This Author published in this journals
All Journal NALARs
Ahmad Mubarak Djuha
Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BENANG MERAH ANTARA DISAIN DAN POLA TATA RUANG RUMAH TAHAN GEMPA NGIBIKAN YOGYAKARTA TERHADAP PERILAKU PENGHUNINYA Djuha, Ahmad Mubarak
Nalars Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Pada tahun 2006 silam, Yogyakarta luluh lantak oleh bencana alam yang begitu dashyat yaitu bencana gempa bumi. Sebagian besar kota Yogyakarta terutama desa-desa di pinggiran kota Yogyakarta dan sekitarnya ikut merasakan bencana ini. Kehancuran bangunan-bangunan dan desa-desa di Yogyakarta juga terjadi di salah satu desa di daerah Bantul. Dusun Ngibikan nama desanya, dan dampak bencana tersebut dirasakan mendalam bagi masyarakat dusun ini. Dusun yang terletak di Kelurahan Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul ini terletak sekitar 10 km dari pusat gempa sehingga tidak dapat dihindari sebagian rumah warga desa sudah rata dengan tanah dan rumah yang masih berdiripun sudah rusak parah. Dengan kondisi tersebut, muncul inisiatif akan salah satu bentuk keprihatinan dan kepedulian seorang arsitek Eko Prawoto yang mengajak masyarakat Ngibikan bersama-sama membangun kembali desanya dengan dipimpin oleh pemimpin masyarakat Pak Maryono. Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat masalah bagaimana keterkaitan antara rumah tahan gempa Ngibikan yang didesain Eko Prawoto terhadap perilaku masyarakat Ngibikan pasca gempa  Rumah lama berbentuk limasan direkonstruksi menjadi rumah baru dengan modifikasi inovatif yang dirancang agar tahan dari  gempa bumi.  Beberapa rumah dibangun tetap berada pada setting layout rumah yang lama, tujuannya untuk mempertahankan kebutuhan ruang seperti yang pernah ada sebelumnya. Proses rekontruksi tersebut melalui bentukan arsitekturnya dan perubahan fisik bangunan sedikitnya  telah merubah karakteristik lingkungan  Desa Ngibikan.  Secara tidak langsung perubahan tersebut dapat mempengaruhi kegiatan/ aktifitas, perilaku dan psikologi masyarakatnya. ABSTRACT. This research is aimed to analize the relation between design and pattern of spaces within house with the behavior of the community within the settlement. A case study of Ngibikan village has been conducted as a significant village within Yogyakarta city which had been destroyed by earthquake in 2006. This village has been nominated in Aga Khan Award 2010 in Doha, India, as a village that known well as a village which had been built by community participation or gotong royong’s concept. This village has a well maintained heritage, that makes this village has been regarded as a village with a concept of community architecture within it. This concept known as a concept of a rural development based on the needs and desires of the community/ society by implementing the concept of community participation or gotong royong. By applying this concept, hopefully could create a settlement for the community which is comfort and livable. Former house with pyramid shape had been reconstructed to be a new house with an innovative modification which had been designed to resistant with earthquake. Some houses had been built by remaining the old setting layout house, in order to maintain the need of space. The reconstruction processes through the formation of architectural and physical change of the houses at least have changed the characteristic of the environment of Ngibikan Village. Indirectly, those changes may affect the activities, behavior and psychological of the community.
BENANG MERAH ANTARA DISAIN DAN POLA TATA RUANG RUMAH TAHAN GEMPA NGIBIKAN YOGYAKARTA TERHADAP PERILAKU PENGHUNINYA Djuha, Ahmad Mubarak; purwantiasning, ari widyati
Nalars Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Pada tahun 2006 silam, Yogyakarta luluh lantak oleh bencana alam yang begitu dashyat yaitu bencana gempa bumi. Sebagian besar kota Yogyakarta terutama desa-desa di pinggiran kota Yogyakarta dan sekitarnya ikut merasakan bencana ini. Kehancuran bangunan-bangunan dan desa-desa di Yogyakarta juga terjadi di salah satu desa di daerah Bantul. Dusun Ngibikan nama desanya, dan dampak bencana tersebut dirasakan mendalam bagi masyarakat dusun ini. Dusun yang terletak di Kelurahan Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul ini terletak sekitar 10 km dari pusat gempa sehingga tidak dapat dihindari sebagian rumah warga desa sudah rata dengan tanah dan rumah yang masih berdiripun sudah rusak parah. Dengan kondisi tersebut, muncul inisiatif akan salah satu bentuk keprihatinan dan kepedulian seorang arsitek Eko Prawoto yang mengajak masyarakat Ngibikan bersama-sama membangun kembali desanya dengan dipimpin oleh pemimpin masyarakat Pak Maryono. Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat masalah bagaimana keterkaitan antara rumah tahan gempa Ngibikan yang didesain Eko Prawoto terhadap perilaku masyarakat Ngibikan pasca gempa  Rumah lama berbentuk limasan direkonstruksi menjadi rumah baru dengan modifikasi inovatif yang dirancang agar tahan dari  gempa bumi.  Beberapa rumah dibangun tetap berada pada setting layout rumah yang lama, tujuannya untuk mempertahankan kebutuhan ruang seperti yang pernah ada sebelumnya. Proses rekontruksi tersebut melalui bentukan arsitekturnya dan perubahan fisik bangunan sedikitnya  telah merubah karakteristik lingkungan  Desa Ngibikan.  Secara tidak langsung perubahan tersebut dapat mempengaruhi kegiatan/ aktifitas, perilaku dan psikologi masyarakatnya. ABSTRACT. This research is aimed to analize the relation between design and pattern of spaces within house with the behavior of the community within the settlement. A case study of Ngibikan village has been conducted as a significant village within Yogyakarta city which had been destroyed by earthquake in 2006. This village has been nominated in Aga Khan Award 2010 in Doha, India, as a village that known well as a village which had been built by community participation or gotong royong’s concept. This village has a well maintained heritage, that makes this village has been regarded as a village with a concept of community architecture within it. This concept known as a concept of a rural development based on the needs and desires of the community/ society by implementing the concept of community participation or gotong royong. By applying this concept, hopefully could create a settlement for the community which is comfort and livable. Former house with pyramid shape had been reconstructed to be a new house with an innovative modification which had been designed to resistant with earthquake. Some houses had been built by remaining the old setting layout house, in order to maintain the need of space. The reconstruction processes through the formation of architectural and physical change of the houses at least have changed the characteristic of the environment of Ngibikan Village. Indirectly, those changes may affect the activities, behavior and psychological of the community.
TRANSFORMASI MUSIK DALAM BENTUK ARSITEKTUR Purwantiasning, Ari Widyati; Djuha, Ahmad Mubarak
Nalars Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Saat berbicara tentang musik dan arsitektur, satu yang dapat didefinisikan pada keduanya, yaitu bahwa keduanya merupakan karya seni. Sebuah karya seni tentunya muncul tidak dengan sendirinya, pengaruh beberapa aspek tentunya menjadi sangat penting dalam proses terbentuknya suatu karya seni. Pengaruh tersebut tidak hanya internal namun juga eksternal. Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses terbentuknya suatu karya seni diantaranya adalah manusia, ruang dan waktu. Kedua karya seni musik dan arsitektur sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor eksternal tersebut dalam proses perencanaan, perancangan dan implementasi idenya. Keterkaitan musik dan arsitektur sudah banyak diperbincangkan sejak lama, bagaimana dan aspek apa saja yang dapat mengkaitkan keduanya juga sudah lama diperdebatkan. Tulisan ini akan mengkaji tentang benang merah antara musik dan arsitektur, terutama elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya, kemudian bagaimana mendiskripsikan dan menganalisis transformasi sebuah musik dalam bentuk arsitektur. Pembahasan masalah ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan deduktif yaitu mengambil sebuah studi kasus dan dianalisa secara umum kemudian dikaitkan secara khusus sesuai dengan teori yang berkaitan dengan musik dan arsitektur. Kata Kunci: transformasi, musik, bentuk, arsitektur  ABSTRACT. When we discuss about music and architecture, there is a significant thing that should be underlined about it, both of them are artworks. An artwork will not performed by itself, there are some aspects that would become important in the process of artworks’ formation. Those aspects were not just an internal aspect but also external one. Some external factors which would effect the process of artworks’ formation are human as doer, space and time.  Both artworks either music or architecture have been affected by those three external factors in the process of planning, designing and implementing the idea. The relation between music and architecture had been talked since years ago, how and what kind of aspects which will connected both of those artworks had been debated as well. This paper will review about the relation between music and architecture, particularly the elements of each artwork, then how to describe and analyze the transformation of music into architectural form. The discussion of this paper will conduct a descriptive method using deductive approach by taking a case study and analyse generally then will be connected in particular referring to the appropriate theory about music and architecture.     Keywords: transformation, music, form, architecture