cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jx.santo@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalangelion@gmail.com
Editorial Address
Jl. Raya Solo-Kalioso km 7, Selorejo, Wonorejo, Gondangrejo, Kab. Karanganyar
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : -     EISSN : 27233324     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Angelion adalah jurnal ilmiah teologi dengan warna Injili, merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan Kristen, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup. Focus dan Scope penelitian Angelion adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Isu-isu Teologi Pendidikan Kristen Angelion terbit dua kali setiap tahun, Juni dan Desember.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020" : 6 Documents clear
Pengajaran Eskatologi dalam Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Simsoni Yosua Daud Patola; Oda Judithia Widianing
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1317.587 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.39

Abstract

AbstractAn essential aspect of the doctrine of escatology is futuristic fact, namely the disclosure of a number of events that will occur in the future through prophecy in the past. For this reason Bible prophecy is the dominant focus in the investigation and discussion of the doctrine of eschatology.  Eschatology is the most important doctrine that must be taught in the church, family, and school environment as Christian education material, the Doctrine of Eschatology is very important taught to students in schools, so that they understand it and take the attitude to repent and believe in Jesus Christ and obtain life-saving work. Everlasting, now while still alive on earth and later when Jesus comes the second time to pick up every believer By knowing eschatology, students can prepare themselves spiritually with a strong faith that Jesus will come a second time to pick up believers in the resurrection from the first stage of the dead and those who are still alive will experience the rapture to heaven. In Christian education in schools students must be taught that in the first stage of the resurrection the believers in the Old Testament era and the New Testament era will be raised from the grave, and the believers who are still alive at the time will be raptured, they will obtain a glorious body for and enter the feast of the Lamb of God. In Christian education it is necessary to put in place precautionary advice, encouragement to work faithfully, talent development, affirmation of responsibility for all actions, and noble hope for the day of the Lord's coming.Keywords: escatology; Christian educationAbstrakAspek penting dari ajaran eskatologi adalah fakta futuristik, yang merupakan wahyu tentang beberapa peristiwa yang akan terjadi di masa depan melalui nubuat masa lalu. Karena alasan ini, nubuat Alkitab menjadi pusat pemeriksaan dan diskusi tentang ajaran eskatologi. Eskatologi merupakan doktrin terpenting yang harus diajarkan dalam lingkungan gereja, keluarga, dan sekolah sebagai materi pendidikan agama Kristen, Doktrin Eskatologi sangat penting diajarakan kepada anak didik di sekolah, agar mereka memahaminya dan mengambil sikap untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus dan memperoleh karya keselamtan hidup yang kekal, sekarang ketika masih hidup di dunia dan nanti ketika Yesus datang kedua kali menjemput setiap orang percaya. Dengan mengetahui Eskatologi anak didik dapat mempersiapkan diri secara rohani dengan iman yang kuat bahwa Yesus akan datang kedua kali unuk menjemput orang-orang percaya pada kebangkitan dari antara orang mati tahap pertama dan orang-orang yang masih hidup pada saat itu akan mengalami pengangkatan  ke surga  (the rapture to heaven).  Dalam Pendidikan agama Kristen di sekolah anak didik harus diberikan pengajaran bahwa dalam kebangkitan tahap pertama orang-orang percaya pada zaman Perjanjian Lama dan zaman Perjanjan Baru akan dibangkitkan dari kubur, serta orang-orang percaya yang masih hidup pada saat akan diangkat (rapture), mereka akan memperoleh tubuh kemuliaan untuk dan masuk dalam pesta Anak Domba Allah.  Dalam pendidikan agama Kristen perlu disisipkan adanya nasihat untuk berjaga-jaga, dorongan untuk bekerja dengan setia, pengembangan talenta, penegasan tentang tanggung jawab atas semua tindakan, dan pengharapan yang mulia akan hari kedatangan Tuhan.Kata-kata kunci: eskatologi; pendidikan Kristen
Kepemimpinan Pastoral Nabi Habakuk Sebagai Role Model Kepemimpinan Para Pendeta Di Era Milenial Paulus Bollu
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1090.446 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.40

Abstract

AbstractVarious life trials phenomenons that occurs with the progressionof era has greatly affected the ministry of pastors as Christian leaders in this millennial era.  In regards to this issue, it is necessary to conduct a research on the pastors as Christian leaders of the millennial era by having the pastoral leadership of the prophet Habakkuk as a role model in addressing and comprehending God’s plan behind all life’s trials that are faced. The result of the field research with qualitative method on the leadership of the pastors in this millennial era based on the leadership of the prophet Habakkuk as a role model will be used by pastors as they lead Christians of the millennial era to create a change in this everchanging world; a change that can be implemented  in  the ministry world and leadership  in where they are present and where they serve. AbstrakBerbagai fenomena permasalahan kehidupan yang terjadi menyertai perkembangan zaman sangat mempengaruhi kehidupan pelayanan para pendeta sebagai pemimpin Kristen di era milenial ini.  Menyikapi permasalahan yang terjadi, maka perlu adanya penelitian kepada para pendeta sebagai pemimpin Kristen di era milenial ini dengan menjadikan kepemimpinan pastoral nabi Habakuk sebagai role model dalam menyikapi dan memahami rencana Allah di balik semua permasalahan hidup yang dihadapinya. Hasil temuan penelitian dengan metode kualitatif terhadap kepemimpinan para pendeta di era milenial berdasarkan role model kepemimpinan nabi Habakuk dalam zaman perjanjian Lama, agar dapat digunakan oleh para pendeta sebagai pemimpin Kristen di era milenial ini, untuk menciptakan satu perubahan di tengah dunia yang terus berubah yang dapat ditampilkan dalam dunia pelayanan dan kepemimpinannya di mana ia hadir dan melayani.
Preaching and Teaching Sound Doctrine Based on Christocentric Doctrine by Church Leaders for the Transformation of Church Members Samuil-Ashton Satu
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1271.781 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.41

Abstract

AbstractPreaching and teaching sound doctrine based on Christocentric doctrine is of utmost importance to Christian belief, as it is the cornerstone of the New Testament, the Holy Trinity (the Father, the Son , and the Holy Spirit), and the Apostles. So we will not do less as Christians. The purpose of a sermon is to bring about holy transformation through the Word of God in the life of the listener. The preachers need to help the audience put the Word into their lives. With respect to this, Bryan Chapell notes that “without application, a preacher has no reason to preach.” Thus he proposed five questions for the application for Christocentric doctrinal preaching, which should first be addressed to the preachers themselves. Through these questions, preachers can help to change the life of congregation by applying Christocentric doctrinal preaching. Furthermore, evidence of transformation within believers is seen in the way that the likeness and glory of Christ is increasingly reflected (2 Corinthians 3:18). The apostle Paul said, “You, however, are controlled not by the sinful nature but by the Spirit, if the Spirit of God lives in you. And if anyone does not have the Spirit of Christ, he does not belong to Christ” (Romans 8:9). Believers must be led by the Spirit of God to be considered as children of God. And it is by the power of the Spirit of God that Christ is living within them. The life transformed reflects Apostle Paul's thoughts in Galatians: “I have been crucified with Christ and I no longer live, but Christ lives in me. The life I live in the body, I live by faith in the Son of God, who loved me and gave himself for me” (Galatians 2:20). Conversely, if the church leaders ignore Christocentric doctrinal preaching and the application of the Word of God in the church members’ lives, then the transformation of the  believers’ lives will be thwarted. This study uses descriptive and phenomenological analysis of the data collected to find out why there is no change in some christians life-style and values. The results of this analysis will give impetus to revitalise the church to have a healthy theology for a healthy church of transformed lives in Christ Jesus.AbstrakBerkhotbah dan mengajar doktrin yang sehat berdasarkan dokrin Kristosentrik adalah terpenting dalam kepercayaan Kristen karena itulah penegasan Perjanjian Baru, Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus) dan Rasul-Rasul. Karena itu, seorang Kristen harus juga berbuat demikian. Tujuan dari khotbah ialah transformasi hidup melalui pendengaran Firman Allah. Pengkhotbah harus membantu jemaat mengapplikasikan Firman Allah dalam hidup mereka. Bryan Chapell menyatakan, “Tanpa aplikasi, seseorang pengkhotbah itu langsung tidak punya alasan untuk berkhotbah”. Dengan itu, ia menyarankan lima hal untuk penerapan atau applikasi kepada pengkhotbah terlebih dahulu. Melalui pertanyaan ini, pengkhotbah bisa membantu kehidupan jemaat untuk diubah dengan penerapan Fiman Allah berbasiskan doktrin Kristosentrik. Selain itu, bukti transformasi dalam hidup seseorang Kristen dilihat bagaimana seseorang itu kian mencerminkan gambar dan kemuliaan Kristus (2 Korintus 3:18). Rasul Paulus menyatakan, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:9). Untuk dianggap sebagai anak-anak Tuhan,orang percaya harus dipimpin oleh Roh Allah. Dan melalui kuasa Roh Kudus, Kristus diam di dalam mereka. Hidup transformasi mencerminkan pemikiran Rasul Paulus dalam Galatia : “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidup sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20). Sebaliknya, jika pemimpin gereja mengabaikan khotbah doktrin Kristosentrik dan applikasi Firman Allah dalam kehidupan jemaat, maka transformasi kehidupan jemaat akan digagalkan. Penelitian ini menggunakan kaedah deskriptif dan fenomenologi analisis atas data-data yang dikumpulkan untuk menemukan jawapan mengapa kehidupan dan cara hidup banyak jemaat tidak berubah. Hasil analisa ini akan memberi dorongan kepada gereja untuk memperoleh teologi yang sehat untuk membangun gereja yang sehat yang hidup dalam Kristus Yesus.
Pengharapan Mesias pada Masa Intertestamental Ayub Sugiharto
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1104.955 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.42

Abstract

AbstractThe arrival of a Messiah is an important hope in the life of the nation of Israel. Until now the Jews still had the expectations of the Messiah, without ever mentioning the name of the figure of the Messiah, both explicitly and implicitly. The existence of this hope can not be separated from the condition of Israel at that time, which has experienced all forms of oppression and social inequality in the era of Media-Persia, Greece, and Rome. The journey of this nation which is full of great struggles related to other nations through various wars, even captivity is very sad. In conditions of distress, persecution, captivity, they need the helping hand of others who are expected to be able to release and liberate them, they expect someone who is able to release all their suffering, but that hope does not come. This condition was made worse by the absence of a prophet among them, who became a direct link between Yahweh and them. The presence of a deliverer or personal savior who had been promised was certainly very much awaited by this nation. What was their hope for the presence of the Messiah during the Intertestamental, when God was silent and did not reveal His Word to His chosen people? This brief article, specifically, will discuss the evidence of the hope of the Messiah, where the source of hope came from, and what the expected Messiah was like.AbstrakKedatangan seorang Mesias merupakan pengharapan penting dalam kehidupan bangsa Israel.  Sampai saat ini orang Yahudi masih mempunyai pengharapan Mesias, tanpa pernah menyinggung nama dari sosok Mesias tersebut, baik secara eksplisit maupun implisit.  Adanya pengharapan tersebut sebenarnya tidak terlepas dari kondisi Israel saat itu, yang telah mengalami segala bentuk penindasan dan ketimpangan social di jaman Media-Persia, Yunani, maupun Romawi.  Perjalanan bangsa ini yang penuh dengan berbagai pergumulan hebat berkaitan dengan bangsa-bangsa lain melalui berbagai peperangan, bahkan penawanan yang sangat menyedihkan. Dalam kondisi tertekan, teraniaya, tertawan, mereka membutuhkan uluran tangan pihak lain yang diharapkan bisa melepaskan dan memerdekakan mereka, mereka mengharapkan adanya seseorang yang mampu melepaskan segala penderitaan mereka, namun harapan itu tidak kunjung datang.  Kondisi ini semakin bertambah parah dengan tidak adanya lagi seorang nabi di antara mereka, yang menjadi penghubung langsung antara Yahweh dengan mereka. Hadirnya seorang pembebas atau pribadi penyelamat yang pernah dijanjikan tentu sangat dinanti-nantikan oleh bangsa ini.  Seperti apakah pengharapan mereka akan kehadiran Mesias pada masa Intertestamental, ketika Allah berdiam diri dan tidak menyatakan Firman-Nya kepada umat pilihan-Nya?  Tulisan singkat  ini, secara spesifik akan membahas tentang bukti pengharapan Mesias, dari mana  sumber pengharapan itu berasal, dan seperti apa Mesias yang diharapkan itu. 
Tugas Pemimpin Muda Kristen Masa Kini Sebagai Gembala Menurut 1 Timotius 4 Santy Sahartian; Samuel Brian Septiadi
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1070.451 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.45

Abstract

Abstract: The church is God's people who need guidance and leadership so that people can know God. Therefore the Church needs a leader who understands his duties as a leader. But there are still church leaders who do not understand their duties as leaders based on Bible principles. The church is less prepared for the younger generation as leaders. This we can see in the church in general does not provide opportunities for young people to develop their potential to lead. This church's disbelief in youth leadership is increasingly apparent because of the life of the Christian youth itself. Aside from not being able to be considered capable, the church is reluctant to entrust great responsibility to the youth because the lives of Christian youth are often considered far from God's word. Today's young Christian leaders are those who carry out Christian leadership duties at a relatively young age. Today's young leaders have so many weaknesses that young leaders are less accepted and respected by many people, so that Christian youths are trusted they must carry out the duties of young Christian leaders today according to 1 Timothy 4 namely young Christian leaders should remind the congregation of the word, teach the truth of the word , be an example for God's people who are led, grow in service, supervise themselves and teachings. So that the Christian Young leaders can be respected by everyone.Keywords: Task, Young Leaders, I Timothy 4Abstrak: Gereja merupakan umat Allah  yang memerlukan pembinaan dan kepemimpinan sehingga umat dapat mengenal Allah. Maka dari itu Gereja membutuhkan sosok pemimpin yang memahami tugasnya sebagai pemimpin. Namun masih ditemukan pemimpin gereja yang kurang memahami tugasnya sebagai pemimpin berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. Gereja kurang mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin. Hal ini dapat kita lihat di dalam gereja secara umum tidak memberikan kesempatan bagi pemuda untuk mengembangkan potensinya dalam memimpin. Ketidak pecayaan gereja terhadap kepemimpinan pemuda ini semakin nyata karena kehidupan pemuda Kristen itu sendiri. Selain karena kurang di anggap mampu, gereja enggan mempercayakan tanggung jawab yang besar kepada pemuda karena kehidupan pemuda Kristen yang sering kali dianggap jauh dari firman Tuhan.  Pemimpin muda Kristen masa kini adalah seorang yang menjalankan tugas kepemimpinan Kristen dalam usia yang relative muda. Pemimpin muda masa kini memiliki banyak sekali kelemahan sehingga pemimpin muda kurang diterima dan dihargai oleh orang banyak, agar pemuda kristen dipercayai maka harus menjalankan tugas pemimpin muda Kristen masa kini t menurut 1 Timotius 4 yaitu  pemimpin muda kristen seharusnya mengingatkan jemaat akan firman, mengajarkan kebenaran firman, menjadi teladan bagi umat Tuhan yang dipimpin, bertumbuh dalam pelayanan, mengawasi diri dan ajaran. Sehingga pemimpin Muda Kristen dapat dihargai seiap orang.Kata- kata kunci: Tugas, Pemimpin Muda, I Timotius 4
Tinjauan Trilogi Kerukunan Umat Beragama Berdasarkan Perspektif Iman Kristen Yonatan Alex Arifianto; Joseph Christ Santo
Angelion Vol 1, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1036.932 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i1.38

Abstract

Abstract: In Indonesia as a multicultural country, there is a diversity of beliefs. History proves that unhealthy exclusivism endangers pluralism. Differences in religious beliefs can become a potential for horizontal conflict if the state does not act to prevent this. In order to create a harmonious society, the government has launched the Religious Harmony Trilogy through the Regulation of the Minister of Religion and the Minister of Home Affairs. As citizens of Indonesia, Christians cannot neglect this harmony effort. This study aims to answer the problem of how the role of believers in social life in applying the Religious Harmony Trilogy based on the perspective of the Christian faith. This research uses descriptive analysis method through related literature. The results of this study indicate: first, Christianity teaches living in harmony among fellow Christians as members of the body of Christ. Second, Christianity teaches to be the light of the world and the salt of the world in the midst of people with different faiths, so that harmony can be created. Third, Christianity teaches submission to the government because the government is determined by God, thus creating harmony between Christians and the government.Abstrak: Di dalam negara Indonesia yang multikultural dijumpai adanya keberagaman keyakinan. Sejarah membuktikan bahwa eksklusivisme yang tidak sehat membahayakan kemajemukan. Perbedaan keyakinan agama bisa menjadi potensi konflik horizontal apabila negara tidak bertindak mencegah hal tersebut. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang harmonis, pemerintah telah mencanangkan Trilogi Kerukunan Umat Beragama melalui Peraturan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. Sebagai warga negara Indonesia, umat Kristen tidak bisa berlaku abai terhadap upaya kerukunan ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan bagaimanakah peran orang percaya dalam kehidupan bermasyarakat dalam mengaplikasikan Trilogi Kerukunan Umat Beragama berdasarkan persepektif iman Kristen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis melalui literatur terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: pertama, kekristenan mengajarkan hidup rukun di antara sesama umat Kristen sebagai anggota tubuh Kristus. Kedua, kekritenan mengajarkan untuk menjadi terang dunia dan garam dunia di tengah-tengah masyarakat dengan keyakinan iman yang berbeda, sehingga tercipta keharmonisan. Ketiga, kekristenan mengajarkan penundukan kepada pemerintah karena pemerintah ditetapkan oleh Allah, dengan demikian terwujud kerukunan antara umat Kristen dengan pemerintah.

Page 1 of 1 | Total Record : 6