ingin mengontrol tingkah laku, dan ingin dihargai. Kedua, berkaitan dengan makna diri,  para mahasiswi pemakai jilbab memaknainya sebagai bukti sayang kepada Allah, dan sebagai bakti kepada kedua orang tua.
Analisis Framing Pemberitaan Generasi Milenial dan Pemerintah Terkait Covid-19 di Media Online Kheyene Molekandella Boer; Mutia Rahmi Pratiwi; Nalal Muna
Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi Vol 4, No 1 (2020): Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/cjik.v4i1.8277

Abstract

This study aims to identify the coverage of the Covid-19 Task Force in the three online editions of March 20-23, 2020. The four stages of Framing Entmant include: Define Problem, Diagnose Cause, Make moral judgment, and Treatment recommendations. This research uses Robert N. Entman's framing analysis method with a qualitative approach. The results showed that Define Problem in reporting related to government policy in cooperating with influencers was considered not the right choice, the diagnosis cause was shown in the form of indifference to millennials in response to the Covid-19 pandemic, Make a moral judgment in the form of an assertion that influencers were not paid in this program as a form of their contribution to the country, and the treatment recommendations offered are that the government equip influencers with a strong understanding of COVID-19 before becoming a mediator in delivering messages to millennials. Online media is a public space that is considered important as a reference in increasing general information literacy so that the news is expected to be objective and educational.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemberitaan mengenai Gugus Tugas penanganan Covid-19 di ketiga media online edisi 20-23 Maret 2020. Empat tahap Framing Entmant mencakup: Define Problem, Diagnose Cause, Make moral judgment dan Treatment recommendation. Penelitian ini menggunakan metode analisis framing Robert N. Entman dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Define Problem dalam pemberitaan berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam menggandeng para influencer dinilai bukan pilihan yang tepat, Diagnose cause ditunjukkan dalam bentuk sikap acuh para generasi milenial dalam menanggapi pandemi Covid-19, Make moral judgment dalam bentuk penegasan bahwa para influencer tidak dibayar dalam program ini sebagai bentuk kontribusi mereka kepada negara, dan treatment recommendation yang ditawarkan adalah pemerintah membekali influencer pemahaman yang kuat terkait covid-19 sebelum menjadi mediator penyampai pesan bagi milenial. Media online merupakan ruang publik yang dianggap penting sebagai rujukan dalam meningkatkan literasi informasi masyarakat, sehingga pemberitaannya diharapkan bisa objektif dan mendidik.
Digitalisasi Ideologi: Mediatisasi Hegemoni Ritual Rambu Solo di Media Sosial Rivi Handayani; Heddy Shri Ahimsa-Putra; Christian Budiman
Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi Vol 4, No 1 (2020): Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/cjik.v4i1.8493

Abstract

This article argues that the emergence of contents related to the Rambu Solo ritual on social media is a manifestation of the hegemonic ideology that was digitalized by the new generation of Toraja. Using the theoretical framework of mediatization, this article aims to explore how the hegemony of Rambu solo ritual operates in social media context. By using virtual ethnography method, it can be explained that the mediatization of the hegemony of Rambu Solo rituals on social media are basically implying three things; firstly, the narrative about the Rambu Solo ritual on social media has given birth to a new form of interaction and communication in a broader scope; secondly, the narrative of Rambu Solo ritual on social media has made the media as a new domain to find meanings about the Rambu Solo ritual; and third, the narrative of Rambu Solo ritual indicates the accommodation efforts of the Torajanese new generation towards the rules that apply in the context of social media with the general characteristics of user-generated content. The Torajanes new generation has voluntarily "continued" this ritual hegemony.Artikel ini berargumen bahwa kehadiran konten-konten ritual Rambu Solo di media sosial merupakan manifestasi dari ideologi hegemonik yang mengalami digitalisasi oleh generasi baru Toraja. Menggunakan kerangka teori mediatisasi, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang bagaimana hegemoni ritual Rambu Solo ini beroperasi dalam konteks media sosial. Dengan menggunakan metode etnografi virtual, dapat diuraikan bahwa mediatisasi hegemoni ritual Rambu Solo di media sosial ini telah mengimplikasikan tiga hal; Pertama, narasi tentang ritual Rambu Solo di media sosial telah melahirkan bentuk baru dari interaksi dan komunikasi dengan cakupan yang lebih luas; kedua, narasi ritual Rambu Solo di media sosial telah menjadikan media sebagai ranah baru untuk menemukan makna-makna tentang ritual Rambu Solo; dan ketiga, narasi ritual Rambu Solo mengindikasikan adanya upaya akomodasi yang dilakukan oleh para generasi muda Toraja terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam konteks media sosial dengan ciri umum user-generated content. Generasi baru Toraja secara sukarela telah “melanjutkan” hegemoni ritual ini.
Ijtihad Siyasi dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik sebagai Akar Komunikasi Politik Persatuan Islam Hamzah Turmudi
Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi Vol 4, No 1 (2020): Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/cjik.v4i1.8791

Abstract

Islamic unity (Persatuan Islam) as an organization of Islamic society is seen as having its patterns and models of political communication that cannot be separated from the doctrine of understanding Islamic teachings with a vision of returning to the Qur'an and Sunnah. In some political momentum, Islamic Unity has the characteristics and mechanisms of political aspiration and participation as an effort to internalize fiqhiyyah puritanism. This refers to the nidzam jamiyyah (organizational rules) that have been agreed upon by the members of the Islamic Unity from the level of the Central Leadership, Regional Leaders, Regional Leaders, Branch Managers, and Jamaat Leaders. This article aims to explore the roots of political communication in the organization of Islamic Unity from the perspective of symbolic interactionism. The study was conducted using a qualitative approach through the study of phenomenology. Phenomenology is used to explore the tradition of the roots of political communication involving twelve members of the Bandung Islamic Association as the main informant. The results showed that the siyasi ijtihad was seen as the root of the political communication of Islamic Unity. Where ijtihad siyasi covers three main political communication strategies, namely idaratu da'wah as the Persian congregation's self-concept, idaratu quwwah as a Persis political communication framework and idaratu ummah as a Persis political communication society framework. The research implications show how ijtihad siyasi is interpreted as a fiqhiyyah reference in the framework of constructing the concept of proselytizing in the national field.Persatuan Islam sebagai sebuah organisasi masyarakat Islam dipandang memiliki pola dan model komunikasi politik tersendiri yang tidak bisa dilepaskan dari doktrin pemahaman ajaran Islam dengan visi kembali pada al-qur’an dan Sunnah. Dalam beberapa momentum politik, Persatuan Islam memiliki karakteristik dan mekanisme aspirasi dan partisipasi politik sebagai upaya internalisasi puritanisme fiqhiyyah. Hal ini merujuk kepada nidzam jamiyyah (aturan organisasi) yang telah disepakati oleh jamaah Persatuan Islam dari level Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Jamaah. Artikel ini bertujuan untuk menggali akar komunikasi politik pada organisasi Persatuan Islam dalam perspektif interaksionisme simbolik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi fenomenologi. Fenomenologi digunakan untuk menggali tradisi akar komunikasi politik yang melibatkan dua belas jamaah Persatuan Islam Kota Bandung sebagai informan utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ijtihad siyasi dipandang sebagai akar komunikasi politik Persatuan Islam. Dimana ijtihad siyasi meliputi tiga strategi komunikasi politik utama, yakni idaratu da’wah sebagai konsep diri jamaah Persis, idaratu quwwah sebagai kerangka pikir komunikasi politik Persis dan idaratu ummah sebagai kerangka society komunikasi politik Persis. Implikasi penelitian menunjukkan bagaimana ijtihad siyasi dimaknai sebagai rujukan fiqhiyyah dalam kerangka membangun konsep dakwah Persis dalam medan kebangsaan.
Literasi Jurnalisme Kelompok Informasi Masyarakat Kabupaten Bandung Ujang Saepullah; Dudi Rustandi
Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi Vol 4, No 1 (2020): Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/cjik.v4i1.8446

Abstract

The research aims to; (1) Knowing the existence of KIM Bandung Regency, (2) Understanding the literacy of KIM journalism in Bandung Regency; (2) Knowing and understanding in journalism practices of KIM members in Bandung Regency. Research using descriptive methods, case study approach. The conceptual/theoretical approach uses news elements and news values that form the basis of journalism. While the techniques of collecting data through observation, interviews, and Google form. The results showed (1) the existence of the KIM Bandung Regency was initiated in 2016, which was initiated by the Office of Communication and Information of Bandung Regency, supported in 2019 with the formation of management and facilitation of KIM media in the form of websites and social media. (2) understanding of KIM member journalists' literacy is good (3) A small number of KIM members have practiced journalism well, but most are still far from journalism criteria. Through this research, it is expected that this will affect the literacy increase of KIM members, both in Bandung Regency and KIM throughout Indonesia.Penelitian bertujuan untuk; (1) Mengetahui eksistensi KIM Kabupaten Bandung, (2) Memahami literasi jurnalisme KIM Kabupaten Bandung; (2) Mengetahui dan memahami pemahaman dalam praktik jurnalisme anggota KIM Kabupaten Bandung. Penelitian menggunakan metode deskriptif, pendekatan studi kasus. Pendekatan secara konsep/teori menggunakan unsur berita dan nilai berita yang menjadi dasar dari jurnalisme. Sedangkan teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, dan googleform. Hasil penelitian menunjukkan (1) eksistensi KIM Kabupaten Bandung diinisasi tahun 2016, yang dinisiasi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bandung, didukung pada tahun 2019 dengan pemebtukan pengurus serta fasilitasi media KIM berupa website dan media sosial. (2) pemahaman terhadap literasi jurnalis anggota KIM sudah baik (3) Sebagian kecil anggota KIM telah mempraktikkan jurnalisme dengan baik, namun sebagian besar masih jauh dari kriteria jurnalisme. Melalui penelitian ini diharapkan bedampak terhadap peningkatan literasi anggota KIM, baik di Kabupaten Bandung ataupun KIM seluruh Indonesia.
Fenomena Industri Buzzer Di Indonesia: Sebuah Kajian Ekonomi Politik Media Shiddiq Sugiono
Communicatus: Jurnal Ilmu komunikasi Vol 4, No 1 (2020): Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/cjik.v4i1.7250

Abstract

This study aims to examine the shift in the buzzer concept, look at the various relationships between actors involved in the political buzzer industry, illustrate the abuse of regulations by the authorities and examine the buzzer industry in the concepts of media politics and economic theory. This research uses a descriptive qualitative approach. The research data was collected purposively and prioritized sourced from literature studies and documents examining the buzzer phenomenon in Indonesia. The results show that the buzzer term has shifted to a concept that generally resides in a political context and has negative stereotypes. There are various relations between actors who want to achieve their political goals by using a buzzer. The ruling party is considered to have misused the ITE Law as a tool to trap various sirens from the opposing parties. From the perspective of the political economy, the buzzer industry is often considered to ignore different ethics, one of which is by making one's personal life an industrial commodity. The emergence of political buzzer must be accompanied by public awareness to be vigilant and critical of messages on social media so that it is not provoked by the buzzer industry.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pergeseran konsep buzzer, melihat berbagai relasi antar aktor yang terlibat dalam industri buzzer politik, menggambarkan penyalahgunaan regulasi oleh pihak yang berkuasa dan mengkaji industri buzzer dalam konsep-konsep teori ekonomi politik media. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data penelitian dikumpulkan secara purposive dan diutamakan bersumber dari studi literatur dan dokumen yang mengkaji fenomena buzzer di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa istilah buzzer mengalami pergeseran menjadi konsep yang secara umum berada di dalam konteks politik dan memiliki stereotip negatif. Terdapat berbagai relasi antar aktor yang ingin mencapai tujuan politiknya dengan menggunakan buzzer. Pihak yang berkuasa dinilai telah menyalahgunakan UU ITE sebagai suatu alat untuk menjerat berbagai buzzer dari pihak lawan. Dalam perspektif ekonomi politik, industri buzzer dinilai kerap mengabaikan berbagai etika, salah satunya dengan menjadikan kehidupan pribadi seseorang menjadi suatu komoditas industri. Munculnya buzzer politik harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk waspada dan mengkritisi pesan-pesan di media social, sehingga tidak terprovokasi oleh industri buzzer.

Page 1 of 1 | Total Record : 6