Claim Missing Document
Check
Articles

KONTESTASI DAN KONFLIK MEMPEREBUTKAN EMAS DI POBOYA Zainudin, Sulthan; Soetarto, Endriatmo
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Terjadinya konflik yang melibatkan antara masyarakat dengan pemerintah dan perusahaan disebabkan oleh perspektif yang berbeda dalam memandang sumber daya alam. Sebagai konsekuensinya, hal ini akan membawa pada perbedaan manajemen dan pemanfaatan sumber daya alam, sehingga hal itu akan berakhir dengan perbedaan pandangan dalam pengelolaan sumber daya alam antara pemerintah dan masyarakat setempat. Dalam tingkat makro, studi ini sebenarnya akan membahas diferensiasi makna yang berakhir dengan konflik sumber daya alam di Poboya, aktor yang terlibat dan representasi masyarakat adat dan kelompok-kelompok LSM konservasi sumber daya alam dari ekspansi kapitalis. Dengan menggunakan perspektif ekologi politik, studi ini menunjukkan bahwa ada banyak pihak yang terlibat dalam Poboya, seperti pemerintah pusat, para elit politik lokal, masyarakat adat, kepolisian daerah, CPM, dan masyarakat setempat. Penelitian ini juga mengidentifikasi bahwa asal usul konflik Poboya ini terjadi antara pemerintah, perusahaan (CPM) dan masyarakat adat adalah dalam hal kontestasi sumber daya alam. Sementara itu, konflik antara perusahaan, pemerintah dan LSM menjadi suatu diskursus. Representasi masyarakat adat diwujudkan dalam bentuk pengendalian kegiatan pertambangan, sedangkan LSM yang diberikan penguatan dan berdiri di belakang tindakan masyarakat di Poboya.Kata Kunci: kontestasi kekuasaan, masyarakat adat, penambangan.
Transformasi Identitas Gerakan dari “Petani” menjadi “Masyarakat Adat”: Upaya Memahami Konflik Pembangunan Bandara Sultan Babullah di Ternate Maluku Utara” Taib, Rinto; Soetarto, Endriatmo; Tonny, Fredian
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 4, No 2 (2010)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Land conflict in Ternate have been in existence from the era of pre-independence to the present reform era. One example is the conflict over the development of Sultan Babullah Ternate Airport, which has victimized the peasant communities in the village of Tafure. This srudy used a strategy of qualitative method of research. It is intended to development of Sultan Babullah Ternate Airport, examine the formation and development of new social movements in Ternate and its relation to the issues of environmental and socio-economic impacts as well as the issues of ulayat (custom) land and the rights of custom communities, and determine to what extent the peasants’ movements could become a solution to win the peasants’ rights and at the same tme feasible as the forum to struggle for better life of peasants. This study found that the peasant communities initially launched protests to get the financial compensation for the land used for the airport and then in the next development they changed their movement identity from peasants to custom communities. It was also found that there were some factors that triggered the birth of the new social movement, for example lost farm land, lost housing land, disappearing acces to forest area, lost rights for custom land, lost houses or settlement, lost sources of livelihood or incomes, lost plantation land and cemetery, etc. The emergence of the peasants’ social movement in Ternate is motivated by equal feeling of poor life and strong desire for a change However, the management of organizational aspects have not yet fully run well such as filing, financing, and work division. In its development, the peasant’s movement has experienced some structural constraints, for example the weak position of peasants concerning the evidence of land ownership, while the cultural obstacle is the presence of internal conflicts or divisions in the movement.
Analisis Sosio-Ekologi dan Sosio-Budaya Burung Berkicau di Dua Kota di Indonesia: Teladan dari Surabaya dan Yogyakarta Supriyadi, Anton; Soetarto, Endriatmo; Hadi Dharmawan, Arya
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek sosio-budaya komunitas penggemar burung di Jawa. Konteksnya adalah keterkaitan antara konstruksi pemaknaan yang berkembang di tingkat komunitas dengan setting sosio-kultural di mana komunitas itu berada, termasuk di dalamnya adalah dinamika dalam setting sosio-kultural komunitas. Pemahaman mengenai setting sosio-kultural dalam hal ini difokuskan pada dimensi kepentingan aktor yang bermain dalam komunitas penggemar burung maupun komunitas lain dalam ranah yang lebih luas. Penelitian ini dilakukan dengan memilih dua lokasi yang berbeda latar setting sosio-kulturalnya, yaitu Surabaya dan Yogyakarta. Surabaya merepresentasikan setting sosio-kultural masyarakat Jawa yang berpusat pada kegiatan ekonomi pesisir, sedangkan Yogyakarta merepresentasikan masyarakat Jawa yang berpusat pada tradisi Jawa kerajaan yang masih kuat. Temuan dari lapangan menunjukkan adanya perbedaan diantara kedua lokasi tersebut dalam merepresentasikan kekuatan aktor yang bermain sebagai manifestasi dari setting sosio-kultural serta dinamika konstruksi pemaknaan yang berkembang di tingkat komunitas terhadap burung. 
Land Reform by Leverage: Kasus Redistribusi Lahan di Jawa Timur Soetarto, Endriatmo; Sihaloho, Martua; P, Heru
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 1, No 2 (2007)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Permasalahan sumberdaya agraria tanah merupakan salah satu ‘tema pokok’ yang marak dalam diskusi dan kajian berbagai pihak di Indonesia. Demikian kasus dan kajian agraria yang umum dan menjadi fakta yang kontekstual dan aktual terjadi. Tulisan ini akan berusaha memaparkan bagaimana kasus redistribusi lahan dipandang sebagai salah satu alternatif pencapaian tujuan reforma agraria, lebih tepatnya land reform by leverage. Redistribusi lahan yang terjadi di Jawa Timur kini telah menunjukkan dampak atau manfaat dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya penerima redistribusi lahan.
DAMPAK REFORMA AGRARIA DARI BAWAH TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA GARONGAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sokoastri, Valentina; Soetarto, Endriatmo
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 6, No 3 (2012)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Agrarian reform by leverage or commonly known as landreform by leverage is a peasant movements which is organized by peasant initiative to defend their land. This movement could be associated with social welfare and negative excess like criminalization that frequently take place in Garongan village. There, most people involved in conflict because of their persistence to keep their land. There is a strong relationship between agrarian reform by leverage and peasant welfare. Land which is frequently referred as crucial donation of life has a vital value for human survival. The function of land is not only considered as human nee ds but  al so as i dent it y t hat  al ways  t ri ggers  any c onfl i ct  nowadays . So, it ’s not  st range if  thi s condi ti on causes any negative impacts of criminalization including psychological, physical or both psychological and physical effects for those who involved. At the end of this description, farmers who have been sovereign from agriculture will be interferred by iron sand mining company which is supported by feudal forces and private corporations. This research examine more deeply about the relationship between agrarian reform by leverage and social welfare, the impact of agrarian reform by leverage to the criminalization and the differences of level of social welfare before and after agrarian reform in Garongan village. Keywords: agrarian reform by leverage, criminalization, social welfare.
GERAKAN PAGUYUBAN PETANI VERSUS NEGARA DAN DAMPAKNYA PADA TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA SUKAMULYA Amalia Rahmah, Dinna; Soetarto, Endriatmo
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 8, No 1 (2014): Sodality
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Konflik agraria terjadi karena perbedaan kepentingan antara dua atau lebih aktor terhadap sumber agraria. Konflik agraria yang terjadi di Desa Sukamulya karena perselisihan antara masyarakat dan perwakilan negara, Lanud Atang Sandjaya TNI-AU. Lanud Atang Sandjaya mengklaim dan mengambil alih tanah masyarakat dan membuat masyarakat harus berjuang kembali melalui gerakan Paguyuban Petani. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mengembalikan hak atas tanah kepada masyarakat. Ada beberapa faktor yang dapat membuat Paguyuban Petani menjadi isu nasional seperti; kepemimpinan, kolektivisme, dan kegiatan Paguyuban Petani, serta dukungan dari orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tingkat Paguyuban Petani yang sukses dan kesejahteraan masyarakat, baik di bidang ekonomi maupun sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paguyuban Petani memiliki hubungan yang sangat lemah dengan kesejahteraan ekonomi masyarakat, tetapi memiliki hubungan yang cukup kuat dengan kesejahteraan sosial masyarakat di Desa Sukamulya.
SEJARAH SOSIOLOGIS BUDAYA BERNAFKAH KOMUNITAS ADAT SUKU DUANO Amrifo, Viktor; Dharmawan, Arya H.; Sunito, Satyawan; Soetarto, Endriatmo
Paramita: Historical Studies Journal Vol 24, No 2 (2014): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v24i2.3122

Abstract

The milestones of Duano Tribe’s livelihood culture can be grouping into 4 periodes. The periodization based on the adaptation of Duano Tribe community to  bio-physic environment change or livelihood place change that used observation, interview, and document study to collect the data.  The first is year before 1722 where they was a sea nomads in Malaka Strait. In this period, Duano Tribe developed their livelihood culture based on schooling fish hunting activity. The second is year since 1722 to 1932 where the  Duano’s livelihood place moved to caostal zone and small island of Malaka Strait. In this period,  They developed livelihood culture based on sea nomads and fishing  technology, but natural culture that used in livelihood activity changed to pelagic fish and small fish. The third is year since 1932 to 1960, where the livelihood culture of Duano Tribe was in transition phase. In this period, livelihood activity of Duano Tribe changed to fishing activity at estuarin ecosystem in Berhala Strait. And the last is year after 1960, where the livelihood culture of Duano Tribe based on “menongkah” activity. Interaction between Duano community and state effect on their livelihood culture change. The adaptation of Duano Tribe community to bio-physic environment that was being effected by state power or another external power can be called as semi-natural adaptation.Keywords: Duano Tribe, Livelihood culture, Semi-natural adaptation, Sea nomads, FishermenTonggak-tonggak sejarah bernafkah Suku Duano yang dilihat dari adaptasi mereka terhadap lingkungan biofisik dapat dikelompokkan menjadi 4 periode. Pengelompokkan ini diperoleh melalui serangkaian proses pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, dan studi literatur. Periode pertama adalah masa sebelum tahun 1722 dengan budaya bernafkah sebagai pengembara laut yang berburu ikan-ikan ruaya, periode kedua diantara tahun 1722 sampai 1932 sebagai pengembara laut yang berburu ikan-ikan perairan dangkal, periode ketiga dari tahun 1932 sampai 1960 sebagai peralihan dari pengembara laut ke nelayan menetap yang memanfaatkan sumberdaya perikanan muara-pantai, dan periode keempat setelah tahun 1960 sebagai nelayan menetap yang menangkap/menungumpulkan sumberdaya perikanan muara-pantai atau aktivitas menongkah. Interaksi Suku Duano dan negara mempengaruhi perubahan budaya bernafkah budaya bernafkah mereka. Perubahan budaya bernafkah yang dipengaruhi oleh kekuatan negara atau kekuatan lain diluar komunitas dapat disebut semi-natural adaptasi.Kata Kunci: Suku Duano, Budaya Bernafkah, Adaptasi Semi-natural, pengembara laut, nelayan  
SEJARAH PENGUASAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT DI TELUK TOMINI Obie, Muhammad; Soetarto, Endriatmo; Soemarti, Titik; Saharuddin, Saharuddin
Paramita: Historical Studies Journal Vol 25, No 1 (2015): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v25i1.3422

Abstract

This article aims to analyze the historical milestones of coastal and sea resources management in Tomini Bay. It used a critical theory paradigm with two strategies, namely historical sociology and case studies. The collected data were primary and secondary ones, then were analyzed by using qualitative approach. The analysis results indicated that coastal and sea management in To-mini Bay could be divided into era before 1901, when Bajo Tribe was the sea adventurer in To-mini Bay as well as owning the resources. Since 1901 to independence era of Old Order, Bajo tribe began to settle to coastal area, built houses above the sea surfaces with economic resources coming from fishing and other sea pickings.  During the New Order, precisely from 1977 to Reformation Order, the existence of Bajo Tribe was terribly disturbed by the wood company, fishpond, and conservation policy. In this era, Bajo Tribe faced the resettlement pressure that caused their community was divided, Sea Bajo and Land Bajo.  This reality caused the access of the Land Bajo community to the coastal and sea resources was limited, while the Sea Bajo community was progressively under the pressure of of the expansion of the wood company, fishpond, and conservation policy.Key words: Bajo Tribe, wood company, fishpond, conservation, resettlement, cultural tourismTujuan penelitian ini adalah menganalisis tonggak-tonggak sejarah penguasaan sumber daya pesisir dan laut di Teluk Tomini. Penelitian ini menggunakan paradigma teori kritis, dengan strategi sosiologi sejarah dan studi kasus. Data yang terkumpul berupa data primer dan data sekunder, kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan sumber daya pesisir dan laut di Teluk Tomini dapat dibagi atas masa sebelum tahun 1901, yang ditandai Suku Bajo sebagai pengembara laut di Teluk Tomini sekaligus me-nguasai sumber daya yang ada. Sejak tahun 1901 sampai masa kemerdekaan (Orde Lama), Suku Bajo mulai hidup menetap dengan membangun rumah di atas permukaan laut, ekonomi bersumber dari menangkap ikan di pesisir dan mengumpulkan hasil-hasil laut lainnya. Memasuki Orde Baru, tepatnya mulai tahun 1977 sampai Orde Reformasi, eksistensi Suku Bajo mulai terganggu dengan masuknya perusahaan kayu, tambak, dan kebijakan konservasi. Di era ini Suku Bajo mengalami tekanan resettlement, menyebabkan komunitas mereka terbelah. Akses komunitas Bajo Darat ke laut menjadi terbatas, sementara komunitas Bajo Laut makin terjepit oleh ekspansi perusahaan kayu, tambak, dan kebijakan konservasi.Kata-kata kunci: Suku Bajo, perusahaan kayu, usaha tambak, konservasi, resettlement, pariwisata budaya  
Regional Economic Development Strategy in Preparation for the Establishment of a New Autonomous Region in Indonesia Firmansyah, Lepi Ali; Soetarto, Endriatmo; Kusnadi, Nunung
Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan Vol 15, No 1 (2014): JEP Juni 2014
Publisher : Universitas Muhammdaiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In general, the purpose of this study is to analyze the economic potential readiness in South Cianjur Development Region and formulate economic development strategies in an effort to achieve independence in the execution of development. The method of analysis used in this study are the analysis of Location Quotient, analysis of Limpitan Sejajar system, analysis of Internal Factor Evaluation Matrix (IFE Matrix) and External Factor Evaluation Matrix analysis (EFE matrix), analysis of matrix Strength-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT), and analysis of Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The analysis showed that South Cianjur has potential, especially on: (1) agriculture, livestock, fisheries and forestry sector; (2) the mining and quarrying sector; and (3) the tourism sector. Based on IFE- EFE matrix analysis and SWOT analysis, South Cianjur district has priority strategy that uses internal strength to take advantage of external opportunities (S-O strategies). Selected strategic priorities are: (1) the development of agriculture by ecotourism, ecotourism and community forestry pattern; (2) the development of agroindustry; and (3) select and promote the spesific commodity to provide value-added (GDP and PAD).
Desa Pesantren Dan reProDuksi kiai kamPung Syamsul, Hadi; Soetarto, Endriatmo; Sunito, Satyawan; Pandjaitan, Nurmala K.
Analisis : Jurnal Studi Keislaman Vol 16, No 1 (2016): Analisis : Jurnal Studi Keislaman
Publisher : IAIN Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.032 KB)

Abstract

Pesantren serves as an educational institution (Islamic) as well as social institutions are generally based in the rural. Even the pattern in rural Javanese life was also much influenced by the culture and values of the pesantren. Not only student from the local village, but the students from various regions are also many who come to study in the pesantren. After graduating from the pesantren they go home, and among them there is a role in their communities. They learn Islamic knowledge covering: the Qur’an and Tafseer, Hadith, theology, ethics, Islamic jurisprudence, gramer and morphology (nahwu- shorof). In a rural environment, he is moving the activities of  religious  education,  mental-spiritual  and  socio-civic. When pesantren has developed with its own correlated to the progress of the village. The village of pesantren are a model of rural development that progress is largely supported by his values and traditions of Islam. Santri of pesantren graduates who have returned to the village and have a strong will devote themselves to the interests of society become essential factor for the preservation of social development in the rural. So, in this context the strategic value of the role of the village kiai in community development in rural areas.
Co-Authors Afrisna Nilasari Agus Heri Purnomo Ahmad Choibar Tridakusumah Aminah Swarnawati Amiruddin Saleh Andrea Emma Pravitasari, Andrea Emma Andreanto, Galih Angga Prasetyo Adi Anton Supriyadi Aprilianti Pratiwi Arif Satria Arya H Dharmawan Arya H Dharmawan Arya H. Dharmawan Arya Hadi Dharmawan Asep Muslim Baba Barus Bambang Purwanto Basita Ginting Bayu Eka Yulian Didik Suharjito Dinna Amalia Rahmah Djaja Hendra Djoko Susanto Djoko Susanto Djuara P Lubis DONY SAPUTRA Dony Saputra DUDUNG DARUSMAN DWI ANDREAS SANTOSA Dwi Rini Sovia Firdaus Dwi Wulan Pujiriyani Dzulkarnain, Iskandar E. Gumbira Sa’id Ekawati Sri Wahyuni Ernan Rustiadi Fahrunnisa . Fairuz Nabila Fani Dwi Iswari Fredian Tonny Nasdian Galih Andreanto Hadi Syamsul Hadi Syamsul, Hadi Hariadi Kartodiharjo Hartoyo Hartoyo Hartrisari Hardjomidjojo Hermanto Siregar Heru P Ichsan, Aulia Indah Islami Ritonga Iskandar Zulkarnain Iswari, Fani Dwi Ivanovich Agusta Khamid Baekhaki Komarsa Gandasasmita Kukuh Murtilaksono Laksono Trisnantoro Lala M Kolopaking Layla Ekrep Lepi Ali Firmansyah, Lepi Ali Lindiya Apsari Lukman Muhammad Baga Luky Adrianto Luthfian Riza Sanjaya Marthina Tjoa Martua Sihaloho Melia Sari Melia Sari, Melia Mohamad Shohibuddin MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Obie Mukhlas Ansori Musfingatun Sa’diyah Neka Fitriyah Nonon Saribanon Nunung Kusnadi Nur Hannah Muthohharoh Nurlaila Nurlaila Nurmala Katrina Pandjaitan Nuzulul Ichwal Moidady Oktaviani, Ananda Diah P Purwanto Pablo Pacheco Ria Renita Abbas Rilus Kinseng Rina Mardiana Rini Ariani Amir Rinto Taib Robert M.Z Lawang Saharuddin Saharuddin Sarwititi Sarwoprasojdo, Sarwititi Satyawan Sunito Satyawan Sunito Satyawan Sunito Satyawan Sunito Sean Foley Siti Hajar Suryawati Sitti Hadijah Soeryo Adiwibowo Soeryo Adiwibowo Soeryo Adiwibowo Soeryo Adiwibowo Sofyan Sjaf Sugiyanto Sugiyanto Sulthan Zainudin Sumardjo Sumardjo Sundawati, Leti Surjono H. Sutjahjo Susvia Delta Kusdiane Syamsul Hadi Titik Soemarti Titik Sumarti Valentina Sokoastri Viktor Amrifo Yamres Pakniany Yofita Sandra, S.Pd., M.Pd., Zico Farlin, Dr. Budiwirman, M.Pd., Yuda Hidayat Mansur Yudha Heryawan Asnawi