Tulisan ini khusus membicarakan tentang pemikiran Ignaz Goldziher tentang qirÄÂ’ÄÂt. Dalam pandangan Goldziher qirÄÂ’ÄÂt yang berkambang pada masa sekarang adalah karya manusia pada masa lalu yang disebabkan tidak adanya tanda resmi pada al-Quran pada masa awal. Sehingga rekayasa terstruktural tentang qirÄÂ’ÄÂt tersebut berimplikasi atas adanya ragam qirÄÂ’ÄÂt al-Quran. Hal demikian dalam pandangan Goldziher disinyalir sebagai bentuk inkonsistensi bentuk qirÄÂ’ÄÂt. Sehingga qirÄÂ’ÄÂt al-Quran tidak lagi shahih seperti yang diyakini oleh mayoritas muslim. Sinyalir ketidak shahihan qirÄÂ’ÄÂt al-Quran tersebut karena tercampurna qirÄÂ’ÄÂt yang beragama. Hasil penelitian Goldziher tersebut mendapatkan kritik dari beberapa paka qirÄÂ’ÄÂt, karena dianggap terlalu berlebihan. Selain itu, Goldziher dianggap kurang memahami ilmu qirÄÂ’ÄÂt.Dalam menjawab keraguan Goldziher penulis menggunakan teori Linguistik, yaitu menganalisis setiap kalimat dari ragam qirÄÂ’ÄÂt. Analisis tersebut terfokus pada bentuk kalimat dan makna yang terkadung dalam kalimat yang mempunyai ragam qirÄÂ’ÄÂt. Dalam ilmu linguistis setiap kalimat mempunyai bentuk yang beragam tetapi tidak menghindari kalimat tersebut mempunyai makna yang sama, tetapi bisa juga mempunyai subtansi sama.Menganalisis dengan teori tersebut akan mendapatkan beberapa kesimpulan. Pertama, lafadz yang beragama dalam qirÄÂ’ÄÂt al-Quran tidak berarti mempunyai makna yang berbeda, tetapi tetap pada satu makna hanya lafadnya berbeda. Kedua, adanya perbedaan lafadz dan makna dalam qirÄÂ’ÄÂt tidak menggugurkan subtasi makna al-Quran, tetapi satu masing-masing saling menguatkan.Key Word: Eksistensi, QirÄÂ’ÄÂt, Kritis, Ignaz Goldziher.
Copyrights © 2016