cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Sejarah dan Budaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 199 Documents
KOSMOLOGI KALPATARU: REPRESENTASI KEHIDUPAN DAN PENGHARAPAN MASYARAKAT JAWA DI ABAD 9-16 MASEHI Vita Sabrina Azda Laili; Dyas Aditya Rey Ananda; Guntur Adi Putra; Muhammad Wahyu Prahardana
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p265-275

Abstract

The development of three-dimensional art in Java is an illustration of local beliefs and implementation of the local wisdom of the people who make it. Kalpataru is a term used to refer to the types of sculptural motifs that are often found in several three-dimensional works of art on the island of Java. The phenomenon of using the term kalpataru is a unique thing. This is because in general Kalpataru is closely related to the lifestyle and hope of the Javanese people. However, the agreed three-dimensional artwork called kalpataru is a work that describes the living conditions of the people of the past, both natural and social environmental conditions. This writing aims to describe how kalpataru has become the term chosen to refer to tridimensional works of art with certain characteristics, besides that it also aims to get an overview of the social and environmental conditions of the community in the past, especially regarding local wisdom and expectations, from the Javanese. The research method used is a historical research method with four stages, namely heuristics, verification, interpretation, and historiography. Perkembangan seni trimatra di Jawa merupakan gambaran kepercayaan dan kearifan lokal serta bentuk implementasi kearifan lokal masyarakat pembuatnya. Kalpataru merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada salah satu jenis motif pahatan yang kerap ditemui dalam beberapa karya seni trimatra di Pulau Jawa. Fenomena penggunaan istilah kalpataru ini merupakan suatu hal yang unik. Hal tersebut karena umumnya kalpataru lekat dengan pola hidup serta pengrahapan masyarakat Jawa, sebab karya seni trimatra yang disepakati untuk disebut dengan istilah kalpataru, merupakan karya yang menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat lampau, baik kondisi lingkungan alam hingga sosial. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kalpataru menjadi istilah yang dipilih untuk merujuk karya seni trimatra dengan ciri tertentu, selain itu juga bertujuan mendapatkan gambaran mengenai kondisi sosial dan lingkungan masyarakat pada masa lampau khususnya mengenai kearifan lokal serta pengharapan masyarakat Jawa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan empat tahapan yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. 
KAJIAN HISTORIS REYOG BULKIYO DALAM PRESPEKTIF MULTIPLE INTELEGENCES STRATEGI PENGUATAN KARAKTER BANGSA DI ERA DISRUPSI Mifdal Zusron Alfaqi; Rika Safitri Nur Azizah
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p344-353

Abstract

There is no clear boundary for the shift between local and foreign cultures, making it necessary to apply local wisdom learning as an effort to strengthen it. Various traditions and cultures that are firmly held begin to fade and even disappear with the dominance of a stronger culture. This proves that the existence of cultural development requires a comprehensive approach, one of which is through extracting values in Reog Bulkiyo from Blitar Regency as an increase in the implementation of character values through local culture in the younger generation in the Disruption era. The purpose of this research is 1) to explain the value of Reyog Bullkiyo in the perspective of multiple intelligences, 2) to find a suitable character strengthening strategy in facing the disruption era. The method used with the Historical approach through 4 stages of collecting sources (heuristic), assessing the credibility of sources (critic), synthesizing a source fact (interpretation) and presenting in written form (historiography). The research subjects in this method consisted of 10 informants using purposive sampling techniques that were specifically selected and secondary with 23 literatures consisting of 3 scopus indexed literatures, 4 SINTA indexed, 15 Google Scholar indexed, and 1 from Online Media. The results showed that 1) spiritual and patriotism values in Reyog Bulkiyo emphasize human harmony in life and life between nature, humans, and God; 2) The strategy of strengthening the character of a cultured society can be done with character education based on local cultural wisdom consisting of understanding, exemplary, and habituationTidak ada batasan yang jelas atas terjadinya pergeseran antara budaya lokal dan budaya asing, menjadikan perlunya penerapan pembelajaran kearifan lokal sebagai upaya penguatannya. Berbagai tradisi dan kebudayaan yang dipegang teguh mulai luntur bahkan menghilang dengan dominansi budaya yang lebih kuat. Hal ini membuktikan eksistensi perkembangan budaya diperlukan pendekatan secara komprehensif salah satunya melalui penggalian nilai dalam Reog Bulkiyo yang berasal dari Kabupaten Blitar sebagai peningkatan implementasi nilai karakter melalui budaya lokal pada generasi muda di era Disrupsi. Tujuan penelitian ini 1) memaparkan nilai Reyog Bullkiyo yang hadir dalam prespektif multiple intelegences, 2) menemukan strategi penguatan karakter yang sesuai dalam memghadapi era disrupsi. Metode yang digunakan dengan pendekatan Historis melalui 4 tahapan dari pengumpulan sumber (heuristic), menilai kredibilitas sumber (critic), mensintesis suatu fakta sumber (intepretasi) dan penyajian dalam bentuk tulisan (historiografi). Subyek penelitian dalam metode ini terdiri atas 10 Informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang dipilih secara khusus dan sekunder dengan 23 literatur terdiri atas 3 literatur terindeks scopus, 4 terindeks SINTA, 15 terindeks Google Cendekia, dan 1 berasal dari Media Online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) spiritual dan nilai patriotisme dalam Reyog Bulkiyo menekankan keselarasan manusia dalam hidup dan kehidupan antara alam, manusia, dan tuhan; 2) Strategi penguatan karakter masyarakat berbudaya dapat dilakukan dengan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal budaya yang terdiri dari pemahaman, keteladanan, dan pembiasaan. 
KESULTANAN BACAN DALAM PERSAINGAN POLITIK DAN PERDAGANGAN DI MALUKU UTARA, 1602-1940 La Raman; Jamin Safi
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p276-285

Abstract

This study aims to determine the history of the Batjan sultanate in political and trade competition in North Maluku in 1601-1940. The method used in this research is the historical method. The steps of the historical method are heuristics, source criticism or verification, interpretation, and historiography (historical writing). The results of this study are; The Bacan Sultanate or Kie ma-Kolano, (ruler of the cape), is a sultanate that was originally domiciled in East Makian, then moved to Kasiruta. In fact, the initial procession of the formation of the Bacan kingdom cannot be known with certainty. However, based on chronicle reports, it can be interpreted that this kingdom emerged along with other Islamic kingdoms in North Maluku. Based on the political perspective, the Bacan Sultanate, which is part of the world of Central Maluku, has very broad political influence and power. It can be argued that the clove commodity has projected the economic strength of the Bacan SultanatePenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah kesultanan Batjan dalam persaingan politik dan perdagangan di Maluku Utara tahun 1601-1940. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode sejarah (historical method). Adapun langkah-langkah metode sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini adalah; Kesultanan Bacan atau Kie ma-Kolano, (penguasa tanjung), merupakan kesultanan yang semula berkedudukan di Makian Timur, kemudian dipindahkan ke Kasiruta. Secara faktual prosesi awal pembentukan kerajaan Bacan tidak dapat diketahui secara pasti. Tetapi berdasarkan pemberitaan kroniek dapat diinterpretasikan bahwa kerajaan ini muncul seiring dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Maluku Utara. Berdasarkan perspektif politik Kesultanan Bacan yang merupakan bagian dari dunia Maluku Pusat, memiliki pengaruh politik dan kekuasaan yang sangat luas. Secara argumentatif dapat dikemukakan bahwa komoditas cengkih telah memproyeksikan kekuatan ekonomi kesultanan Bacan.
DOLMEN DUSUN LEKET DAN SARKOFAGUS DUSUN GEBANGAN SEBAGAI TAMBAHAN DATA TINGGALAN MEGALITIK DI KABUPATEN SITUBONDO Rizka Purnamasari
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p354-364

Abstract

Situbondo Regency has significant number of megalithic cultural remains. The remains are widespread in several sub-districts in the Situbondo Regency. So far, the megalithic cultural remains found in Situbondo can be categorized into several types, such as dolmens, sarcophagi, terraced buildings, menhirs, and stone mortars. The distribution of megalithic remains in Situbondo cannot be separated from the geographical landscape of the eastern end of Java Island, which consists of Jember, Bondowoso, Situbondo, and Banyuwangi Regency which also has very significant findings of megalithic cultural remains, both in number and type. The existence of two megalithic remains documented by the Yogyakarta Archaeological Center in June 2021 certainly contributes new data to the distribution of megalithic remains in Situbondo RegencyKabupaten Situbondo memiliki tinggalan budaya megalitik dengan jumlah yang signifikan. Tinggalan-tinggalan tersebut tersebar di beberapa kecamatan di Wilayah Kabupaten Situbondo. Sejauh ini tinggalan- budaya megalitik yang terdapat di Situbondo dapat dikategorikan dalam beberapa jenis seperti dolmen, sarkofagus, bangunan berundak, menhir, dan lumpang batu. Sebaran tinggalan megalitik di Situbondo tidak terlepas dari kesatuan geografis wilayah ujung timur Pulau Jawa yang terdiri dari Jember,  Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi yang juga memiliki temuan tinggalan budaya megalitik yang sangat signifikan baik jumlah maupun jenisnya. Adanya dua tinggalan megalitik yang didokumentasikan oleh Balai Arkeologi Provinsi DIY pada Juni 2021 tentunya menyumbangkan data baru pada sebaran tinggalan megalitik di Kabupaten Situbondo.
PENCIPTAAN VAS TERAKOTA TANAMAN HIAS BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK PENDUKUNG ESTETIK KAWASAN DESA WISATA PETUNGSEWU MELALUI PROGRAM DESA MITRA Ponimin Ponimin; Agnisa Maulani Wisesa; Okta Viviana Asmi Nusantari
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p304-317

Abstract

Petungsewu tourism village development program aims to increase the village's potential by developing vases of ornamental plants in the rest area of the village. The existence of these aesthetic element products can strengthen the attractiveness of tourists through the presentation of ornamental plants packaged in terracotta vases. There are various steps of creative activities related to the program of realizing from joint activities of the collaborator villages. The method includes: 1. The coordination process with the creative team from the LPPM UM with collaborator villages about the creative work plan, (2) The process of program implementation; which includes the formulation of the concept of terracotta vases and the process of making the initial design of terracotta vases, (3) The process of making or producing terracotta vases of ornamental plants includes the process of making basic shapes, the process of making advanced shapes, details, and ornamental elements, the process of realizing detailed shapes, and the finishing process, (4) The process of applying ornamental plant vases to the exterior aesthetic elements of the rest area of Petungsewu tourist village, (5) Analysis and conclusion of creative work results. The results of this creative work present a prototype of an ornamental plant terracotta vase product with the idea of local potential that is displayed in the tourist village area and the results can also strengthen the visual icon of the area. Program kegiatan pengembangan desa mitra wisata Petungsewu bertujuan untuk meningkatkan potensi desa melalui pengembangan sajian vas tanaman hias di kawasan rest area desa tersebut. Adanya produk elemen estetik tersebut dapat menguatkan daya tarik wisatawan melalui sajian tanaman hias yang dikemas dalam vas terakota. Metode pelaksanaan meliputi langkah-langkah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan program merealisasikan dari kegiatan bersama desa mitra. Metode tersebut meliputi: (1) Proses koordinasi bersama tim pelaksana kreatif dari lembaga penelitian dan pengabdian kampus UM bersama desa mitra tentang rencana kerja kreatif. (2) Proses pelaksanaan program meliputi kegiatan perumusan konsep vas terakota dan proses perancangan gambar desain vas terakota tanaman hias, (3) Proses pembuatan atau produksi vas terakota tanaman hias. proses pembuatan bentuk dasar, proses pembuatan bentuk lanjut, proses pembuatan detail, proses pembuatan elemen-elemen hias pada karya tersebut, proses merealisasi bentuk-bentuk detail serta yang terakhir adalah proses finishing, (4) Proses penerapan vas tanaman hias untuk elemen estetik eksterior kawasan rest area desa wisata Petungsewu (5) Analisis dan penyimpulan hasil kerja kreatif. Hasil kerja kreatif tersebut menghasilkan produk vas terakota tanaman hias dengan ide potensi lokal yang terpajang di kawasan desa wisata dan hasilnya dapat menguatkan ikon visual kawasan.
DINAMIKA LODDROK RUKUN FAMILI, 1943-2020: SEJARAH, ALUR CERITA, DAN HEGEMONI SETIAP REZIM Muhammad Jibril Bachtiar; Ari Sapto; Ronal Ridhoi
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p286-303

Abstract

Loddrok Rukun Famili is a performing arts group that has a long history of experience since the Japanese occupation and is one of the many ludruk groups that still exist today. This article tries to examine how the history of the ludruk Rukun Famili, as well as the dynamics of the storylines presented to describe the pattern of transitions in performances in each period, and how the influence of hegemony on the changes in the play brought about by the ludruk Rukun Famili resulted in a storyline that could not be separated from regime intervention. This study applies the historical method by utilizing various sources such as written archives, interviews and other sources. This study shows that the dynamic process of the storyline in the Rukun Famili is not only caused by a single factor but several factors such as modernization, changes in public interest and the political direction of each regime, based on these findings it is concluded that non-art factors then become considerations that influence the direction of change storyline of the Rukun FamiliLoddrok Rukun Famili merupakan kelompok seni pertunjukan yang memiliki pengalaman sejarah cukup panjang terhitung sejak masa pendudukan Jepang dan merupakan salah satu di antara banyak kelompok ludruk yang masih eksis hingga saat ini. Artikel ini mencoba menelaah bagaimana kesejarahan ludruk Rukun Famili, serta dinamika alur cerita yang disuguhkan hingga menggambarkan pola transisi dalam pementasan di setiap periode, dan bagaimana pengaruh hegemoni terhadap perubahan lakon yang dibawakan oleh ludruk Rukun Famili berakibat pada alur cerita yang tak bisa lepas dari intervensi rezim. Penelitian ini menerapkan metode sejarah dengan memanfaatkan berbagai sumber seperti arsip tertulis, wawancara dan sumber lainnya. Kajian ini menunjukkan bahwa proses dinamika alur cerita pada Rukun Famili tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal melainkan beberapa faktor seperti modernisasi, perubahan minat masyarakat dan arah politik setiap rezim, berdasarkan temuan tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor non kesenian kemudian menjadi pertimbangan yang mempengaruhi arah perubahan alur cerita dari Rukun Famili.
BIOGRAFI DAN STUDI TOKOH SEJARAH Joko Sayono
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p415-426

Abstract

This paper discusses the concept and steps of historical figure studies. The term historical figure has not been widely discussed and used in historical writing. Writing about the life of a figure is often found in biographies, autobiographies, memoirs and festschrift. These writings are considered a form of historical writing. Problems arise when it comes to the rules that must be followed in historical writing. The lives of the people written about in these four types of writing, usually anyone, can be classified as historical figures or not.  Historical figures are very substantial to study, because they are one of the important aspects in the context of driving societal change. The thoughts and actions of historical figures in dealing with various situations can be important lessons and inspiration for others to face the present. It is time to develop the study of historical figures more seriously, with the hope that the results will actually be able to provide more concrete inspiration on how to deal with the situations and conditions that occur around life.Tulisan ini membahas tentang konsep dan langkah-langkah studi tokoh sejarah. Terminologi tokoh sejarah (historical figure)  belum banyak dibincangkan dan digunakan dalam penulisan sejarah. Penulisan tentang kehidupan seorang tokoh banyak dijumpai dalam  biografi, autobiografi, memoir, dan festschrift. Tulisan-tulisan tersebut dianggap sebagai salah satu bentuk tulisan sejarah.Permasalahan muncul ketika  dikaitkan dengan kaidah-kaidah yang harus diikuti dalam penulisan sejarah. Kehidupan orang yang ditulis dalam empat jenis penulisan tersebut, biasa siapa saja, bisa  tergolong tokoh sejarah atau bukan.  Tokoh sejarah sangat subtansial  untuk dikaji, karena menjadi salah satu aspek penting dalam konteks penggerak perubahan masyarakat. Pemikiran dan tindakan tokoh sejarah  dalam menghadapi berbagai situasi, dapat menjadi pelajaran penting dan inspirasi bagi orang lain untuk menghadapi  masa sekarang. Sudah saatnya dikembangkan kajian tentang tokoh sejarah dengan lebih serius, dengan harapan hasilnya akan betul-betul  mampu memberikan inspirasi yang lebih kongkrit bagaimana seharusnya menghadapi  situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar kehidupan
SEJARAH BADAN PEMULASARAN JENAZAH TIONGHOA MALANG PADA MASA KOLONIAL (1905-1940) Annisaa Khansa Labibah
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p388-398

Abstract

This research will discuss the Chinese funeral of the corpse agency in Malang during the Dutch East Indies colonial period. The development of Chinese ethnicity in Malang yearly has increased quite rapidly. The growth of the Chinese community in Malang has encouraged some people to form 'groups of harmony', to avoid conflict and help with death. This association was formed in 1905 named Thian Tee Hwee, then in 1910 changed its name to Ang Hien Hoo, along with the registration of this association as a legal entity in the Dutch East Indies. This association is engaged in many socio-cultural fields. The most visible social activity related to the funeral of corpses was the assistance of the funeral corpses for the underprivileged Chinese.Penelitian ini akan membahas mengenai badan pemulasaran jenazah Tionghoa di Malang pada masa colonial Hindia-Belanda. Perkembangan etnis Tionghoa di Malang dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pertumbuhan komunitas Tionghoa Malang mendorong beberapa orang membuat ‘perkumpulan kerukunan’, untuk menghindari konflik dan membantu urusan kematian. Perkumpulan ini dibentuk pada 1905 bernama Thian Tee Hwee, lalu pada 1910 berganti nama menjadi Ang Hien Hoo, bersamaan dengan terdaftarnya perkumpulan ini ke badan hukum di Hindia Belanda. Perkumpulan ini banyak bergerak dibidang sosial-budaya. Kegiatan sosial yang paling terlihat terkait pemulasaran jenazah, adalah bantuan pemulasaran jenazah untuk orang Tionghoa yang kurang mampu.
Membicarakan sejarah kontroversial: historiografi, ingatan masyarakat dan pendidikan sejarah di Indonesia Anung Jati Nugraha Mukti; Johan Inda Permana
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 17, No 1 (2023): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v17i12023p105-122

Abstract

This research aims to determine the history, memory, and historical education that are built-in historical discourse. History and memory are two components that influence and support each other. But what if the narrated history is different from the people's memory and how is this conveyed in education?. Answering the researcher's questions using the literature review method. In the last five years, major countries in the world have apologized and reconciled historical events that occurred in the past. The apology came after it emerged proving the victims as well as humanitarian considerations. In Indonesia, the events of 1965 and the Indonesian revolution have become the main discussion in the history of history to this day. Differences in historical narratives and people's memories of these events harm historical education. History will lose its soul and function because it is unable to achieve the goals achieved both in learning and in society.Penelitian ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana sejarah, ingatan dan pendidikan sejarah dibangun dalam wacana sejarah kontroversial. Sejarah dan ingatan adalah dua komponen yang saling mempengaruhi dan saling menyokong. Namun bagaimana jika sejarah yang dinarasikan berbeda dengan ingatan masyarakat serta bagaimana hal tersebut disampaikan dalam pendidikan ?. Menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan metode kajian pustaka. Lima tahun terakhir negara-negara besar di dunia melakukan ucapan permintaan maaf dan rekonsiliasi peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu. Permintaan maaf tersebut terjadi setelah muncul kesaksian para korban serta pertimbangan kemanusiaan. Di Indonesia, peristiwa 65 dan revolusi Indonesia menjadi pembahasan utama dalam sejarah kontroversial hingga hari ini. Perbedaan narasi sejarah dan ingatan masyarakat tentang peristiwa tersebut memberikan dampak negatif dalam pendidikan sejarah. Sejarah akan kehilangan jiwanya dan fungsinya karena tidak mampu mencapai tujuan yang dicapai baik dalam pembelajaran maupun dalam masyarakat.
Mereka yang dikambinghitamkan oleh partai politik Islam Hadyan Nandana Santosa
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 17, No 1 (2023): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v17i12023p126-130

Abstract

Apakah terbayang dalam pikiran, atau barangkali tengah berlangsung dalam kehidupan, apabila tuduhan atas tindakan yang tidak sebagaimana mestinya dilakukan menyelimuti sepanjang hayat hidup? Jika hal tersebut terjadi, pasti, kesempatan untuk mendapatkan tidur nyenyak tidak akan mudah diraih. Tentu akan lebih parah jika perasaan itu terjadi dan diseret-seret dalam kehidupan sosial masyarakat sampai berganti menjadi pelabelan yang mengakar kuat di hadapan anak cucu dan generasi yang lebih lanjut. Belum lagi jika pelabelan itu dimanifestasikan ke dalam konstruksi moralitas bermasyarakat. Pasti persoalan akan menjadi semakin runyam. Oleh karenanya, tidak pernah ada yang merelakan jika hal itu terjadi, dan tak pernah bisa disangkal secara spontan jika pelabelan itu mencari korban-korban lain yang akan dikambinghitamkan