cover
Contact Name
dr. Rachmat Hidayat
Contact Email
dr.rachmat.hidayat@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
dwih.dr@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. ogan ilir,
Sumatera selatan
INDONESIA
Biomedical Journal of Indonesia
Published by Universitas Sriwijaya
ISSN : 24077097     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Biomedical Journal of Indonesia is an open access, peer-reviewed journal that focus on basic medical sciences, emphasizing on providing the molecular studies of biomedical problems and molecular mechanisms to integrate researches in all aspects of human health. BJI is dedicated to publishing original research and review articles covering all aspects of biomedical sciences.
Arjuna Subject : Kedokteran - Anatomi
Articles 342 Documents
Single Nucleotide Polymorphism Promoter -765g/C Gen Cox-2 Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Karsinoma Kolorektal Triwani, Triwani; Saleh, Irsan
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan keganasan yang berasal dari transformasi neoplastik sel-sel epitel kolon dan rektum, menempati urutan ketiga terbanyak dari seluruh kanker di seluruh dunia.Berbagai perubahan DNA dapat terjadi akibat paparan dengan lingkungan dan karsinogen. DNA yang gagal berpasangan menimbulkan instabilitas genetik, mutagenesis, dan kematian sel, disebut sebagai single nucleotide polymorphisms (SNPs).  Polimorfisme adalah perubahan atau mutasi pada gen yang tidak menimbulkan perubahan struktur protein   hanya mengakibatkan variasi fungsi protein, tidak bermanifestasi klinis, hanya  bisa menentukan kerentanan terhadap penyakit. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional pada gen COX-2 dengan metode PCRRFLP. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah case series, dilakukan di Laboratorium Klinik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang selama 4 bulan, dari bulan Mei sampai dengan November 2012. Terdapat empat puluh (40) orang subjek penelitian yang merupakan penderita KKR, semuanya berasal dari seluruh etnis yang berdomisili di Sumatera Selatan dan bersedia ikut serta dalam penelitian. Penderita karsinoma kolorektal yang berjenis kelamin laki-laki (52,5%) lebih banyak daripada wanita (47,5%), lokasi karsinoma pada daerah kolon (25%) lebih banyak daripada daerah rektum (75%), dan penderita  dengan adenokarsinoma (77,5%) merupakan jenis terbanyak diikuti musinus adenokarsinoma (17.5%) dan adenoskuamous karsinoma (5%). Distribusi genotip CC (mutan) sebanyak 10%, genotip GC (heterozygot) sebanyak 10%, dan, genotif GG (normal) sebanyak 80%. Sedangkan Distribusi alel C (mutan) sebanyak 16% dan alel G (normal) sebanyak 84%. Penelitian ini terbatas pada identifikasi polimorfisme gen COX2 pada kasus KKR, tidak melihat hubungan atau pengaruh polimorfisme gen COX-2 terhadap kejadian KKR.  Perlu dilakukan wawancara lebih lanjut terhadap pasien mengenai suku, etnis, riwayat keluarga. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan polimorfisme promoter -765G/C Gen COX-2 dengan kejadian karsinoma kolorektal.
Pengaruh Low Level Laser Therapy (LLLT) terhadap Kadar Creatine Kinase (CK) dan Lactate Dehydrogenase (LDH) pada Proses Pemulihan Setelah Latihan Interval Intensitas Tinggi Amani, Patwa; Liana, Phey; Irfanuddin, Irfanuddin; Saleh, Irsan
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian mengenai Low Level Laser Therapy (LLLT) pada subjek manusia maupun hewan coba telah diketahui memberikan hasil positif terhadap penanganan penyakit inflamasi, perbaikan jaringan, dan penanganan nyeri. Meskipun demikian penggunaan LLLT pada bidang kedokteran olahraga masih sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh LLLT terhadap kadar creatine kinase (CK) dan lactate dehydrogenase (LDH) sebagai biomarker kerusakan otot setelah latihan interval intensitas tinggi. Penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan single-blind, randomized, placebo controlled dilakukan dengan 20 orang subjek laki-laki sehat yang tidak terlatih. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok dengan LLLT aktif dan kelompok kontrol plasebo. Setiap kelompok akan melakukan latihan interval intensitas tinggi mneggunakan sepeda statis dengan intensitas kayuh 50%-80% HR maksimal selama 30 menit. Segera setelah latihan fisik kelompok perlakuan akan diberikan LLLT (810nm, 5mW, 40 Joule) menggunakan probe multi diode pada 4 titik untuk masing-masing tungkai bawah, sedangkan kelompok kontrol menerima plasebo. Kadar CK dan LDH diukur dua kali, yakni sebelum latihan interval intensitas tinggi dan 24 jam setelahnya. Terdapat perbedaan kadar CK yang signifikan antara kelompok LLLT (105,50 ± 47,12) dan kelompok kontrol (182,91 ± 49,77) (p<0,05). Hasil pengukuran kadar LDH juga menunjukan hasil yang signifikan dengan rerata kelompok LLLT 144,37 ± 15,96 dan kelompok kontrol 183,88 ± 30,19 (p<0,05).
Efek Antiinflamasi Fraksi Daun Andong (Cordyline Fruticosa L) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Spraque Dawley Wijaya, Leni; Saleh, Irsan; Theodorus, Theodorus; Salni, Salni
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Pengurangan peradangan atau respon inflamasi menggunakan obat golongan steroid dan antiinflamasi non steroid (AINS). Tujuan penelitiaan adalah untuk mengetahui efek antiinflamasi fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi metanol air dari ekstrak metanol daun andong (Cordyline fruticosa L) pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Spraque Dawley yang diinduksi dengan karagenin 1%. Subyek penelitian adalah 30 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Spraque Dawley yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok I adalah plasebo yang diberi CMC 1%, kelompok 2 diberi fraksi nheksan, kelompok 3 diberi fraksi etil asetat, kelompok 4 diberi fraksi metanol air masing-masing dengan dosis 200 mg/kgBB, dan kelompok 5 diberi Meloxicam sebagai kontrol positif. Parameter efek antiinflamasi berupa volume edema kaki tikus dan penghitungan jumlah neutrofil pada sediaan hapus darah tepi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksan daun andong  mempunyai efek antiinflamasi lebih aktif atau kuat dibandingkan dengan fraksi etil asetat dan metanol air daun andong (Cordyline fruticosa L), tidak berbeda nyata dibandingkan Meloxicam pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Spraque Dawley, fraksi n-heksan daun andong (Cordyline fruticosa L) mengandung golongan senyawa fenol dan steroid terpenoid yang diduga berperan dalam aktivitas antiinflamasi, dan potensi antiinflamasi fraksi etil asetat dan metanol air daun andong (Cordyline fruticosa L) lebih kecil dibandingkan dengan Meloxicam pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Spraque Dawley.
Korelasi Antara Hypoxia Inducible Factor-1α Dengan Aktivitas Enzim Creatine Kinase Jaringan Otot Jantung Tikus Pada Aktivitas Fisik Aerobik dan Anaerobik Flora, Rostika
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aktivitas fisik aerobik dan anaerobik tanpa hari istirahat dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia dan perubahan histopatologi pada otot jantung. Kondisi hipoksia berkorelasi terhadap perubahan histopatologi pada otot jantung. Untuk mengetahui apakah kondisi hipoksia ini juga berkorelasi dengan indikator kerusakan jaringan otot jantung, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara hipoksia yang terjadi pada otot jantung akibat pembebanan aktivitas fisik aerobik dan anerobik tanpa hari istirahat dengan aktivitas enzim CK jaringan otot jantung. Jaringan otot jantung berasal dari tikus yang diberi aktivitas fisik aerobik dan anaerobik menggunakan treadmill selama 1,3,7 dan 10 hari tanpa hari istirahat. Kemudian dilakukan pengukuran kadar HIF-1α sebagai parameter hipoksia dan aktivitas enzim CK sebagai parameter terjadinya kerusakan sel otot jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat korelasi yang sangat kuat  antara konsentrasi HIF-1α dengan aktivitas CK jaringan pada kelompok anaerobik (r=0,91, p<0,05), sedangkan pada kelompok aerobik terdapat korelasi yang sedang (r=0,48, p<0,05). Kondisi hipoksia pada otot jantung yang terjadi akibat aktivitas fisik aerobik dan anaerobik  yang dilakukan selama 10 hari tanpa hari istirahat berkorelasi sangat kuat dengan indikator kerusakan jaringan pada kelompok anaerobik dan berkorelasi sedang pada kelompok aerobik.
Identifikasi Mutasi Gen rpob Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis Yang Berhubungan Dengan Resistensi Rifampisin Amalia, Ella; Nindatama, Maghfiroh Rahayu; Hayati, Lusia; Handayani, Dwi
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kasus resistensi M. tuberculosis terhadap rifampisin sudah banyak dilaporkan di dunia termasuk Indonesia. Resistensi terhadap rifampisin pada  M. tuberculosis sebagian besar disebabkan mutasi gen rpoB yang menyandi RNA polymerase subunit ß. Mutasi gen rpoB Ser531Leu yang berhubungan dengan resistensi terhadap Rifampisin paling sering terjadi. Adanya mutasi pada rpoB akan  menyebabkan perubahan pada struktur dan aktivitas target obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mutasi gen rpoB Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis pada sampel yang diambil dari penderita tuberkulosis paru di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif terhadap 40 penderita tuberkulosis paru di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Identifikasi mutasi gen rpoB Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis dilakukan dengan teknik Multiplex Polymerase Chain Reaction menggunakan primer rpoB531. Dari 40 isolat gen rpoB kodon 531 didapatkan 70% (21 dari 30) terjadi mutasi, wild type sebanyak 9 isolat (30%) dan isolat yang tidak menghasilkan pita sebanyak 10 isolat. Telah ditemukan mutasi gen rpoB Ser531Leu Mycobacterium tuberculosis pada penderita tuberkulosis paru di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Indikator Beban Berlebih Pada Otot Jantung Tikus Wistar Yang Diberi Perlakuan Latihan Fisik Akut Rahima, Rahima; Flora, Rostika; Theodorus, Theodorus
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latihan fisik terdiri dari aktivitas aerobik dan aktivitas anaerobik. Latihan fisik aerobik maupun anaerobik dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas. Dalam keadaan ini dapat pula terjadi peningkatan sekresi BNP sebagai indikator terjadinya kerusakan otot. Brain Natriuretic Peptide (BNP) adalah Hormon type-B yang diproduksi di otot jantung yang akan terstimulasi ketika ventrikel jantung meregang dan mengalami tekanan yang berlebih atau sebagai sitoproteksi terhadap kelebihan volume dan peningkatan radikal bebas. Sampai saat ini masih relatif terbatas laporan mengenai perbandingan pengaruh latihan fisik aerobik dan anaerobik terhadap kadar BNP di otot jantung dalam melihat pengaruh positih dan negativenya terhadap fungsi jantung. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan subjek penelitian pada 28 ekor tikus Wistar yang dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok pembanding=P1, perlakuan aerobik 1 hari=P2, perlakuan anaerobik 1 hari=P3). Cara perlakuan latihan fisik menggunakan Animal Treadmill, dengan kecepatan 20 meter/menit selama 30 menit untuk latihan fisik aerobik, dan kecepatan 35 meter/menit selama 20 menit untuk latihan fisik anaerobik. Pemeriksaan kadar BNP dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa, tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar BNP otot jantung pada kelompok aerobic dan anaerobik yang diberi perlakuan 1 hari (sesaat). Akan tetapi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar BNP otot jantung pada latihan fisik anaerobik cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan latihan fisik aerobik (6,00±26,13 vs  6,93±10,47) sebagai indikator terjadinya beban yang berlebih pada otot jantung. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk memperbiki fungsi jantung, latihan fisik aerobik lebih baik daripada latihan fisik anaerobik.
Pengaruh Latihan Fisik Anaerobik Terhadap Kadar Laktat Plasma dan Kadar Laktat Jaringan Otot Jantung Tikus Wistar Flora, Rostika
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latihan fisik anaerobik adalah latihan  fisik yang dilakukan dalam durasi yang singkat dan dengan intensitas tinggi, proses metabolisme pembentukan energi tidak menggunakan oksigen. Energi dihasilkan dari pembentukan ATP melalui sumber energi yang berasal dari kreatinfosfat dan glikogen. Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerob. Latihan fisik anaerobik mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar laktat  darah. Belum diketahui apakah peningkatan kadar laktat pada latihan fisik anaerobik juga terjadi pada otot jantung, mengingat jantung merupakan organ  yang bekerja keras selama latihan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mempengaruhi pengaruh latihan fisik anaerobik terhadap kadar laktat plasma dan kadar laktat jaringan otot jantung. Jaringan otot jantung berasal dari tikus yang diberi latihan  fisik anaerobik menggunakan treadmill selama 1,3,7 dan 10 hari tanpa hari istirahat. Kadar laktat diukur menggunakan Lactate Assay Kit dengan panjang gelombang pengukuran 450 nm untuk kadar laktat plasma dan 570 nm untuk  kadar laktat jaringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar laktat plasma sedangkan kadar laktat jaringan otot jantung terjadi penurunan dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan kadar laktat plasma pada hari ke-10 (2.26 ± 0.09 nmol/μL) hampir sama dengan hari pertama latihan fisik anaerobik (2.23 ± 0.28 nmol/μL), begitu pula penurunan kadar laktat jaringan otot jantung pada hari ke-10 (0.23 ± 0.03 nmol/μL) hampir sama dengan hari pertama latihan fisik anaerobik (0.22±0.00 nmol/μL). Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar laktat plasma dengan laktat jaringan otot jantung (p<0,05). Latihan fisik anaerobik mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar laktat plasma dan penurunan kadar laktat jaringan otot jantung. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar laktat plasma dengan laktat jaringan otot jantung pada tikus yang diberi pembebanan latihan fisik anaerobik (p<0,05).
Hubungan Polimorfisme Gen XRCC1 Arg399Gln Terhadap Kejadian Kanker Serviks Pada Wanita Ras Melayu Sary, Mega; Legiran, Legiran; Saleh, Irsan
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/BJI.V4I1.7958

Abstract

Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah yang terletak pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Insiden terjadinya kanker serviks dipengaruhi oleh Human Papiloma Virus (HPV), usia, usia terlalu muda berhubungan seksual, paritas, riwayat keluarga dan RAS. Gen XRCC1 sebagai perancah dalam BER yang terlibat dalam membantu memperbaiki kesalahan-kesalahan selama replikasi DNA serta  menjaga integritas genom. Single Nukleotida Polymorphism (SNP) di XRCC1 telah dikaitkan dengan pengembangan yang terjadi pada kanker serviks yang dapat mengurangi aktivitas perbaikan DNA, meningkatkan terjadinya mutasi sehingga kerentanan terhadap kanker. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah hubungan polimorfisme gen XRCC1 Arg399Gln dengan kejadian kanker serviks. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain case-control dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang wanita kanker serviks dan 35 orang wanita normal yang setiap sampel memiliki RAS melayu Jambi. Identifikasi polimorfisme gen XRCC1 Arg399Gln dilakukan dengan teknik PCR-RLFP amplifikasi dengan primer spesifik yang digunakan untuk melihat mutagenesis. Hasil analisis dengan uji Chi-Square genotipe G/G (Wild Type), G/A (Mutant Heterozigot) dan G/A (Mutant Heterozigot) terhadap kanker serviks nilai ? = 0,032 (OR : 10.074 ; CI : 1,186 -85,570). Kesimpulan ada hubungan polimorfisme genotip gen XRCC1 Arg399Gln terhadap kejadian kanker serviks pada wanita RAS Melayu Jambi. 
SENSITIVITY AND SPECIFICITY OF RAPID TEST BRUGIA MALAYI Kumalasari, Tri Novia
Biomedical Journal of Indonesia Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bji.v5i2.7983

Abstract

Filariasis is a chronic infectious disease caused by the filarial worm that attacks the lymph veselle and lymph nodes. There are three species of filarial worms known to cause 90% of filariasis cases they were: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi and Brugia timori. Microscopic examination of the thick blood clots using peripheral blood of patients at night is a conventional technique. In the global filariasis elimination program, WHO has recommended serodiagnosis methods. For filariasis Brugia, the best serodiagnosis method currently available is the detection of IgG4 anti-filarial antibodies. Research Objectives were to determine the sensitivity and specificity of the Brugia Rapid Test comparing to blood clots method with Giemsa staining in detecting Brugia malayi in the village of Sungai Rengit Murni Talang Kelapa District Banyuasin Regency. The Method used in the study was diagnostic test. The research was conducted in the village of Sungai Rengit Murni Banyuasin Regency on June 20, 2013. The number of samples were 80 people taken using simple random Sampling. Giemsa staining and Brugia Rapid Test were used as examination method. Based on the findings of the 80 samples examined, the examination result using Giemsa method was 0 (0%) and the method of Brugia Rapid were 22 people (27.5%) The Sensitivity of Brugia Rapid Test compared to Giemsa method was 0%, the spesifisitasnya was 72,5%; 0% positive predictive value and 100% negative predictive value.
Efektivitas Gel Ekstrak Air Bawang Putih (Allium sativum. L) Terhadap Kadar Tumor Necrotic Factor Alfa (TNF-?) Dan Diameter Ulkus Mulut Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Anggraeni, Dian
Biomedical Journal of Indonesia: Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulkus mulut merupakan kondisi patologis yang ditandai dengan hilangnya jaringan epitel sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi. Selama inflamasi, mediator inflamasi berupa TNF-? akan meningkat. Oleh karena itu,  dibutuhkan obat untuk menekan kadar TNF-? untuk menekan inflamasi. Salah satu  bahan herbal yang dapat menekan inflamasi  adalah bawang putih. Penelitian eksperimental laboratorik in vivo dengan pre-post sistem. Sampel yang digunakan sebanyak 36 ekor tikus putih jantan galur wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok (6 ekor/kelompok) yaitu kelompok tanpa perlakuan pemberian obat (sebagai data pre perlakuan), kelompok kontrol negatif yakni basis gel HPMC,  kontrol positif yang diberi benzydamin, kelompok perlakuan I yang diberi gel ekstrak air bawang putih 20%, kelompok perlakuan II yang diberi gel ekstrak air bawang putih 40%, kelompok perlakuan III yang diberi gel ekstrak air bawang putih 80%. Pemberian obat diberikan secara topikal sebanyak 2 kali sehari selama 4 hari. Pembuatan ulkus mulut dilakukan dengan meletakan kertas saring yang telah direndam dalam larutan asam asetat 50% pada area labial jaringa gingiva rahang bawah. Pengukuran ulkus mulut dilakukan pada hari ke-1 pasca pembuatan ulkus mulut dan hari ke-5. Pada hari ke-5 semua tikus dikorbankan untuk diambil jaringan gingiva dan dilakukan pengukuran kadar TNF-? menggunakan ELISA. Analisis data menggunakan program SPSS versi 24 dan uji One Way Anova dengan spesifikasi 5% dilanjutkan uji Post Hoc Test menggunakan uji LSD dan Games Howell.Analisis menggunakan One Way Anova menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna kadar TNF-? dan diameter ulkus mulut (p<0,05) antarkelompok yang mengindikasikan bahwa gel ekstrak air bawang putih yang diaplikasikan di area ulkus mulut berpengaruh terhadap kadar TNF-? dan diameter ulkus mulut. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa gel ekstrak air bawang putih 80% efektif bermakna menurunkan kadar TNF-? (p<0,05). Hasil uji Games Howell menunjukkan bahwa gel ekstrak air bawang putih 20%, 40% dan 80% memiliki efektivitas yang sama dengan benzydamin dalam menurunkan diameter ulkus mulutGel ekstrak air bawang putih (Allium sativum. L)  konsentrasi 80% lebih efektif dibandingkan dengan benzydamin terhadap penurunan kadar TNF-?. Gel ekstrak air bawang putih (Allium sativum. L) kosnentrasi 20%, 40% dan 80% sama efektifnya dengan benzydamin dalam hal menurunkan diameter ulkus mulut pada tikus putih jantan galur wistar.

Page 1 of 35 | Total Record : 342


Filter by Year

2015 2023


Filter By Issues
All Issue Vol. 9 No. 3 (2023): Vol 9, No 3, 2023 Vol. 9 No. 2 (2023): Vol 9, No 2, 2023 Vol. 9 No. 1 (2023): Vol 9, No 1, 2023 Vol. 8 No. 3 (2022): Vol 8, No 3, 2022 Vol. 8 No. 2 (2022): Vol 8, No 2, 2022 Vol. 8 No. 1 (2022): Vol 8, No 1, 2022 Vol. 7 No. 3 (2021): Vol 7, No 3, 2021 Vol. 7 No. 2 (2021): Vol 7, No 2, 2021 Vol. 7 No. 1 (2021): Vol 7, No 1, 2021 Vol. 7 No. 3 (2021): Biomedical Journal of Indonesia Vol. 7 No. 2 (2021): Biomedical Journal of Indonesia Vol. 7 No. 1 (2021): Biomedical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 3 (2020): Vol 6, No 3, 2020 Vol. 6 No. 2 (2020): Vol 6, No 2, 2020 Vol. 6 No. 1 (2020): Vol 6, No 1, 2020 Vol. 6 No. 3 (2020): Biomedical Journal of Indonesia Vol 6, No 2 (2020) Vol. 6 No. 2 (2020): Biomedical Journal of Indonesia Vol 6, No 1 (2020) Vol. 5 No. 3 (2019): Vol 5, No 3, 2019 Vol. 5 No. 2 (2019): Vol 5, No 2, 2019 Vol. 5 No. 1 (2019): Vol 5, No 1, 2019 Vol. 5 No. 3 (2019): Biomedical Journal of Indonesia Vol 5, No 3 (2019) Vol 5, No 2 (2019) Vol. 5 No. 2 (2019): Biomedical Journal of Indonesia Vol. 5 No. 1 (2019): Biomedical Journal of Indonesia Vol 5, No 1 (2019) Vol. 4 No. 3 (2018): Vol 4, No 3, 2018 Vol. 4 No. 2 (2018): Vol 4, No 2, 2018 Vol. 4 No. 1 (2018): Vol 4, No 1, 2018 Vol. 4 No. 3 (2018): Biomedical Journal of Indonesia Vol 4, No 3 (2018) Vol 4, No 2 (2018) Vol. 4 No. 2 (2018): Biomedical Journal of Indonesia Vol. 4 No. 1 (2018): Biomedical Journal of Indonesia Vol 4, No 1 (2018) Vol. 3 No. 3 (2017): Vol 3,No 3, 2017 Vol. 3 No. 2 (2017): Vol 3, No 2, 2017 Vol. 3 No. 1 (2017): Vol 3, No 1, 2017 Vol 3, No 3 (2017) Vol. 3 No. 3 (2017): Biomedical Journal of Indonesia Vol 3, No 2 (2017) Vol. 3 No. 2 (2017): Biomedical Journal of Indonesia Vol. 3 No. 1 (2017): Biomedical Journal of Indonesia Vol 3, No 1 (2017) Vol 1, No 1 (2015) More Issue