Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Drainage Handling System in Tambaloka City I Gusti Lanang Made Parwita; Gede Yasada; Made Mudhina
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 20 No 3 (2020): November
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31940/logic.v20i3.2169

Abstract

A City which is lovable by the society is a livable city, productive and has good spirit TambolakaCity is the capital city of soutwest Sumba, like other cities which focuses alsoon the city itself towards the desirable community. Tambolaka city is a small city with an area of 9,605 acre has population about 19,241 people with an average population growth is 4% (Central Bureau of Statistics in Soutwest Sumba,2010). One of the basic urban infrastructure which is considered quite important in Tambolaka City is the sewerage of the drainage system of the city. A good city needs to consider the condition of the culverts because if the water is stagnant, it will geatly affect the life of the city i. e buildings become easily damaged, unhealthy environments, and dirty houses. The drainage systems in Tambolaka City include the trade area, offices, housing, and other areas. The rapid growth of the city is trying to be balanced by make urban infrastructure, one of which very important related to infrastucture is in ralation to drainage problems. The drainage conditions in the region are already organized to mitigate the effects of flooding and stagnant water, in some locations there are problems such as unavailability of drainage, inadequate of drainage, stagnant water, and so on.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TUKAD AYUNG SEBAGAI UPAYA KETERSEDIAAN AIR I Nyoman Sedana Triadi; Made Mudhina; Ketut Wiwin Handayani
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 13 No 2 (2013): July
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.196 KB)

Abstract

Daerah aliran sungai (DAS) Tukad Ayung termasuk sungai lintas kabupaten yang terletak di Provinsi Bali,dengan panjang sungai utama 69,36 km dan mempunyai daerah aliran sungai (DAS) keseluruhan seluas 300,84 km2(Anonim, 2012). Sangat penting mengetahui upaya pengembangan sumber daya air di DAS Tukad Ayung, sehingga dapatdipakai sebagai pedoman dalam penyusunan program penyediaan air yang menyeluruh di daerah tersebut.Besarnya potensi tahunan di DAS Tukad Ayung adalah 108,64 m3/dt, dan besarnya kebutuhan air tahunan di DASTukad Ayung adalah 97,96 m3/dt. Neraca air di DAS Tukad Ayung terjadi surplus debit sebesar + 10,68 m3/dt setiaptahunnya. Pengelolaan sumber daya air di DAS Tukad Ayung diupayakan dengan peningkatan pola tanam mencapai 280%, peningkatan sarana dan prasarana irigasi, upaya pembagunan waduk di DAS Tukad Ayung, penyempurnaankelembagaan yang tertuang dalam arahan pengembangan kelembagaan dan rencana pengembanagn jangka pendekmaupun jangka panjang.
KAJIAN KONSERVASI MATA AIR DI KOMPLEK PURA MENGENING DI DESA TAMPAKSIRING, KABUPATEN GIANYAR I Gst. Lanang Made Parwita; Made Mudhina; I G.A. Dewi Paramita,; I Wayan Arya
Matrix : Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika Vol 5 No 1 (2015): MATRIX - Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.957 KB)

Abstract

Keberadaan mata air di Komplek Pura Mengening memiliki arti yang sangat penting selain sebagaisumber air untuk irigasi juga mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu sebagai sumber air suci untukkegiatan keagaamaan Hindu. Dengan fungsi yang sangat penting tersebut sangat perlu kiranya dilakukan usahapelestarian melalui konservasi yang berkelanjutan sehingga fungsi dari mata air tersebut tetap dapat dipertahankan. Kondisi mata air yang ada saat ini di komplek Pura Mengening menunjukkan bahwa pada beberapa bagian sangat perlu untuk dilakukan konservasi berupa perbaikan/penataan baik secara fisik maupun nonfisik.Berdasarkan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta melalui koordinasi dengan semuaelemen yang ada seperti Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gianyar,Pemerintah Desa Tampaksiring, Bendesa Tampaksiring serta Pengempon Pura Mengening maka dilakukan suatukajian scera komprehensif dengan berpedoman kepada tata aturan bangunan arsitektur Bali dan pertimbangankeseimbangan ekologis.Konservasi yang dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara fisik dan non fisik. Secara fisik meliputibeberapa kegiatan yaitu pembuatan tembok penyengker mata air Tirta Gelung, penambahan Patung Pandita, penambahan Patung Dewi Gangga, pembuatan jalan akses ke mata air Tirta Tunggang, pembuatan pelat tempat sembahyang dan kamar ganti di mata air Telaga Waja, pembuatan papan nama mata air serta pembuatan papanpengumumuan dan tata aturan masuk Pura bagi para pengunjung. Konservasi secara non fisik yang dapat dilakukan yaitu pembuatan tata aturan/awig-awig dalam tata kelola pengelolaan Pura serta pemberian pelatihan kepada pengempon Pura dalam menjaga kesucian Pura terutama berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan.
KAJIAN SEMPADAN DAS TUKAD AYUNG I Gst. Lanang Made Parwita; Made Mudhina; IGA Dewi Paramita
Matrix : Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika Vol 5 No 3 (2015): MATRIX - Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tukad Ayung merupakan salah satu sungai besar yang mengalir di bagian Selatan Pulau Bali yangmelintasi empat Kabupaten/Kota Yaitu Kabupaten Bangli, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar serta Kota Denpasar. Pemanfaatan Tukad Ayung saat ini untuk berbagai keperluan yaitu Pertanian, air minum serta untuk Pariwisata. Dengan meningkatnya berbagai keperluan terhadap bebrbagai kawasan termasuk kawasan sungai maka sangat perlu sekali ditata mengenai wilayah sempadan sungai yang diatur baik secara teknis, perundang-undangan, sosial budaya serta faktor lingkungan. Metode penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan melakukan pengambilan langsung kelapangan serta studi literatur dengan sumber data utama dari kantor Balai Wilayah Sungai Bali Penida. Data awal ini menjadi bahan dalam analisis untuk melahirkan beberapa rekomendasi terkait dengan penataan sempadan DAS Tukad Ayung. Hasil analisis hujan rancangan dengan berbagai kala ulang dengan metode Log Pearson Type IIImenunjukkan nilai R25 = 138,87 mm dan R50 = 150,66 mm. Sementara hasil banjir rancangan dengan metode Hidrograf satuan sintetik Nakayasu menunjukkan nilai Q25 = 405,95 m3/dt dan Q50 = 440,57 m3/dt. Berdasarkan penentuan secara teknis diperoleh sempadan Tukad Ayung didasarkan pada tebing tertinggi di kiri kanan sungai karena tidak menimbulkan luapan banjir. Berdasarkan peraturan perundangn-undangan maka sempadan sungai Ayung masuk kategori wilayah pedesaan. Berdasarkan aspek sosial budaya maka penentuan sempadan tidak boleh menggusur bangunan suci/beji yang ada di sekitar sungai. Dari aspek Lingkungan penentuan batas sempadan didasarkan pada kondisi flora dan fauna yang ada di wilayah DAS tersebut.