cover
Contact Name
Rajab Ritonga
Contact Email
rajab.ritonga@dsn.moestopo.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
rajab.ritonga@dsn.moestopo.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
ISSN : 08534470     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
The journal is for publications focusing on social life in which communication occurs through the use of various media. The manuscripts to be published include the results of research, theoretical thinking, and the study of various phenomena of human life in communication. As a scientific periodical, the journal is subject to standard provisions of peer reviews conducted by Communication Scholars from various universities.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 01 (2018)" : 8 Documents clear
Makna dan Perilaku Pengguna Komunikasi Budaya Digital di Kabupaten Garut – Jawa Barat Zikri Fachrul Nurhadi
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.3

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan motif, pengalaman, makna dan perilaku bagi pengguna komunikasi budaya digital. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Informan penelitian adalah akademisi, wirausaha, mahasiswa dan budayawan dengan teknik purposive sampling berjumlah lima orang. Pisau bedah yang digunakan adalah teori fenomenologi untuk menjelaskan struktur pengalaman sadar, dan mempelajari bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya langsung. Hasil penelitian menunjukkan, motif menggunakan komunikasi budaya digital beragam konstituen, peminat, proses komunikasi mudah, manfaat ekonomis, sedangkan motifnya adalah untuk mencari informasi, akselerasi pertemanan yang cepat, berhubungan dengan komunitas, silaturahmi keluarga. Begitupun, pengalaman komunikasi bisa merasakan perbedaan budaya analog dan budaya digital, nihilisme menjadi ciri komunikasi budaya digital. Sedangkan makna bagi pengguna komunikasi budaya digital adalah efisien, terwakili, profesi dan eksistensi, sementara perilaku pengguna komunikasi budaya digital dibagi dalam kategori offline (silaturahmi, rapat, face to face), online (waspada hoax, chatting, belanja online).
Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi Kasus Akun Instagram @bylizzieparra) Lidya Wati Evelina; Fitrie Handayani
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.10

Abstract

Digital influencer adalah sebuah fenomena dalam promosi produk di industri media digital. Para Digital Influencer mengunggah beragam foto dan video pada akun media sosial  dengan kegiatan keseharian mereka, makanan yang dimakan, tempat-tempat hang-out, pendapat tentang suatu hal, hingga berbagai tutorial dan ulasan produk. Kemampuan membangun komunitas menjadikan mereka mampu mempromosikan produk buatan sendiri. Penelitian ini bertujuan menganalisis seorang Digital Influencer dalam mempromosikan produk yang follower-nya dianggap sebagai beauty guru. Metode Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi online pada akun IG Influencer, wawancara informan dengan pihak digital agency. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik komparatif konstan yang menempatkan data ke dalam kategori, kemudian dicari hubungan antarkategori dan disederhanakan dalam struktur yang koheren. Hasil Penelitian mengungkapkan, menggunakan digital influencer untuk promosi memiliki kelebihan dari segi high tech dan high touch dibanding promosi melalui iklan. Digital influencer perlu melakukan 4C dalam aktivitas digitalnya, yaitu memperhatikan context, communication, collaboration and connection. Data juga menunjukkan jumlah follower saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang sebagai digital influencer. Perlu  diperhatikan engagement yang terjadi antara influencer dengan khalayaknya, kesesuaian value antara influencer dengan followers-nya dan seberapa percaya khalayak terhadap sosok influencer tersebut.
Perbedaan Tingkat Keterbukaan Diri Berdasarkan Konteks Budaya dan Jenis Hubungan Reyandra Dio Boentoro; Endah Murwani
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.7

Abstract

Keterbukaan diri sebagai perilaku komunikasi, berperan dalam pengembangan hubungan seseorang. Ketidakseimbangan tingkat keterbukaan diri antarpribadi yang berhubungan dapat menyebabkan situasi dan keintiman hubungan yang buruk. Oleh sebab itu perlu dipahami hal-hal yang menyebabkan tingkat keterbukaan diri seseorang. Penelitian ini melihat ada atau tidaknya perbedaan tingkat keterbukaan diri berdasarkan konteks budaya dan jenis hubungan. Teori yang diacu adalah Teori Penetrasi Sosial yang menjelaskan mengenai keterbukaan diri dalam suatu hubungan. Metode penelitian yang dipakai adalah survei. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner kepada 60 responden (30 responden berbudaya Jawa dan 30 responden berbudaya Batak). Data dianalisis dengan ANOVA untuk membandingkan keterbukaan diri antara konteks budaya dan jenis hubungan. Hasil penelitian membuktikan tiga hipotesis yaitu (a) ada perbedaan tingkat keterbukaan diri berdasarkan konteks budaya. (b) ada perbedaan tingkat keterbukaan diri berdasarkan jenis hubungan. (c) ada interaksi antara konteks budaya dan jenis hubungan dalam memengaruhi tingkat keterbukaan diri.
Analisis Personal Branding Selebgram Nonselebriti Akun Instagram @Lippielust Dita Rachmawati; Dini Salmiyah Fithrah Ali
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7.778 KB) | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.6

Abstract

Media sosial saat ini telah menjadi sarana dalam melakukan pemasaran maupun promosi baik barang, jasa, maupun personal khususnya salah satunya adalah Instagram. Untuk menjadi seorang selebgram dibutuhkan personal branding yang kuat, memiliki kekhasan, dan berbeda dari selebgram lainnya agar mempunyai eksistensi dan bertahan lama sebagai seorang selebgram di media sosial Instagram. Rissa merupakan seorang selebgram bukan selebriti, yang disebut selebgram nonselebriti. Personal Branding yang dilakukan Rissa menjadikannya sebagai endorser dan berhasil bekerja sama secara project professional dengan banyak brand dalam negeri maupun luar negeri. Rissa menjadi selebgram dengan fokus spesifik yaitu beauty yang lebih mengarah kepada lipstick. Penelitian ini membahas bagaimana kriteria Personal Branding selebgram nonselebriti. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan indikator 11 kriteria  Authentic Personal Branding menurut Rampersad. Hasil penelitian ini, Personal Branding yang dilakukan Rissa memiliki kepribadian yang memiliki karakter, nilai-nilai, visi yang sesuai dengan ambisi pribadi, kode moral dan perilaku, konsisten, berfokus pada satu bidang, diakui dan berpengalaman, unik, terhubung dengan khalayak, memiliki hubungan yang baik dengan partner pekerjaan, dan selalu melakukan perbaikan diri dalam akun Instagram @lippielust.
Ambasador Produk dan Perubahan Sikap (Studi Kasus Pengolahan Iklan Kosmetik XYZ Berdasarkan Pendekatan Teori ELM di Kalangan Remaja Putri Kelurahan Rawa Buaya - Jakarta Barat) Inge Hutagalung
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.1

Abstract

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dalam riset dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan terpilih. Tujuan dari penelitian adalah untuk melihat pengolahan pesan dari iklan yang menggunakan ambasador produk di kalangan remaja putri. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengolahan pesan secara jalur pinggiran tidak selamanya menggambarkan motivasi yang rendah dari individu terhadap pesan iklan. Sementara itu, perubahan sikap juga tidak selamanya hanya terdapat pada individu yang mengolah pesan dengan menggunakan jalur utama. Lebih lanjut, lingkungan/kelompok sebaya dapat berperan dalam pengolahan pesan. Rasa bangga yang muncul pada informan yang mengolah pesan secara jalur pinggiran adalah merupakan perceptual style. Yaitu, sebuah perilaku yang melahirkan interpretasi bahwa produk yang diwakili oleh ambasador produk adalah berkualitas. Dalam hal ini, setiap interpretasi akan menghasilkan makna yang berbeda satu dan lain orang.
Aseksualitas dalam Drama TV Sherlock di Televisi BBC One Muslikhin Muslikhin; Elsa Tesalonika Lalong
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.8

Abstract

Sherlock adalah sebuah adaptasi dari cerita Sherlock Holmes dalam bentuk drama televisi di BBC One. Sherlock menggunakan latar abad ke-21, sebagai pengganti jaman Victoria (1830-1901) seperti cerita asli Sherlock Holmes. Karakter tokoh Sherlock Holmes, terutama orientasi seksualnya  menimbulkan perdebatan di kalangan kritisi dan penggemar cerita Sherlock. Hal ini terjadi karena penulis cerita tidak secara jelas dan tegas memberikan gambaran tentang orientasi seksual dari Sherlock Holmes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda yang merepresentasikan aseksualitas pada tokoh Sherlock Holmes sebagai pribadi yang menunjukkan ciri-ciri aseksualitas. Metode penelitian yang digunakan adalah Semiotika Ferdinand de Saussure. Dasar analisis aseksualitas yang digunakan adalah 10 ciri-ciri aseksualitas dari  Decker. Penelitian ini menyimpulkan Sherlock Holmes adalah seorang aseksual karena memenuhi 8 dari 10 ciri-ciri aseksual menurut Decker.
Pergeseran Nilai Ritual Kaghombo dalam Tradisi Masyarakat Muna La Tarifu; La Ode Herman Halika
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.2

Abstract

Penelitian ini membahas pergeseran nilai ritual Kaghombo sebagai makna interaksi simbolik dalam masyarakat Muna dilihat dari segi aspek budaya dan komunikasi antarbudaya. Ritual Kaghombo merupakan salah satu ritual masyarakat Muna yang dilaksanakan sebagai puncak kangkilo (sunatan) dari anak perempuan, dan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Muna khususnya di Desa Mabolu. Nilai-nilai dalam ritual ini sangat penting bagi kehidupan masyarakat Muna karena memuat aspek sosial, religius, filosofis dan kesejarahan. Perubahan ritual Kaghombo dalam perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai aspek internal dan eksternal perubahan masyarakat pendukungnya. Faktor internal meliputi kepercayaan, agama, dan perkembangan Pendidikan, sedangkan faktor eksternal antara lain aspek ekonomi. Adapun hasil penelitian: pemikiran masyarakat Desa Mabolu khususnya  kalambe wuna (gadis yang dipingit) mulai terpengaruh dengan hal-hal baru yang didapat dari pendidikan modern. Pemikiran ini menganggap pada beberapa bagian ritual, tahapannya bertentangan dengan pemikiran modern. Misalnya, bahwa ritual ini dilakukan sebagai proses pematangan dan pensucian diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dan kehidupan rumah tangga.
Analisis Faktor Eksploratori Konstruk Risiko Online Amia Luthfia; Pinckey Triputra; Hendriyani Hendriyani
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 1, No 01 (2018)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/wartaiski.v1i01.9

Abstract

Semua risiko dan sisi merugikan sebagai konsekuensi dari penggunaan Internet dan eksplorasi anak dan remaja di Internet dinyatakan sebagai risiko online. Risiko online merupakan sebuah konstruk yang sifatnya baru dibangun dan definisi dari konsep ini masih diperdebatkan. Selain itu, pengelompokkan risiko (dimensi) dari konsep ini didasarkan pada hasil koding dari respon anak-anak dari penelitian kualitatif. Maka, penelitian ini bertujuan untuk menemukan dimensi-dimensi untuk variabel risiko online dan membangun skala risiko online untuk penelitian sejenis di Indonesia. Penelitian ini menguji validitas konstruk risiko online dan menggali berapa faktor yang terbentuk dari konstruk risiko online dengan dengan menggunakan Exploratory Factor Analysis. Metode ekstraksi faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah Maximum Likelihood (ML) dengan rotasi faktor Varimax. Penelitian ini menggunakan survei online www.surveymonkey.com untuk memperoleh respon dari responden. Responden pada penelitian ini sebanyak 161 remaja DKI Jakarta berusia 13-18 tahun. Analisis faktor eksploratori menunjukkan hasil bahwa keseluruhan 33 item layak untuk dijadikan indikator karena memiliki koefisien korelasi anti-image yang baik.  Dari ekstraksi dan rotasi faktor dihasilkan 6  faktor dengan nilai kumulatif varian sebesar 69.557%, nilai ini cukup baik karena total varian yang dapat dijelaskan melebihi 50% varian. Enam faktor yang dihasilkan ini dapat dijadikan dimensi dari variabel risiko online. Maka, dimensi dari variabel risiko online adalah (1) Tindakan berisiko; (2) Nilai informasi menyesatkan; (3) Pornografi; (4) Target tindakan berisiko; (5) Perundungan dan pelecehan; (6) Orang tidak dikenal.

Page 1 of 1 | Total Record : 8