cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Syifa al-Qulub : Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik
ISSN : 25406445     EISSN : 25406453     DOI : -
Core Subject : Health,
Syifa al-Qulub adalah Jurnal Prodi Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Terbit enam bulan sekali (Januari dan Juli). Materi yang dipublikasikan merupakan hasil kajian dan penelitian. Jurnal Syifa al-Qulub memiliki tujuan memperluas wawasan, paradigma, konsep dan teori dibidang Tasawuf, Psikoterapi dan Konseling perspektif Islami dan Sufi.
Arjuna Subject : -
Articles 101 Documents
ILUSI DAN DUA KALIMAT SYAHADAT DALAM PEMIKIRAN MAHMUD MUHAMMAD THAHA Bambang Qomaruzzaman
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3160

Abstract

Inti penting dari kehadiran agama adalah bahwa ia dapat menyuguhkan suatu formula yang dapat menyelematkan manusia untuk menempuh proses hidup di dunia. Syaratnya, hanya jika manusia tidak terjebak pada “jalan kesementaraan” dan “jalan kebutaan” yang sering jadi jembatan bagi munculnya ilusi. Ilusi adalah kepercayaan yang lahir dari ketiadaan daya fikir manusia dan kemudian menganggap agama atau pun kebenaran selalu telah ajeg dan selesai sekali dirumuskan. Ilusi jugalah yang telah menyebabkan manusia teralienasi. “Keimanan” terhadap agama atau pun kebenaran yang selesai sekali dirumuskan mengakibatkan  manusia terasing dari kekinian karena ia  tidak memiliki identitas. Bagi Thaha, seperti ditelisik oleh penulis artikel ini, prinsip dasar yang dapat membangkitkan identitas dan harga diri manusia adalah kepercayaan dan pensikapan yang aktif atas kalimat syahadatain. Kalimat syahadatain adalah sejenis inisiasi yang mampu mengalirkan energi tauhid ke dalam kepribadian seorang manusia dan masyarakat sekaligus sebagai pembebas dari ilusi. Dalam rumusan yang singkat dapat dikatakan bahwa, kalimat syahadatain adalah suatu scientia sacra yang bisa mengantarkan manusia pada “pertemuan antara Allah sebagaimana adanya dengan manusia sebagaimana adanya.
PENGARUH AGAMA TERHADAP KESEHATAN MENTAL Rifki Rosyad
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3149

Abstract

Sejak awal abad ke-19 ahli kedokteran mulai menyadari adanya hubungan antara penyakit fisik dengan kondisi psikis manusia. Manusia bisa menderita gangguan fisik karena gangguan mental (somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (psikosomatis). Di antara berbagai faktor mental yang diidentifikasi memiliki potensi menimbulkan gejala tersebut adalah keyakinan agama. Hal ini antara lain disebabkan sebagian dokter beranggapan bahwa penyakit mental  (mental illness) tidak ada hubungannya dengan penyem-buhan medis. Di samping itu banyak para penderita penyakit mental dapat disembuhkan melalui pendekatan keagamaan. Berdasarkan banyaknya kasus yang ditangani di kliniknya, para psikolog sampai pada satu keyakinan tentang pentingnya peran yang dimainkan agama dalam menyembuhkan kesehatan mental. Di antara para psikolog besar tersebut adalah Carl Gustav Jung, Alphonse Maeder, Victor E. Frankl, William James, Koenig dll. Kepercayaan, keimanan dan pengalaman keagamaan diyakini memiliki pengaruh yang terhadap kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang beragama hidup lebih sehat dibanding mereka yang tidak beragama. Mengingat agama sangat berpengaruh dalam membentuk dan meme-lihara kesehatan jiwa, maka menjadi satu kemestian untuk memberikan pendidikan agama kepada peserta didik pada umumnya dan khususnya kepada anak-anak. Permasalahan adalah apa yang diajarkan dan bagai-mana mengajarkan pendidikan agama tersebut agar tercapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan agama yang keliru baik dari sisi materi maupun caranya akan menumbuhkan sikap dan cara beragama yang salah, seperti fanatisme, eksklusif, wawasan sempit, dan prejudice. Sikap dan cara beragama seperti adalah ciri orang beragama tetapi dengan tingkat kecerdasan spiritual (SQ) yang rendah.
Motivasi Beragama dalam Mengatasi Frustasi Naan Naan
Syifa al-Qulub Vol 3, No 1 (2018): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i1.3138

Abstract

Motivasi beragama diteliti untuk dapat mengetahui dorongan-dorongan beragama. Metode penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agama menjadi pintu gerbang kebahagiaan bagi orang-orang yang mengalami rasa frustasi. Ahli psikologi berpendapat bahwa agama, diyakini oleh orang yang mengalami neurosis, dapat menawarkan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan. Rasa bersalah akibat dari perbuatan tercela akan berkurang seiring dengan tobat dan doa yang terus disempaikan kepada sang Pencipta.
SIGNIFIKANSI TASAWUF: SOLUSI PENCARIAN MAKNA HIDUP Muhtar Sholihin
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.871

Abstract

Manusia di abad modern sosok mahluk yang tidak tergantung lagi pada otoritas yang berada di luar dirinya (Tuhan). Karena itu, masa modern adalah masa di mana manusia tidak lagi berterima-kasih kepada Tuhannya, tetapi berterima-kasih kepada kemampuan dan otonominya sendiri. Namun, karena kepercayaan yang berlebihan terhadap status dan kemampuan yang dimilikinya, manusia modern—dalam pemahaman para perennialis—telah menyebabkan dirinya terpelanting  dari “lingkar-an eksistensi”. Akibatnya, manusia modern dihadapkan pada persoalan baru tentang bagaimana menemukan dunia dan memaknainya. Rasio (pengetahuan) yang pada awalnya dipercayai dapat menjadi arah bagi penemuan dunia dan makna hidup, pada kenyataannya tak mampu memberikan jaminan yang memuaskan. Rasio (pengetahuan) telah menyebabkan manusia teralienasi dari dirinya sendiri. Dalam pemahaman tradisi spiritual (tasawuf), derita manusia modern ini sebenarnya dapat “diselesaikan”, yaitu dengan melakukan “transendensi”. Sebuah kesadaran yang mengimani bahwa kehidupan ini tidak hanya berhenti pada realitas profan tapi berpuncak pada realitas yang mutlak (ultimate reality). Lebih dari itu, transendensi adalah proses dan upaya menemukan The Great Chain Being (Rangkaian Besar Keberadaan).
TASAWUF NABAWI: (Membaca Maqom Rido Dalam Hadis Nabi) Agus Suyadi Raharusun
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3161

Abstract

Wacana hadis dan tasawuf sering menampilkan perbedaan konseptual dalam perbandingan syari’at versus hakekat yang berujung pada pertentangan konseptual. Hadis sering dipotret sebagai amal sunnah yang disandar kepada Rasulullah sering dipertentangkan dengan tasawuf yang disimbolkan sebagai potret amalan yang disandarkan kepada riyadhoh seorang sufi.Artikel ini akan menelusuri salah satu amalan sufistik yakni rido dalam kitab-kitab hadis. Secara  detail,  maqom rido sebagai salah satu amalan tasawuf akan ditelusuri dalam alur periwayatan  hadis yang bermuara kepada praktek sunnah qouliyah dan fi’liyah Rasulullah pada masanya. Proses ini akan mengantarkan kepada kesimpulan bahwa tidak ada pertentangan antara tasawuf dan hadis. Justru keselarasan keduanya akan tampak semakin jelas. Karena misi tasawuf melalui konsep dan amalan para mursyid-nya tak pernah bisa dilepaskan dari misi mulia sang ‘mursyid agung’, Rasulullah Saw. sebagai  penyempurna akhlaq  manusia. Dari sinilah konsep tasawuf nabawi bisa dimulai.
MUKASYAFAH: PERSPEKTIF SUFISTIK Cucu Setiawan
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3150

Abstract

Mukasyafah is an individual state of people, to person is given by God (Allah Swt) and the function is abstract things and its only known by founder and God. The Spreading of massage it’s large founded, maybe it can cause fitna or negatives adjustment or can cause bad emotion like ujub (think perpect of self) and the effect can destroyed values of research.  
Efektivitas Muraqabah Bagi Aktualisasi Diri Santri hena khaerulummah
Syifa al-Qulub Vol 3, No 1 (2018): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i1.3139

Abstract

Muraqabah or introspection is a very important thing for someone, to supervise all their deeds in accordance with God's provisions. The purpose of this study was to determine the effectiveness of muraqabah for the self-actualization of students at the Al-Muawanah Parakansalak Islamic Boarding School in Garut Regency. This study uses qualitative methods, namely a study that produces data in the form of words of the author or oral of observed behavior. While the data sources are teachers or Ustadz and students as subjects and objects in research. Furthermore, the data collection technique uses interviews, observation, documentation. As well as the population of this study amounted to 60 people, but the sample used in this study was 30 Muslim students. And the analysis technique is descriptive method. The results of this study include several aspects of life experienced by the subject when associated with muraqabah, namely aspects of obedience, disobedience, muraqabah in mubah action and self-actualization. Based on the research conducted that muraqabah is able to maintain adab at least 70% of the research subjects totaling 30 people, while 10% sometimes the subject always repents, and the remaining 20% muraqabah does have an effect on students' self-actualization. This is very good when muraqabah is done with effective research to make students who are fully obedient in both spirituality and morality.
PSIKOLOGI ISLAMI (Sebuah Pendekatan Alternatif Terhadap Teori-teori Psikologi) muhtar Gojali
Syifa al-Qulub Vol 1, No 1 (2016): Juli, Syifa al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v1i1.3157

Abstract

Secular psychology has undergone an out of ideas in understanding the attitude and the uniqueness of human being. According to this psychology, all of human attitudes stand on physical-psychological, educational, and social-cultural dimentions, so that it is not able to answer the deepest aspect of transcendent human attitudes. Islamic psychology offers an integral concept based on revelation on the uniqueness of human being by studying the structure of man, namely what we called latha’if consist of nafs, qalb, aql, and ruh. These four components moved various potentials of man. Therefore, without abolishing the discoveries of seculer psychology, the perception of Islamic psychology was built based on Quranic verses, painted in the universe (afaq) and written in the human itself (nafsani). Islamic psychology has to be seen as an effort to open the sacret of divine laws (sunnatullah) in the human being itself (nafsani verses), to study and to discover various pillars, elements, processes, functions and laws on the psychological aspects of human being.
Ulama Sebagai Waratsatul Anbiya (Pergeseran Nilai Ulama di Mata Masyarakat Aceh) Yumna Yumna
Syifa al-Qulub Vol 3, No 1 (2018): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v3i1.3141

Abstract

Perkembangan dua pengertian ulama yaitu ulama kitab sebagai ulama yang memiliki ilmu pengetahuan agama mendalam saja, dan ulama wetenschap sebagai ulama yang memiliki ilmu pengetahuan agama secara mendalam juga memiliki ilmu pengetahuan umum atau ulama intelektual. Ulama sebagai pewaris para nabi berarti bahwa setiap orang yang memiliki pengetahuan agama harus menyebarkannya kepada masyarakat sebagaimana tugas para nabi yang secara implisit dalam hal termasuk Nabi Muhammad SAW yang Rasulullah. Orang yang mempunyai pengetahuan agama dan mengimplikasikannya inilah waratsatul anbiya. Dalam rangka mengakurasi data tentang ulama, maka penulis mengumpulkan data primer dengan mengadakan penelitian lapangan menemui para responden sebagai subjek. Data dikumpulkan melalui teknik studi dokumentasi, observasi, dan interview.  Konsep basic pengertian terminologi ulama sebagai pewaris para nabi, merupakan figur sumber kepemimpinan, baik pemimpin agama maupun dalam politik Posisi seperti ini kemudian mengalami degradasi akibat politik Belanda yang menekan peran dan fungsi ulama pada posisi hanya berorientasi kepada masalah keagamaan, Dalam perkembangan selanjutnya dengan lahirnya organisasi ulama yang tergabung dalam PUSA yang pada gilirannya mampu memproduk generasi ulama modern dengan berpengetahuan luas mencakup ilmu pengetahuan umum serta mampu berkiprah di semua bidang.
Terapi Diam dalam Tasawuf Al-Ghazali solihin solihin; Deden Mansur
Syifa al-Qulub Vol 2, No 2 (2018): Januari, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v2i2.2975

Abstract

Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali menginterpretasikan bahaya lisan menjadi dua puluh bagian sebagaimana dilarang oleh prinsip dasar ajaran Islam (Al-Quran dan As-Sunnah). Jikalau lisan tidak dikendalikan, dapat mengakibatkan kandesnsi moral dan disintegrasi sosial dan diakhiratpun mendapatkan siksa. Maka dari itu, menurut Imam Al-Ghazali antisipasi preventifnya ialah dengan diam, karena diam (bukan diam pasif, tapi diam aktif) sangat dianjurkan oleh syariat islam, dan menghidar dari dua puluh bahaya lisan tersebut sama dengan berfikir dan berzikir sehingga pada akhirnya dapat membuahkan hasil ma’rifatullah.

Page 3 of 11 | Total Record : 101