Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

The Art of Adaptation: From Folk Literature to the Age-Appropriate Visual Media Santi Sidhartani; Muhammad Iqbal Qeis; Dendi Pratama
Cultural Syndrome Vol 1, No 1 (2019): Cultural Syndrome
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.509 KB) | DOI: 10.30998/cs.v1i1.22

Abstract

The art of adaptation is a process to translate the art form fromone mediainto another.Folklores as a form of media that express the experience and beliefs that was shared amongst the society living in a certain region are usually passeddown from the older generation to the younger generation by word of mouth orthoughoral tradition. Althoughsome of thefolklores havebeen compiledand translated in the form of folk literature andare transcribedin books and written media, these folk literaturesgenerally consist oftexts with little visuals. This is a problem since the main target of folklores is usually children who are more attracted to colorful and rich world of illustration rather than a text-filled literary book. This paper aims to describe the process involved in the art of adaptation that transforms folk literature into a more age-appropriate visualmediaforchildren as an effort to preserve the tradition of folklore in society. The conclusion shows that the process involved a deep understanding of the folklore, not only the story but also the characters and the background location depictedin order to design an appealing visual media thatretainsthe cultural values shared within the society
CITRAAN INDONESIA DALAM IKLAN TELEVISI “VISIT INDONESIA YEAR 2008” Muhammad Iqbal Qeis
Deiksis Vol 6, No 01 (2014): Deiksis
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1167.216 KB) | DOI: 10.30998/deiksis.v6i01.517

Abstract

Iklan “Visit Indonesia Year 2008” (VIY 2008) adalah sebuah media promosi utama pariwisata Indonesia yang dikembangkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dalam memperingati 100 tahun hari kebangkitan nasional. Iklan VIY 2008 ini bertujuan untuk menampilkan citra Indonesia sebagai negara tujuan wisata di mata dunia. Penulis mengadakan penelitian yang bertujuan untuk menelaah bagaimana citraan Indonesia ditampilkan secara visual dalam iklan VIY 2008 melalui kajian semiotika terhadap sembilan versi iklan VIY 2008. Studi dilakukan dengan meninjau dan menganalisis frekuensi kemunculan sistem tanda visual dalam sembilan versi iklan VIY 2008 sebagai citraan Indonesia. Hasil dari studi terhadap sembilan versi iklan VIY 2008 menunjukkan delapan tanda visual yang sering digunakan di dalam iklan VIY 2008 sebagai citraan Indonesia yaitu: (1) figur dengan baju kedaerahan; (2) Bali; (3) kuil, patung, relief, dan ukiran atau pahatan traditional; (4) tumbuhan tropis dan hutan; (5) pantai, pulau, dan lautan; (6) senyum, tawa, dan gesture hormat; (7) tari dan ritual kedaerahan; dan (8) Batik dengan citraan Indonesia yang paling kuat direpresentasikan adalah Indonesia sebagai bangsa multi etnis yang kaya akan budaya dan memiliki ekspresi seni yang beragam.Kata Kunci: Citraan Indonesia, Iklan Televisi Visit Indonesia Year 2008
Eksplorasi Visual Psychedelic Experience melalui Ilustrasi Berbasis Seni Psychedelic Muhammad Iqbal Qeis; M Fauzan Azizi
Jurnal Desain Vol 4, No 03 (2017): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.96 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v4i03.1608

Abstract

Seni psychedelic pada awalnya menarik inspirasi pengalaman visual dari seseorang yang sedang mengalami acid trip atau halusinasi di bawah pengaruh obat dan zat psikotropika dan dituangkan dalam bentuk visualisasi yang berkarakter. Karakter seni psychedelic dilihat dari adanya elemen-elemen visual yang menegaskan adanya pengaruh aspek bawah sadar dan bersifat surrealis, penggunaan warna yang kontras dan tipografi yang unik dan meliuk-liuk seakan berputar dan bergoyang. Karena kaitannya dengan pemakaian obat dan zat psikotropika sebagai penggugah gambaran, seni psychedelic dianggap sebagai hal yang negatif yang berujung pada minimnya perkembangan seni psychedelic di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan eksplorasi visual seni psychedelic sebagai subjective visual experience yang didasari atas imajinasi dan kreativitas seseorang. Eksplorasi visual melalui ilustrasi berbasis seni psychedelic ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai gaya seni psychedelic yang didasari atas persepsi visual dan imajinasi melalui empat ilustrasi yang memunculkan psychedelic experience dan menghilangkan anggapan negatif terkait seni psychedelic dan kaitannya dengan penggunaan obat dan zat adiksi psikotropika.
Perancangan Infografis Museum Tokoh Pahlawan di Jakarta Sebagai Museum Arkeologi dan Sejarah Hedi Hidayat; Muhammad Iqbal Qeis; Rina Wahyu Winarni
Jurnal Desain Vol 6, No 01 (2018): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.091 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v6i01.2899

Abstract

Museum merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dan melayani kebutuhan publik melalui usaha pengkoleksian dan memamerkan benda-benda serta aset-aset bersejarah dan sumber pengetahuan bagi masyarakat. Pada tahun 2015, jumlah museum berdasarkan jenis dan kota administrasinya berjumlah 70 museum. Salah satunya yaitu museum yang bertemakan tokoh pahlawan seperti Museum Fatahillah, Museum M.H. Thamrin, Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, dan Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution. Namun, saat ini minat masyarakat untuk mengunjungi wisata sejarah seperti museum justru masih sangat kurang. Masyarakat menganggap tempat wisata yang satu ini sebagai tempat yang membosankan yang hanya menyimpan benda-benda kuno dan terkesan menyeramkan. Selain itu juga, kurangnya media informasi terhadap museum-museum tokoh pahlawan  yang ada di Jakarta membuat museum tersebut masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk merancang infografis museum tokoh pahlawan di Jakarta sebagai museum arkeologi dan sejarah menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian berupa rancangan infografis dinamis dengan durasi tayang 4 menit 43 detik dengan menggunakan gaya visual flat design. Perancangan infografis ini memiliki implikasi munculnya media informasi mengenai museum tokoh pahlawan di Jakarta yang dapat menambah pengetahuan masyarakat serta menarik minat masyarakat untuk mengunjunginya.
KAJIAN BRANDING PRABOWO DAN JOKOWI DALAM PEMILU PRESIDEN 2014 Muhammad Iqbal Qeis
Jurnal Desain Vol 2, No 01 (2014): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.638 KB) | DOI: 10.30998/jurnaldesain.v2i01.570

Abstract

Artikel ini membahas tentang branding yang dilakukan oleh Prabowo dan Jokowi dalam pemilu presiden 2014. Penelitian dilakukan dengan mengkaji logo, tagline, dan website kedua calon presiden menggunakan metodologi visual dan analisis brand. Hasil penelitian menemukan adanya perbedaan antara branding yang dilakukan oleh Prabowo dan Jokowi. Perbedaan terlihat dari jenis tipografi, tata letak, dan gaya visual yang digunakan dalam logo dan website, serta pesan yang dimunculkan dalam tagline. Perbedaan ini memperlihatkan identitas visual yang berbeda di antara kedua calon presiden, Prabowo dengan branding yang memunculkan citra konservatif-elitis dan Jokowi dengan branding yang memunculkan citra modernis-merakyat.
Branding Produk UMKM Pempek Gersang Ahmad Faiz Muntazori; Ariefika Listya; Muhammad Iqbal Qeis
Jurnal Desain Vol 6, No 03 (2019): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.265 KB) | DOI: 10.30998/jd.v6i3.4252

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk meredesain logo yang tepat bagi produk UMKM sebagai bagian dari branding berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Produk tersebut adalah pempek Palembang yang memiliki inovasi yakni tanpa kuah. Metode kualitatif deskriptif dipakai dalam penelitian ini dengan pendekatan estetika, pendekatan ilmu komunikasi dan ilmu pemasaran. Teknik pengumpulan data yakni studi pustaka, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain logo yang paling sesuai merepresentasikan brand Pempek Gersang adalah mengangkat mengenai inovasi produknya dalam hal cara memakan pempek yang menjadi kelebihan brand Pempek Gersang dibanding pempek lainnya. Tahapan perancangannya adalah mengevaluasi desain sebelumnya, menggali informasi, merumuskan creative brief, riset, eksplorasi ide dan membangun konsep, memvisualisasikan keyword, membuat alternatif desain, serta menyempurnakan desain akhir. Desain logonya menampilkan ikon karakter yang nampak antusias hendak mengkonsumsi pempek dengan mudahnya sesuai dengan konsep produknya. Diharapkan melalui logo baru, brand UMKM ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang sesuai dengan tujuan branding.
Kerajinan Wayang Golek sebagai Produk Unggulan Daerah untuk Pemberdayaan Ekonomi Desa Tegalwaru M.I. Qeis; Agung Zainal Muttakin Raden; Santi Sidhartani; Dendi Pratama
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2019): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (509.17 KB) | DOI: 10.31849/dinamisia.v3i2.3140

Abstract

Tegalwaru Village has tried to develop by making itself a tourism village for Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) since 2018. However, MSMEs of Tegalwaru Village have difficulty establishing their identity in the business world due to the lack of specialty products that are unique in the market. Therefore, there is a need to innovate the regional specialty products as one of the efforts to improve the village's economy through the development of science and technology by considering the potential and uniqueness of the resources available in Tegalwaru Village. As part of the community service program, research on specialty products in this area uses qualitative methods in the form of field studies through observation and in-depth interviews. The result shows that one of the potential MSMEs of Tegalwaru Village that can be developed as a regional specialty product is Wayang Golek craft. This potential is supported by thre factors which are natural resource in the form of Pulai trees which grow around Pulekan road, human resources who have expertise in handicrafts, and the uniqueness of the product compared to the MSME around the area. However, there were major problems in the ability of MSME production and diversity of products regarding Wayang Golek in Tegalwaru Village. The implication of this study is to offer solution regarding the ability to increase MSME production and to innovate a diverse Wayang Golek product to strengthen the position of Tegalwaru Village MSMEs in market competition.
Representasi Femininitas dan Maskulinitas dalam Film “27 Steps of May” Rista Ihwanny; Muhammad Iqbal Qeis
Deiksis Vol 14, No 2 (2022): Deiksis
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.671 KB) | DOI: 10.30998/deiksis.v14i2.12900

Abstract

27 Steps of May adalah film Indonesia karya sineas Ravi Bharwani yang dirilis pada 2018 dan menjadi film yang penting untuk dikaji karena mengangkat tema sensitif yang terpinggirkan dalam industri film. Film ini mengangkat kisah seorang anak perempuan bernama May yang hanya tinggal berdua dengan ayahnya. May menjadi korban pemerkosaan pada kerusuhan 1998, di saat usianya hanya 14 tahun. Film ini berfokus pada bagaimana May dan sang ayah menjalani kehidupan pasca kejadian pemerkosaan tersebut. Tokoh May dan sang ayah yang disandingkan dalam film terlihat sebagai suatu oposisi biner, yaitu tokoh perempuan yang menjadi representasi femininitas dan tokoh laki-laki yang menjadi representasi maskulinitas. Artikel ini akan menganalisis bagaimana femininitas dan maskulinitas dimunculkan melalui dua tokoh tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika John Fiske. Adegan-adegan dalam film akan dianalisis melalui tiga tahapan, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film 27 Steps of May di satu sisi masih melestarikan nilai-nilai femininitas dan maskulinitas yang beroperasi dalam masyarakat. Namun di sisi lain, film ini juga menunjukkan pergeseran dari nilai-nilai status quo tersebut. Temuan ini menegaskan bahwa sineas Indonesia melalui karyanya turut menjadi agen perubahan dengan berusaha mendobrak nilai-nilai tradisional femininitas dan maskulinitas yang sudah terlalu mengakar di masyarakat.
Pelatihan Membuat Hiasan Dinding Kepala Wayang Golek Berbahan Resin di UKM Golek Waris Desa Tegalwaru Muhammad Iqbal Qeis; Santi Sidhartani; Agung Zainal Muttakin Raden; Dendi Pratama
DHARMA RAFLESIA Vol 20, No 1 (2022): JUNI (ACCREDITED SINTA 5)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v20i1.19263

Abstract

Wayang golek identik dengan boneka yang terbuat dari kayu, memakai pakaian lengkap, dan beberapa tokoh memiliki mahkota atau ukiran yang unik. Ukiran pada kepala wayang golek menjadi ciri khas dan identitas tokoh wayang tersebut. Pengrajin wayang golek akan langsung mengukir kepala wayang golek sesuai dengan karakter yang akan dibuatnya. Karya yang dibuat memiliki nilai estetika. Kendala yang dihadapi adalah hanya pengrajin saja yang dapat membuat kepala wayang golek, dilain sisi kurangnya minat generasi muda dalam mempelajari pembuatan wayang golek. Program Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan untuk menarik minat generasi muda dalam mempelajari seni tradisi Indonesia melalui kegiatan pelatihan pembuatan hiasan dinding kepala wayang golek. Teknik yang dilakukan adalah dengan membuat  cetakan wayang golek dari silicone rubber, sehingga wayang golek yang dihasilkan bukan lagi berbahan kayu, melainkan berbahan resin dan campuran kalsium. Hiasan dinding wayang golek berbahan resin ini dapat diproduksi secara massal sehingga produksi dapat terpenuhi dengan jumlah yang banyak.
Pelatihan Foto Produk UMKM Wayang Golek Sebagai Upaya Promosi Pasca Pandemi Covid-19 Santi Sidhartani; Dendi Pratama; Agung Zainal Muttakin Raden; Muhamad Iqbal Qeis
DHARMA RAFLESIA Vol 18, No 2 (2020): DESEMBER (ACCREDITED SINTA 5)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v18i2.13522

Abstract

Covid-19 yang melanda beberapa negara berdampak pada perlambatan ekonomi. UMKM di Indonesia terkena dampak paling signifikan. Pandemi yang diikuti dengan Pembatasan Sosial Skala Besar ini membuat para pelaku UMKM banyak merumahkan pekerjanya. Golek Waris, salah satu UMKM di wilayah Tegalwaru, mengalami hal serupa. Sejak Covid-19 melanda pada pertengahan Maret 2020, UMKM ini harus menghentikan produksinya yang mengakibatkan penjualan menurun dan pendapatan negatif. Era kenormalan baru yang dicanangkan oleh pemerintah mulai memberikan harapan bagi UMKM untuk menghidupkan kembali perekonomian. Maka dari itu, artikel ini bertujuan untuk berbagi pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan dalam memberikan edukasi untuk membantu UMKM melalui pelatihan foto produk agar mereka mempersiapkan promosi produk yang nantinya akan digunakan di pasar yang tersedia sehingga wayang golek sebagai produk unggulan Desa Tegalwaru bisa kembali bersaing di pasar pasca pandemi Covid-19.