Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

HUBUNGAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN PASCA RUNTUHNYA REZIM SAINS MODERN Mujahidin, Anwar
KALAM Vol 7, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractRELATION BETWEEN RELIGION AND SCIENCE AFTER THE FALL OF THE REGIME OF MODERN SCIENCE Modern age is marked by the progress of humans reasoning as rational beings. Science is growing rapidly with a variety of scientific methodology that guarantees the truth findings. In contrast, Beliefs and religious truth are assessed naïve and subjective, and all non-rational-minded communities are regarded as primitive, uncivilized society. This phenomenon brings the tension in the relation between religion and science and incites the two to negate and degrade each other existence. This article seeks to analyse the dialectical relationship between religion and science in the realm of ontology and epistemology that has lasted a long time. The goal is to obtain a new horizon for the future relation between science and religion. From the ontological and epistemological perspectives, the conflict does not really have a solid foundation as religion is not dealing with spiritual issues, mystical, or non-rational an sich. In fact, religion can be studied scientifically with the appropriate methodological foundation and objective. Likewise, a review of religion can be built on scientific approach. Through this perspective, the relationship between religion and science is no longer diametric, but interdisciplinary dialectic that mutually enrich and strengthen each other.Kata Kunci: Agama, Ilmu, hubungan interdisipliner
SUBYEKTIVITAS DAN OBYEKTIVITAS DALAM STUDI AL-QUR`AN (Menimbang Pemikiran Paul Ricoeur dan Muhammad Syahrur) Mujahidin, Anwar
KALAM Vol 6, No 2 (2012): DESEMBER 2012
Publisher : FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractSUBJECTIVITY AND OBJECTIVITY IN THE STUDY OF AL-QUR’AN (Considering the Thoughts of Paul Ricoeur and of Muhammad Shahrur). The debates between the use of reason (bi ar -ra`yi) and the use of history (bi al-ma`ṡūr) in the study of the Koran prove unable to direct the contemporary Islamic thinkers to find a methodology of interpretations that can be accounted for. The debates both would bring Islamic thought to be old-fashioned and dwell on the ideological battles between the groups which increasingly draw people away from the instructions of the Koran. This article discusses the thoughts of Paul Recoeur and Muhammad Shahrur in the study of the Koran, particularly on the issue of subjectivity and objectivity. Paul Ricoeur argues that the interpreter does not need to be stuck in subjectivity, because the text has an objective meaning in its internal structure. In that way, the interpretation will not only find the meaning of the text objectively, but it also will find a world horizon in the direction of the text. So the interpreters must immerse themselves in the world of text and do not get stuck in stagnation and confines of the past. This was reinforced by Shahrur that back to the Koran does not mean a return to the past. Interpret the Koran is digging the way of life of the Koran or the meaning of the totality of its structure. The meaning of the Koran also gives reference to the contemporary world.Kata Kunci: Tafsir; Hermeneutika; Teks, al-Qur`an; Subyektif; Obyektif.
UMAT BERAGAMA SEBAGAI MASYARAKAT BERADAB: IDENTITAS AGAMA VS KEBANGSAAN Mujahidin, Anwar
KALAM Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.535 KB) | DOI: 10.24042/klm.v9i1.318

Abstract

Agama bisa menjadi penghambat bahkan musuh masyarakat sipil, apabila ia menawarkan nilai-nilai yang eksklusif dan mengedepankan kebenaran yang tunggal. Untuk itu, semangat pluralisme menjadi sangat penting bagi suatu bangsa yang rakyatnya berbeda agama. Pluralisme ini tidak sekadar saling mengakui kebenaran agama lain untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, tetapi menjadi sumber nilai bersama (consensus) yang menjadi identitas kewarganegaraan. Nilai-nilai agama yang hendak dijadikan acuan masyarakat sipil harus diobyetifikasi sehingga nilai itu tidak hanya bermakna bagi kelompoknya tetapi juga kelompok-kelompok lain sesama warga bangsa. Dalam konteks ini keberadaan Pancasila patut direvitalisasi dan dikembalikan pada sejarah awalnya sebagai konsensus bersama bangsa Indonesia.
MENIMBANG TEOLOGI KAUM SUFI MENURUT AL-QUSYAIRI DALAM KITAB AL-RISĀLAH AL-QUSYAIRIYAH Mujahidin, Anwar
KALAM Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/klm.v7i1.443

Abstract

Masa modern ditandai oleh kemajuan befikir manusia sebagai mahluk yang rasional. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dengan berbagai metodologi ilmiah yang menjamin kebenaran temuannya. Keyakinan dan kebenaran agama dinilai naïf dan subyektif, dan masyarakat yang berpola pikir non-rasional dianggap sebagai masyarakat berbudaya primitive. Fenomena tersebut membawa ketegangan dalam hubungan agama dan ilmu pengetahuan dan mengakibatkan keduanya saling menegasikan dan merendahkan eksistensi satu sama lain. Artikel ini berusaha mendeskripsiskan dialektika antara agama dan ilmu pengetahuan dalam ranah ontologi dan epistemologi yang telah berlangsung lama. Tujuannya adalah untuk memperolah horizon baru bagi masa depan sains dan agama. Dari kacamata ontologis dan epistemologis, konflik tersebut sebenarnya tidak memiliki landasan yang kokoh. Agama sesungguhnya tidak hanya berurusan dengan masalah spiritual, mistis, atau non rasional. Agama dapat dikaji secara ilmiah dengan landasan metodologis yang sesuai dan obyektif. Hasil kajian agamapun dapat dibangun dengan sistematika ilmiah. Melalui perspektif ini, hubungan agama dan ilmu pengetahuan tidak lagi diposisiskan dalam hubungan konflik, melainkan dialektika interdisipliner yang saling memperkaya dan memperkuat argumentasi masih-masing.
SUBYEKTIVITAS DAN OBYEKTIVITAS DALAM STUDI AL-QUR`AN (Menimbang Pemikiran Paul Ricoeur dan Muhammad Syahrur) Mujahidin, Anwar
KALAM Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (597.66 KB) | DOI: 10.24042/klm.v6i2.410

Abstract

Perdebatan antara penggunaan akal (bi ar-ra`yi) dan penggunaan riwayat (bi al-ma`ṡūr) dalam studi al-Qur`an ternyata tidak mampu mengarahkan pemikir Islam kontemporer untuk menemukan metodologi tafsir yang bisa dipertanggungjawabkan. Perdebatan keduanya justru membawa pemikiran Islam jumud dan berkutat pada pertarungan idiologi antar kelompok yang semakin menjauhkan umat dari petunjuk al-Qur`an. Artikel ini membahas tentang pemikiran Paul Recoeur dan Muhammad Syahrur dalam studi al-Qur`an, khususnya tentang isu subyektifitas dan obyektifitas. Paul Ricoeur berpendapat bahwa penafsir tidak perlu terjebak dalam subyektifitas, karena teks memiliki makna obyektif dalam struktur internalnya. Dengan cara itu penafsiran selain akan menemukan makna obyektif teks, juga akan menemukan cakrawala dunia yang di arah oleh teks. Sehingga penafsir meleburkan diri dalam dunia teks dan tidak terjebak dalam kejumudan dan kungkungan masa lalu. Hal itu dipertegas oleh Syahrur bahwa kembali kepada al-Qur`an tidak berarti kembali ke masa lalu. Menafsirkan al-Qur`an adalah menggali pandangan hidup al-Qur`an atau makna dari totalitas struktur al-Qur`an. Makna al-Qur`an juga memberikan acuan kepada dunia kontemporer.
Analisis Simbolik Penggunaaaan Ayat-ayat Al-Qur`an Sebagai Jimat Dalam Kehidupapan Masyarakat Ponorogo Mujahidin, Anwar
KALAM Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.028 KB) | DOI: 10.24042/klm.v10i1.159

Abstract

Artikel ini menganalisis fenomena jimat dalam masyarakat Islam Ponorogo. Tujuannya untuk mengetahui ragam ayat al-Qur`an yang digunakan dalam jimat dan bagaimana masyarakat memaknainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jimat yang digunakan oleh masyarakat Ponorogo bermacam-macam, mulai dari jimat yang ditujukan untuk mengusir/melindungi gangguan makhluk halus atau Jin, jimat pagar rumah, jimat kekebalan, jimat penglaris, hingga jimat penyubur tanah. Sebagian besar ayat dan surat al-Qur`an yang digunakan meliputi Surat al-Fātihah, Ayat Kursi, Surat Yāsin, Surat al-Syu’arā, Surat Thaha ayat 39, Surat al-Ikhlāsh, al-Falaq, dan al-Nas. Praktik ini dikombinasikan dengan unsur budaya lokal seperti selametan dan puasa mutih. Jimat tersebut. Bagi masyarakat Ponorogo, ayat-ayat al-Qur`an yang digunakan dalam jimat adalah wahyu yang memiliki kekuatan luar biasa yang diturunkan Allah SWT dan hanya dapat dicapai oleh orang-orang tertentu yang memiliki kekuatan supernatural, yang disebut sebagai wong pinter.
Konsep Pendidikan Prenatal dalam Perspektif Tafsir Al-Mishbāh Karya M. Quraish Shihab Mujahidin, Anwar; Khoiriyah, Zamzam Farrihatul
Taallum: Jurnal Pendidikan Islam Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/taalum.2018.6.1.121-150

Abstract

This study aims to analyze the tafseer al-Mishbāh by M. Quraish Shihab on the verses relating to the process of the human creation that has relevance to the concept of prenatal education. The approach used in this research is tafsir maudhūi, ie tracing the verses relating to the problem under study and then described the interpretation of the verses. The data that have been collected then analyzed by the method of content analysis which analyze the interpreters thoughts with theoretical categories so that found the main message and the context. The results of the study show that, God created the first human Adam and Eve then cultivate it into human offspring, by creating the womb. The stages of human development in the womb are ranging from nuthfah, alaqah, mudghah and ansyaa khalqan ākhar. The stage of ansyaa khalqan ākhar is the stage of the blowing of the spirit, the covenant of God with man, and God gives nature to man. Since that phase, children can get education. The effort to be done by parents in educating children in the prenatal period are running worship, reading and memorizing Al-Qur`a, dzikir, dialogue, follow the study of Islam (majlis ta`lim), behave well, and be consistent.
PENGARUH FUNDAMENTALISME DALAM TAFSIR AL-QUR`AN TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN (STUDI PESANTREN SALAFI DI LAMPUNG) Mujahidin, Anwar
AL-ADYAN Vol 6, No 2 (2011): Al-Adyan
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.667 KB) | DOI: 10.24042/adyan.v6i2.499

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh fundamentalisme dalam tafsir al-Qur`an terhadap pola hubungan sosial dan kemanusiaan. Banyak ahli yang pesimis terhadap kelompok fundamentalis yang ingin kembali kepada ajaran Islam secara murni dapat berkomunikasi dan memecahkan masalah-masalah riil di tengah masyarakat. Kelompok fundamentalis dalam penelitian ini adalah kelompok-kelompok pesantren yang menyuarakan romatisme, kembali kepada al-Qur`an dan al-Sunnah secara murni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok fundamentalis di Lampung adalah generasi muda yang berafiliasi dengan pemikiran salafi yang berhubungan dengan gerakan keagamaan dari Saudi Arabia baik langsung maupun tidak. Mereka memandang al-Qur`an sebagai kitab petunjuk yang menyeluruh yang memuat jawaban atas semua persoalan umat. Mereka menolak penafsiran al-Qur`an untuk pencarian nilai-nilai universal al-Qur`an dalam rangka kontekstualisasi pada masyarakat masa kini. Namun di antara mereka berbeda-beda dalam tingkat keluwesannya dalam menghadapi masalah-masalah riil di masyarakat, semakin lebar mereka membuka diri dan bergaul secara luas dengan banyak elemen di masyarakat, maka mereka akan cenderung semakin luwes.
KONSEP HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA Studi Atas Tafsir Al-Misbâh Karya M. Quraish Shihab Mujahidin, Anwar
Dialogia: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 10, No 2 (2012): Dialogia Jurnal Studi Islam dan Sosial
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.153 KB) | DOI: 10.21154/dialogia.v10i2.309

Abstract

Abstract: This study aims to explore the concept of power in the perspective of Tafsîr al-Mishbâh and its relevance to the relationship between religion and state. The study uses a thematic approach of interpretation, particularly looking for verses that have relevance to the theme of the study, and analyzing them in accordance with the commentary of Tafsîr al-Mishbâh. The concept of power in the perspective of Tafsîr al-Mishbâh is then analyzed by a concept of sociology of power to find its relevance in the context of contemporary Indonesia. The findings showed that the concept of power in Tafsîr al-Mishbâh leads to dualism between rational business which could consist of the human ability and beyond rational business that can not be reached by reason logically. The concept of power of Tafsîr al-Mishbâh has relevance to the pragmatic pattern of the relationship between religion and state. The nation-state is considered in line with the guidance of religion as far as its leaders running the worship ritual in an orderly manner. Penelitian ini bertujuan membahas konsep kekuasaan perspektif tafsir al-Mishbâh dan bagaimana relevansinya kepada pola hubungan antara agama dengan negara. Penelitian menggunakan pendekatan tafsir tematik, khususnya mencari ayat-ayat yang memiliki relevansi dengan tema penelitian, kemudian dianalisis tafsirnya sesuai tafsir al-Mishbâh. Konsep kekuasaan perspektif tafsir al-Mishbâh selanjutnya dianalisis berdasarkan peta konsep sosiologi kekuasaan untuk ditemukan relevansinya dengan konteks di Indonesia masa kini. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa konsep tafsir al-Mishbâh mengenai kekuasaan mengarah pada adanya dualisme antara usaha rasional yang meliputi kemampuan yang bisa diusahakan oleh seseorang dan suprarasional yang tidak bisa dijangkau oleh akal logis. Konsep kekuasaan tersebut memiliki relevansi dengan pola hubungan kekuasaan antara agama dan negara yang pragmatis. Negara dianggap sejalan dengan tuntunan agama sejauh pemimpinnya menjalankan ibadah-ibadah ritual dengan tertib. Keywords: tafsîr al-Qur`an, kekuasaan, hubungan agama-negara.
Tafsir Alquran dan Praktik Politik Umat Islam Indonesia Perspektif Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-Mishbah Mujahidin, Anwar
Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith Vol 7 No 2 (2017): DESEMBER
Publisher : Program Studi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.563 KB) | DOI: 10.15642/mutawatir.2017.7.2.375-395

Abstract

It is a common agreement that Muslims in Indonesia accept nation state as a system which is not based solely on religion, but religion, at the same time, could be the main pillar and source of value in its principal. This paper is aimed at putting Indonesian Qur’anic exegesis into consideration, Hamka’s Tafsir al-Azhar and M. Quraish Shihab’s Tafsir al-Mishbah, related to the issue of state power and government. It attempts to delve into the values constructed by both exegetes on the Qur’anic verses related to the principles of the power and how those values are applied in the nation state formation. The results of the study suggests that some of Qur’anic values composed by both exegetes is: realization of nation state in a well-organized bureaucratic system, that is manifested in a good leadership, which is based on high competency selected based on democratic system selection (mushawarah). These values are able to be exemplified by both exegetes in nation-state frames with reference to cooperative and critical attitude towards the government.