Khusnul Khotimah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO. BOX 02 Kamal Bangkalan Madura.

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

KONFLIK SOSIAL DAN POLITIK DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Khusnul Khotimah
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua Vol 1, No 2 (2016): Metalingua, Edisi September 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/metalingua.v1i2.2597

Abstract

Novel Saman karya Ayu Utami ini menceritakan tentang seorang pastor muda dan empat perempuan yang bersahabat Sejak kecil yaitu Shakuntala, Cok, Yasmin dan Laila. Sebelum dikenal dengan nama Saman dia dikenal dengan nama Wisanggeni (Wis) Seorang pastor muda yang mendapat tugas dari Uskup sebagai pastor paroki parid yang melayani di suatu kota kecil Perabumulih dan Karang Endah Palembang. Di kota perabumulih Pastor muda Wisanggeni banyak berinteraksi dan kenal dengan penduduk sekitar yang ternyata kebanyakan adalah kaum transmigran yang bekerja sebagai buruh perkebunan karet. Kondisi para penduduk transmigran seperti digambarkan oleh Wisanggeni jauh dari sejahtera dan masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan serta keterbelakangan di balik hingar bingar kota-kota maju.Konflik terjadi ketika penduduk transmigran sebagai buruh perkebunan karet dengan pengusaha atau pemilik modal yang menginginkan perkebunan karet dijadikan perkebunan kelapa sawit dengan cara membeli paksa tanah perkebunan penduduk dengan harga Sangat murah. Dari konflik ini, Pastor Wis dilanda kesedihan dan kegelisahan untuk membela penduduk transmigran dan menyeret dia pada konflik dengan petugas dan aparat pemerintah. Dengan tuduhan telah menghasut penduduk transmigran untuk membuat rusuh dan pembakaran.Setelah tertangkap dan dijebloskan ke penjara serta mengalami penyiksaan. Wis berhasil dikeluarkan dari penjara. Namur setelah bebas bukan berarti Wis lepas dari incaran dan mata-mata aparat. Dari kondisi itu akhirnya Wis menghilangkan jejak dan mengganti identitasnya dengan nama samaran yaitu Saman, untuk mengelabuhi aparat dan petugas yang terus mengincarnya. Artikel ini bertujuan mengetahui karakter tokoh utama, Wisanggeni (Saman), mengetahui konflik sosial dan politik yang terkandung dalam novel Saman, serta mengetahui konflik yang dialami Wisanggeni (Saman).