cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jx.santo@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalangelion@gmail.com
Editorial Address
Jl. Raya Solo-Kalioso km 7, Selorejo, Wonorejo, Gondangrejo, Kab. Karanganyar
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : -     EISSN : 27233324     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Angelion adalah jurnal ilmiah teologi dengan warna Injili, merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan Kristen, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup. Focus dan Scope penelitian Angelion adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Isu-isu Teologi Pendidikan Kristen Angelion terbit dua kali setiap tahun, Juni dan Desember.
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022" : 14 Documents clear
Pandangan dan Sikap Nabi Habakuk dalam Masa Sulit Menurut Kitab Habakuk Foeng Wie Sien; Sigit Ani Saputro; Joseph Christ Santo
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.316

Abstract

Everyone faces difficult times all the time according to the times. In suffering and trouble often arise questions, cries and complaints to God. How much longer Lord? Where is your justice? The author takes the book of Habakkuk which teaches today's believers to be a guide to face difficult times. This study aims to determine the views and attitudes of the prophet when facing difficult times can be an example that can be applied in everyday life for believers today. The name Habakkuk means one who hugs or embraces. In accordance with the meaning of his name, he is someone who embraces, embraces God and dares to argue to get answers to his questions, screams and complaints until he gets answers. Allah's answer made the prophet's faith strong and at the end of his sentence, the prophet said that it was precisely through this struggle that Allah made the prophet strong, like the feet of a deer that trod on the hills.Setiap orang menghadapi masa sulit sepanjang masa sesuai perkembangan zaman. Dalam penderitaan dan masalah sering muncul pertanyaan, teriakan dan pengaduan kepada Allah. Berapa lama lagi Tuhan? Di manakah keadilan-Mu? Penulis mengambil kitab Habakuk yang mengajarkan bagi orang percaya masa kini untuk menjadi pedoman menghadapi masa sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan sikap nabi ketika menghadapi masa sulit dapat menjadi teladan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang percaya zaman sekarang. Nama Habakuk memiliki arti yaitu orang yang memeluk atau merangkul. Sesuai dengan arti namanya, dia adalah seorang yang memeluk, merangkul kepada Allah dan berani berdebat untuk mendapat jawaban atas pertanyaan, teriakan dan pengaduannya sampai mendapatkan jawaban. Jawaban Allah yang membuat iman nabi kokoh dan di akhir kalimatnya, nabi mengatakan justru melalui pergumulan ini Allah menjadikan nabi kuat, bagaikan kaki rusa yang berjejak di bukit-bukit.
Interkoneksi antara Anak Muda, Usaha Mencari Pasangan dan Pendampingan Pastoral Friendly Simbolon
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.314

Abstract

Bagi sebagian anak muda, mencari pasangan adalah hal yang sulit. Banyak faktor yang mengakibatkan kondisi ini terjadi. Kurang memiliki rasa percaya diri, terlalu memilih, dan kepribadian yang introvert. Perlu sebuah metode pendampingan yang cocok dengan pola pikir anak muda agar mereka tidak salah mencari pasangan hidup. Metodologi yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan studi literatur untuk mendapatkan model praktis pendampingan yang diperlukan oleh anak muda. Hasilnya adalah pendampingan yang diperlukan kepada anak muda agar mereka mendapatkan pasangan hidup yang benar adalah dengan menggunakan metode pendampingan konseling. Pendekatan pendampingan ini  dilakukan dengan membangun dan mengelola hubungan dengan Anak Muda, mengenal mereka satu sama lain sambil menetapkan ekspektasi mereka.
Sikap Waspada terhadap Cinta Uang Berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada Pelaku Investasi Saham Ermiyati Ermiyati; Setya Budi Tamtomo; Asih Rachmani Endang Sumiwi
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.319

Abstract

One of the responsibilities of humans towards themselves and their families is to provide for themselves and their families by working to earn money. Another effort that humans make to meet their financial needs is by investing in stocks as savings in the future. Stock investment does promise profits, but on the other hand it can ensnare people to the love of money. By analyzing 1 Timothy 6:9-10 according to hermeneutic principles, this study aims to explain the meaning of love of money according to 1 Timothy 6:9-10 and explain awareness of the love of money based on 1 Timothy 6:9-10 for stock investors. The results of this study, the love of money is inclined towards wealth and means chasing money by justifying all means. Stock investors need to be vigilant when investing in stocks so as not to incline their hearts to the wealth of investment results.Salah satu tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan keluarga adalah mencukupi kebutuhan diri maupun keluarganya dengan cara bekerja untuk mendapatkan uang. Usaha lain yang dilakukan manusia untuk mencukupi kebutuhan keuangannya adalah dengan cara melakukan investasi saham sebagai tabungan di masa depan. Investasi saham memang menjanjikan keuntungan, tetapi di sisi lain dapat menjerat orang kepada cinta uang. Dengan menganalisis 1 Timotius 6:9-10 sesuai prinsip-prinsip hermeneutika, penelitian ini bertujuan menjelaskan arti cinta uang menurut 1 Timotius 6:9-10 dan menjelaskan kewaspadaan terhadap cinta akan uang berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada pelaku investasi saham. Hasil dari penelitian ini, cinta uang adalah mencondongkan hati kepada kekayaan dan berarti memburu uang dengan menghalalkan segala cara. Pelaku investasi saham perlu waspada ketika melakukan investasi saham agar tidak mencondongkan hati kepada kekayaan hasil investasi.
Dampak Konteks Politik Masa Intertestamental pada Penolakan Yesus Sebagai Mesias Janes Pelealu
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.312

Abstract

If we want to understand the New Testament more deeply and broadly, it is not enough to interpret it from the text we read, but it is very important to understand the context behind the text. Because the New Testament is full of political, social, cultural, economic, geographical, biographical contexts, which are very different from our present context. It is highly recommended to study Intertestamental Theology, because the New Testament text is very closely related to the context of the Intertestamental period, indeed we cannot build theology from the Intertestamental period, but this period provides an important source of information for New Testament theology. For example, the theological questions that arise when we read the New Testament, are: Why did the Jews reject Jesus as the Messiah?, Why did the Sanhendrin reject Jesus? Even though they consist of groups of different sects and often clash, in terms of rejecting Jesus as the Messiah, they seem to be united in rejecting and agreeing to the decision of the Roman court to put Jesus to death. Of course the political context of the Intertestamental period will provide an answer. In relation to this question, it is important to discuss the topic: "The Political Context of the Intertestamental Period Has an Impact on the Rejection of Jesus as the Messiah". An exploration of the political context of the Intertestamental period will highlight the rulers who ruled in the period between the Old and New Testaments which is about 400 years apart. What was the political condition of the Jewish nation at that time? The political, religious and social atmosphere at that time changed significantly. As a colonized nation, they certainly experienced oppression, not being free to carry out their religious rituals. In such conditions, they hoped for the presence of a Messiah who would free them from colonialism. The time came for the fulfillment of the prophecies of the prophets about the expected Messiah, namely Jesus the Nazarene, but they rejected Him because it did not match their political expectations.Bila kita ingin memahami Perjanjian Baru lebih dalam dan luas, maka tidak cukup menafsirkannya dari teks yang kita baca, tetapi sangat penting memahami konteks yang melatarbelakangi teks tersebut. Sebab Perjanjian Baru sarat dengan konteks politik, sosial, budaya, ekonomi, geografis, biografi, yang berbeda jauh dengan konteks kita masa kini. Sangat disarankan untuk belajar Teologi Intertestamental, karena teks Perjanjian Baru sangat berkaitan erat dengan konteks periode Intertestamental, memang kita tidak mungkin membangun teologi dari masa Intertestamental, akan tetapi periode tersebut memberikan sumber informasi yang penting untuk teologi Perjanjian Baru. Misalnya, pertanyaan teologis yang muncul ketika kita membaca Perjanjian Baru, ialah: Mengapa bangsa Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias?, Mengapa Sanhendrin menolak Yesus? Sekalipun mereka terdiri dari kelompok yang berbeda aliran dan sering bentrok, akan tetapi dalam hal menolak Yesus sebagai Mesias mereka nampaknya kompak bersatu menolak dan menyetujui keputusan pengadilan Romawi untuk menghukum mati Yesus. Tentunya konteks politik masa Intertestamental akan memberikan jawaban. Terkait dengan pertanyaan tersebut, maka penting artinya untuk membahas topik: “Konteks Politik Masa Intertestamental Berdampak Pada Penolakan Yesus Sebagai Mesias”. Penelusuran tentang konteks politik masa Intertestamental akan menyoroti para penguasa yang memerintah pada masa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terpaut waktu sekitar 400 tahun. Bagaimana kondisi politik bangsa Yahudi pada masa itu? Suasana politik, agama dan sosial pada masa itu berubah secara signifikan. Sebagai bangsa yang terjajah, mereka tentunya mengalami penindasan, tidak bebas menjalankan ritual agamanya. Dalam kondisi seperti itu, mereka mengharapkan hadirnya seorang Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan. Tiba waktunya penggenapan nubuatan para nabi tentang Mesias yang dinantikan, yaitu Yesus Orang Nasaret, tetapi mereka menolak-Nya karena tidak sesuai dengan harapan politis mereka.
Kompetensi Profesional Guru dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Neni Viani; Yonatan Alex Arifianto
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.250

Abstract

Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan seorang guru dalam proses belajar mengajar. Kompetensi profesional guru juga membutuhkan keahlian yang benar-benar yang dimiliki oleh seorang guru profesional. Proses pembelajaran Agama Kristen kompetensi professional seorang guru juga sangat dibutuhkan apalagi pada zaman yang semakin berkembang saat ini. Seorang pendidik Agama Kristen juga haruslah memiliki kepribadian yang baik sehigga dapat menjadi teladan bagi para peserta didiknya sebagimana meneladani Yesus Kristus. Bukan hanya memiliki kepribadian baik saja tetapi spiritualitasnya juga haruslah benar-benar dimiliki oleh seorang pengajar Agama Kristen. Sebagai pendidik Agama Kristen yang diajarkan haruslah berpusat pada Alkitab yang menjadi dasar materi dalam pembelajaran sehingga apa yang akan disampaikan sesuai dengan ajaran Kristen yang berpusat pada Alkitab. Penulis menggunakan metode penelitian kulitatif dan metode deskriptif dengan melakukan studi Pustaka terhadap penelitian ini. Jadi, kompetensi professional guru dalam proses pembelajaran PAK adalah usaha seorang guru yang harus memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam pembelajaran PAK yang harus berpusat pada Alkitab.
Dampak Pluralisme terhadap Penyampaian Amanat Agung di Era Digital Yovianus Epan; Sandi Naftali; Yulius Subari Putra; Prananto Prananto; Fransiskus Irwan Widjaja
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.293

Abstract

Dalam dunia pluralis, kekristenan dihadapkan pada tantangan yang serius, pluralis menerapkan keharmonisan dalam keberagaman untuk menciptakan kedamaian. Setiap orang merasa perlu terbuka terhadap agama, suku, dan budaya. Hal ini juga berarti bahwa setiap orang juga bebas menjalankan kebenaran yang diyakininya. Dampaknya setiap orang bebas menjalankan agamanya masing-masing tanpa ada intervensi dari agama maupun kelompok lain, dan ini menyebabkan setiap agama tidak dapat menjalankan ekspansi jiwa-jiwa dengan bebas untuk menjadi pengikutnya meskipun pluralisme memiliki cara untuk membicarakan agama melalui cara berdialog. Hal ini juga berdampak bagi penyampaian amanat agung yang menjadi terbatas sehingga orang percaya tidak termotivasi lagi dalam menyampaiakn kabar baik karena adanya dampak pluralisme. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi dan komunikasi juga memberikan peluang bagi pemberitaan kabar baik di tengah masyarakat pluralis (sosial media). Adapun kebaruan yang ditawaran dalam penelitian ini juga berpangakal dari penelitan sebelumnya, seperti yang dikemukakan oleh Fransiskus Irwan Widjaja menandaskan bahwa kelompok agama perlu melihat kambali tanggung jawabnya agar dapat berkerja sama, dan bertindak sebagai distributor rahmat Tuhan dalam eskalasi keharmonisan dan kedamaian agama-agama. Selaras juga dengan apa yang ditulis oleh Y. Hariprabowo dalam kesimpulan yang paparkan dalam penelitiannya bahwa dialog merupakan unsur dasar dalam misi evangelikal, yang memperkenalkan nilai-nilai dari Injil. Kedua penelitian tersebut sudah mengemukakan dampak pluralisme dan penyampaian amanat agung sehingga penulisan ini menawarkan dampak plurlisme terhadap penyampaian amanat agung era digital. Data-data yang diperoleh diharapkan dapat membantu orang percaya untuk mengambil celah pemberitaan injil di era digital.Kata Kunci: Pluralisme; Amanat Agung; dan Era Digital
Keteladanan Guru Pendidikan Agama Kristen yang Memiliki Karakter Kristus terhadap Peserta Didik di Sekolah Indah Istapawati
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.305

Abstract

Guru Pendidikan Agama Kristen bertugas tidak melulu hanya melakukan transfer pengetahuan, namun juga harus dapat menjadi sarana berkat, membimbing siswa untuk melakukan apa yang dipelajari berhubungan dengan iman Kristen. Banyak sekali peristiwa dimana seorang pendidik yang mengajar namun tidak ditanggapi, mengajar  namun dilupakan, dan dirasakan kehadirannya namun tidak  diikuti. Setiap  guru Pendidikan Agama Kristen pasti mengharapkan agar siswa yang mereka ajar dapat meneladani  hidupnya, mengalami transformasi hidup,  menemukan inspirasi dalam  hidup, dan  tentu menjadi  pribadi yang lebih positif dari sebelumnya. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menemukan karakteristik dari guru Pendidikan Agama Kristen yang memiliki karakter Kristus yang diimplementasikan dalam memberikan teladan kepada peserta didik. Metode yang digunakan adalah kajian terhadap sumber-sumber pustaka dan melakukan sebuah pemaparan dalam sebuah kerangka topik terkait. Hasil penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Kristen yang berkarakter Kristus adalah guru yang sudah lahir baru, yang sungguh-sunguh mengasihi dan memahami peserta didkinya dengan baik, menerima keberadaan peserta didik, serta rela menderita dan berkorban.
Interkoneksi antara Anak Muda, Usaha Mencari Pasangan dan Pendampingan Pastoral Friendly Simbolon
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.314

Abstract

Bagi sebagian anak muda, mencari pasangan adalah hal yang sulit. Banyak faktor yang mengakibatkan kondisi ini terjadi. Kurang memiliki rasa percaya diri, terlalu memilih, dan kepribadian yang introvert. Perlu sebuah metode pendampingan yang cocok dengan pola pikir anak muda agar mereka tidak salah mencari pasangan hidup. Metodologi yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan studi literatur untuk mendapatkan model praktis pendampingan yang diperlukan oleh anak muda. Hasilnya adalah pendampingan yang diperlukan kepada anak muda agar mereka mendapatkan pasangan hidup yang benar adalah dengan menggunakan metode pendampingan konseling. Pendekatan pendampingan ini  dilakukan dengan membangun dan mengelola hubungan dengan Anak Muda, mengenal mereka satu sama lain sambil menetapkan ekspektasi mereka.
Sikap Waspada terhadap Cinta Uang Berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada Pelaku Investasi Saham Ermiyati Ermiyati; Setya Budi Tamtomo; Asih Rachmani Endang Sumiwi
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.319

Abstract

One of the responsibilities of humans towards themselves and their families is to provide for themselves and their families by working to earn money. Another effort that humans make to meet their financial needs is by investing in stocks as savings in the future. Stock investment does promise profits, but on the other hand it can ensnare people to the love of money. By analyzing 1 Timothy 6:9-10 according to hermeneutic principles, this study aims to explain the meaning of love of money according to 1 Timothy 6:9-10 and explain awareness of the love of money based on 1 Timothy 6:9-10 for stock investors. The results of this study, the love of money is inclined towards wealth and means chasing money by justifying all means. Stock investors need to be vigilant when investing in stocks so as not to incline their hearts to the wealth of investment results.Salah satu tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan keluarga adalah mencukupi kebutuhan diri maupun keluarganya dengan cara bekerja untuk mendapatkan uang. Usaha lain yang dilakukan manusia untuk mencukupi kebutuhan keuangannya adalah dengan cara melakukan investasi saham sebagai tabungan di masa depan. Investasi saham memang menjanjikan keuntungan, tetapi di sisi lain dapat menjerat orang kepada cinta uang. Dengan menganalisis 1 Timotius 6:9-10 sesuai prinsip-prinsip hermeneutika, penelitian ini bertujuan menjelaskan arti cinta uang menurut 1 Timotius 6:9-10 dan menjelaskan kewaspadaan terhadap cinta akan uang berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada pelaku investasi saham. Hasil dari penelitian ini, cinta uang adalah mencondongkan hati kepada kekayaan dan berarti memburu uang dengan menghalalkan segala cara. Pelaku investasi saham perlu waspada ketika melakukan investasi saham agar tidak mencondongkan hati kepada kekayaan hasil investasi.
Dampak Konteks Politik Masa Intertestamental pada Penolakan Yesus Sebagai Mesias Janes Pelealu
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.312

Abstract

If we want to understand the New Testament more deeply and broadly, it is not enough to interpret it from the text we read, but it is very important to understand the context behind the text. Because the New Testament is full of political, social, cultural, economic, geographical, biographical contexts, which are very different from our present context. It is highly recommended to study Intertestamental Theology, because the New Testament text is very closely related to the context of the Intertestamental period, indeed we cannot build theology from the Intertestamental period, but this period provides an important source of information for New Testament theology. For example, the theological questions that arise when we read the New Testament, are: Why did the Jews reject Jesus as the Messiah?, Why did the Sanhendrin reject Jesus? Even though they consist of groups of different sects and often clash, in terms of rejecting Jesus as the Messiah, they seem to be united in rejecting and agreeing to the decision of the Roman court to put Jesus to death. Of course the political context of the Intertestamental period will provide an answer. In relation to this question, it is important to discuss the topic: "The Political Context of the Intertestamental Period Has an Impact on the Rejection of Jesus as the Messiah". An exploration of the political context of the Intertestamental period will highlight the rulers who ruled in the period between the Old and New Testaments which is about 400 years apart. What was the political condition of the Jewish nation at that time? The political, religious and social atmosphere at that time changed significantly. As a colonized nation, they certainly experienced oppression, not being free to carry out their religious rituals. In such conditions, they hoped for the presence of a Messiah who would free them from colonialism. The time came for the fulfillment of the prophecies of the prophets about the expected Messiah, namely Jesus the Nazarene, but they rejected Him because it did not match their political expectations.Bila kita ingin memahami Perjanjian Baru lebih dalam dan luas, maka tidak cukup menafsirkannya dari teks yang kita baca, tetapi sangat penting memahami konteks yang melatarbelakangi teks tersebut. Sebab Perjanjian Baru sarat dengan konteks politik, sosial, budaya, ekonomi, geografis, biografi, yang berbeda jauh dengan konteks kita masa kini. Sangat disarankan untuk belajar Teologi Intertestamental, karena teks Perjanjian Baru sangat berkaitan erat dengan konteks periode Intertestamental, memang kita tidak mungkin membangun teologi dari masa Intertestamental, akan tetapi periode tersebut memberikan sumber informasi yang penting untuk teologi Perjanjian Baru. Misalnya, pertanyaan teologis yang muncul ketika kita membaca Perjanjian Baru, ialah: Mengapa bangsa Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias?, Mengapa Sanhendrin menolak Yesus? Sekalipun mereka terdiri dari kelompok yang berbeda aliran dan sering bentrok, akan tetapi dalam hal menolak Yesus sebagai Mesias mereka nampaknya kompak bersatu menolak dan menyetujui keputusan pengadilan Romawi untuk menghukum mati Yesus. Tentunya konteks politik masa Intertestamental akan memberikan jawaban. Terkait dengan pertanyaan tersebut, maka penting artinya untuk membahas topik: “Konteks Politik Masa Intertestamental Berdampak Pada Penolakan Yesus Sebagai Mesias”. Penelusuran tentang konteks politik masa Intertestamental akan menyoroti para penguasa yang memerintah pada masa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terpaut waktu sekitar 400 tahun. Bagaimana kondisi politik bangsa Yahudi pada masa itu? Suasana politik, agama dan sosial pada masa itu berubah secara signifikan. Sebagai bangsa yang terjajah, mereka tentunya mengalami penindasan, tidak bebas menjalankan ritual agamanya. Dalam kondisi seperti itu, mereka mengharapkan hadirnya seorang Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan. Tiba waktunya penggenapan nubuatan para nabi tentang Mesias yang dinantikan, yaitu Yesus Orang Nasaret, tetapi mereka menolak-Nya karena tidak sesuai dengan harapan politis mereka.

Page 1 of 2 | Total Record : 14