Mohhamad Kusyanto
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Fatah Demak

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KONSEP DASAR ARSITEKTUR TATA RUANG RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA TENGAH PADA PERKEMBANGAN TATA RUANG MASJID KADILANGU DEMAK DARI AWAL BERDIRI SAMPAI SEKARANG Kusyanto, Mohhamad
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 9, No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mosque of Kadilangu represent inheritance mosque of Sunan Kalijaga, one of nine Wali in Java (Walisongo) propagating Islam with local culture approach.  Mosque of Kadilangu from early standing to date have experienced of some architecture growth that are phase of Sunan Kalijaga period, Mataram kingdom government period and year of 1990s till now. Growth of Kadilangu Mosque architecture estimated to use basic concept of traditional residence architecture of Central Java. This Research aim to know relation of basic concept of traditional architecture of Central Java with architecture of Kadilangu mosque in it’s growing from early standing to date. Result of this research shows relation existence among both of the architecture.Masjid Kadilangu merupakan masjid peninggalan Sunan Kalijaga, salah seorang dari sembilan wali di Jawa (Walisongo) yang menyebarkan agama Islam dengan pendekatan kebudayaan setempat. Masjid Kadilangu dari awal berdiri sampai saat ini telah mengalami beberapa perkembangan tata ruang yakni fase masa Sunan Kalijaga, fase masa pemerintahan Kerajaan Mataram dan fase tahun 1990-an sampai sekarang. Perkembangan tata ruang Masjid Kadilangu diduga menggunakan konsep dasar tata ruang rumah tinggal tradisional Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan mengetahui keterkaitan konsep dasar tata ruang rumah tinggal tradisional Jawa Tengah dengan tata ruang Masjid Kadilangu dalam perkembangannya dari awal berdiri sampai saat ini. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keterkaitan diantara kedua tata ruang tersebut.
CHARACTERIZATION OF THE COMMUNITY PARTICIPATION MODEL IN THE MOSQUE CONSTRUCTION PROCESS (CASE STUDY: CONSTRUCTION OF MOSQUES IN DEMAK REGENCY) Kusyanto, Mohhamad; Triyadi, Sugeng; Wonorahardjo, Surjamanto
Journal of Islamic Architecture Vol 5, No 3 (2019): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2484.209 KB) | DOI: 10.18860/jia.v5i3.5791

Abstract

This research is based on the phenomenon of community participation in the development of domed mosques in Indonesia. Community participation was identified based on capability and the nature of the community. This paper compares the involvement of people in coastal areas of Demak to the participation of people in Demak city center in Central Java, Indonesia. Data was collected through interviews with the community and stakeholders in the construction of the mosques. The results of the study indicate there are differences in the communities’ capabilities, especially concerning financing and knowledge. Different characteristics also in the total floor area of the mosque building that was built by the community. These differences have an impact on the length of time needed to construct the mosque.
KONSEP DASAR ARSITEKTUR TATA RUANG RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA TENGAH PADA PERKEMBANGAN TATA RUANG MASJID KADILANGU DEMAK DARI AWAL BERDIRI SAMPAI SEKARANG Kusyanto, Mohhamad
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 9, No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v9i1.6924

Abstract

Mosque of Kadilangu represent inheritance mosque of Sunan Kalijaga, one of nine Wali in Java (Walisongo) propagating Islam with local culture approach.  Mosque of Kadilangu from early standing to date have experienced of some architecture growth that are phase of Sunan Kalijaga period, Mataram kingdom government period and year of 1990s till now. Growth of Kadilangu Mosque architecture estimated to use basic concept of traditional residence architecture of Central Java. This Research aim to know relation of basic concept of traditional architecture of Central Java with architecture of Kadilangu mosque in it’s growing from early standing to date. Result of this research shows relation existence among both of the architecture.Masjid Kadilangu merupakan masjid peninggalan Sunan Kalijaga, salah seorang dari sembilan wali di Jawa (Walisongo) yang menyebarkan agama Islam dengan pendekatan kebudayaan setempat. Masjid Kadilangu dari awal berdiri sampai saat ini telah mengalami beberapa perkembangan tata ruang yakni fase masa Sunan Kalijaga, fase masa pemerintahan Kerajaan Mataram dan fase tahun 1990-an sampai sekarang. Perkembangan tata ruang Masjid Kadilangu diduga menggunakan konsep dasar tata ruang rumah tinggal tradisional Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan mengetahui keterkaitan konsep dasar tata ruang rumah tinggal tradisional Jawa Tengah dengan tata ruang Masjid Kadilangu dalam perkembangannya dari awal berdiri sampai saat ini. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keterkaitan diantara kedua tata ruang tersebut.
KONSEP DASAR ARSITEKTUR TATA RUANG RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA TENGAH PADA PERKEMBANGAN TATA RUANG MASJID KADILANGU DEMAK DARI AWAL BERDIRI SAMPAI SEKARANG Kusyanto, Mohhamad
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 9, No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v9i1.6924

Abstract

Mosque of Kadilangu represent inheritance mosque of Sunan Kalijaga, one of nine Wali in Java (Walisongo) propagating Islam with local culture approach.  Mosque of Kadilangu from early standing to date have experienced of some architecture growth that are phase of Sunan Kalijaga period, Mataram kingdom government period and year of 1990s till now. Growth of Kadilangu Mosque architecture estimated to use basic concept of traditional residence architecture of Central Java. This Research aim to know relation of basic concept of traditional architecture of Central Java with architecture of Kadilangu mosque in it’s growing from early standing to date. Result of this research shows relation existence among both of the architecture.Masjid Kadilangu merupakan masjid peninggalan Sunan Kalijaga, salah seorang dari sembilan wali di Jawa (Walisongo) yang menyebarkan agama Islam dengan pendekatan kebudayaan setempat. Masjid Kadilangu dari awal berdiri sampai saat ini telah mengalami beberapa perkembangan tata ruang yakni fase masa Sunan Kalijaga, fase masa pemerintahan Kerajaan Mataram dan fase tahun 1990-an sampai sekarang. Perkembangan tata ruang Masjid Kadilangu diduga menggunakan konsep dasar tata ruang rumah tinggal tradisional Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan mengetahui keterkaitan konsep dasar tata ruang rumah tinggal tradisional Jawa Tengah dengan tata ruang Masjid Kadilangu dalam perkembangannya dari awal berdiri sampai saat ini. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keterkaitan diantara kedua tata ruang tersebut.
Implementasi Sistem Struktur Soko Guru pada Masjid Berkubah Beton Mohhamad Kusyanto; Afriyanto Sofyan; Cristophorus Koesmartadi
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 11 No. 3 (2022): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v11i3.155

Abstract

Pengembangan masjid sebagai tempat ibadah untuk menampung jamaah yang lebih banyak dan mengikuti perkembangan teknologi mendasari masyarakat membangun masjid berkubah yang megah dengan konstruksi beton. Struktur soko guru dipertahankan untuk menopang beban kubah beton masjid. Keterbatasan pendanaan dan pengetahuan memunculkan permasalahan dalam implementasi sistem struktur soko guru yang digunakan dalam bangunan masjid. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengetahuan implementasi sistem struktur soko guru dalam kaitannya dengan sistem struktur lain pada masjid berkubah beton. Metode penelitian dengan kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada salah satu masjid berkubah beton. Metode pengumpulan data dengan survei dan wawancara kepada panitia pembangunan.  Analisis sistem struktur meliputi kolom, balok (balok induk dan balok anak), joint kolom-balok, dan balok kubah pada masjid. Analisis perbandingan dimensi balok dan kolom dengan menggunakan panduan rumus kaidah praktis serta dikuatkan dengan analisis momen dan cek desain struktur dengan menggunakan software ETABS versi 9.6.  Hasil penelitian menunjukkan adanya implementasi sistem struktur soko guru penopang kubah yang dapat menimbulkan beban tekuk (buckling) tanpa perkuatan balok terhadap kolom. Balok kantilever yang menopang balok kubah tanpa pengaku/bracing rentan terhadap retak dan patah pada sistem struktur tersebut. Kombinasi sistem struktur balok kantilever dan soko guru secara keseluruhan lebih aman sistem strukturnya.  
Pengkinian Konstruksi Joglo Tanpa Empat Saka Guru: Studi Kasus: Pendopo Pura Agung Blambangan Banyuwangi Christophorus Koesmartadi; Mohhamad Kusyanto
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 8 No. 3 (2022): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v8i3.195

Abstract

Title: Updating Joglo Construction Without Four Saka guru (Case Study of Pendopo Pura Agung Blambangan of Banyuwangi)   Current architectural developments to maintain its sustainability have reached the awareness stage to explore the potential for the diversity of archipelago architecture, one of which is exploring the potential for the Joglo traditional house for the future. The demand for wide spans often comes to the fore, so it is not uncommon for new construction designs to respond to the demands for wide spans free from pillars. However, a solution is needed to solve this problem. The pillars and their frames are the main part of the main reinforcement system for the roof load as a whole, so they become prerequisites on behalf of the Joglo. This writing aims to analyze the updated form of construction without pillars that still maintain the Joglo form. The research method uses a qualitative descriptive approach by examining the process of eliminating the four pillars of teachers by analyzing the reliability of the structural system of the Puri Agung Blambangan pavilion and the Sabha Swagata Blambangan pavilion in Banyuwangi, East Java. The research results show how the construction of the four pillars and their frames are believed to be the main strength to withstand the roof’s weight. The construction system without the four pillars of the guru and their frames reduces the rigidity of the building because the strength is transferred to the pillars on the edges of the building and does not reflect the joglo structural and construction system. Many knot points have appeared without the pillars and the framework of a construction system, increasing the risk of collapse.