cover
Contact Name
Dr. Evi Mu'afiah
Contact Email
muafiahevi@gmail.com
Phone
(0352) 481277
Journal Mail Official
-
Editorial Address
LPPM IAIN Ponorogo Jl. Pramuka No.156 Ponorogo
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam
ISSN : 19076371     EISSN : 25279254     DOI : -
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam is a journal based on Islamic research published by Institute for Research and Community Services, State Islamic Institute of Ponorogo. This journal first published in 2007 to facilitate the publication of research, articles, and book review. The Journal issued biannually in June and December.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2 (2022)" : 10 Documents clear
REFLECTION OF HUYULA TIAYO'S VALUE IN WAGE ACCOUNTING PRACTICES: ISLAMIC ETHNOMETHODOLOGY STUDY Mohamad Anwar Thalib
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.4830

Abstract

Refleksi Nilai Huyula Tiayo pada Praktik Akuntansi Upah: Studi Etnometodologi Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkonstruksi cara masyarakat Gorontalo mempraktikkan akuntansi upah. Paradigma yang digunakan adalah paradigma Islam, Etnometodologi Islam dipilih sebagai pendekatan penelitian Terdapat lima tahapan analisis data yaitu; amal, ilmu, iman, informasi wahyu, dan ihsan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua jenis upah yang diterima oleh warga saat membantu dihajatan pernikahan, yaitu upah uang dan upah bukan uang. Upah uang diterima melalui cara diberikan langsung oleh pihak yang mengadakan hajatan. Upah bukan uang diterima melalui cara meminta kepada pihak yang mengadakan hajatan. Praktik akuntansi upah tersebut hidup dengan semangat tolong menolong pada pelaksanaan upacara pernikahan atau dalam kebudayaan masyarakat Gorontalo kegiatan tersebut dikenal dengan istilah atau nilai huyula ti’ayo. Nilai yang seirama dengan perintah-Nya dalam Quran Surat Al Maidah ayat 2. Penelitian ini memberikan kontribusi tentang hadirnya konsep praktik akuntansi upah berbasis nilai kearifan lokal masyarakat Gorontalo. [Reflection Of Huyula Tayo's Value In Wage Accounting Practices: Islamic Ethnomethodology Study. The purpose of this study is to construct the way the people of Gorontalo practice wage accounting. The paradigm used is Islam, with an Islamic ethnomethodology approach. There are five stages of data analysis; amal, ilmu, iman, informasi wahyu, and ihsan. The results showed that there were two types of wages received by residents when helping with celebrations; cash and non-monetary wages. Money-type wages are received by way of being given directly by the party holding the celebration. Non-monetary wages are received by asking the party holding the celebration. The practice of accounting for wages lives in the spirit of helping at the wedding ceremony (huyula ti’ayo). Values that are in tune with His commands in Q.S Al Maidah: 2. This research contributes to the existence of the concept of wage accounting practices based on the value of local wisdom of the Gorontalo community]
THE CONCEPT OF MONOTHEISM ACCORDING TO JUNAYD AL-BAGHDA>DI> AND ITS IMPLEMENTATION FOR MODERN COMMUNITY Anis Hidayatul Imtihanah; Asep Syahrul Mubarok
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.3301

Abstract

Tasawuf merupakan salah satu disiplin ilmu klasik dalam kajian Islam. Artikel ini mengupas pemikiran salah satu tokoh besar tasawuf, Junaydal-Baghda>di>, tentang konsep tauhid. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep tauhid dalam pandangan Junayd al-Baghda>di> dan bagaimana implementasi konsep tauhid Junayd al-Baghda>di> pada era kontemporer. Metode dalam makalah ini adalah penelitian kepustakaan. Ini melibatkan mengidentifikasi dan menemukan sumber yang memberikan informasi faktual. Artikel ini menyimpulkan bahwa konsep tauhid Junayd al-Baghda>di> didasarkan pada kematian (kefanaan). Artinya lenyapnya sifat-sifat manusia, akhlak tercela, dan kebodohan seorang sufi selanjutnya sifat ketuhanan, akhlak mulia, dan ilmu yang abadi dalam dirinya. Dengan demikian, penerapan konsep tauhid-kematian bagi umat awam di era modern ini adalah memadukannya dengan amalan spiritual (riyadhoh) melalui tiga tahapan seperti takhalli, tahalli, dan tajalli. [Sufism is one of the classical disciplines in the Islamic studies. This article explores the thoughts of one of the great figure in Sufism, Junaydal-Baghda>di>, about the concept of monotheism. The problem in this research is how the concept of monotheism in Junayd al-Baghda>di>'s view and how the implementation of Junayd al-Baghda>di>'s concept of monotheism in the contemporary era. The method in this paper is library research. It involves identifying and locating sources that provide factual information. This article concludes that Junayd al-Baghda>di>'s concept of monotheism is based on mortality (kefanaan). It means the disappearance of human traits, despicable morals, and ignorance of a Sufi subsequently the eternal nature of divinity, noble character, and knowledge in him. Thus, the implementation of the concept of monotheism-mortality for ordinary people in this modern era is to combine it with spiritual practice (riyadhoh) through three stages such as takhalli, tahalli, and tajalli.]
QUESTIONING ZAKAT PROFESSION AND ITS CONTROVERSIES IN THE CONTEMPORARY ERA
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.4694

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal mendasar terkait keberadaan zakat profesi dan membahas berbagai konsekuensi zakat di era kontemporer. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zakat profesi merupakan hal yang baru dimana jenis zakat ini belum pernah ada sebelumnya di masa Nabi. Zakat ini diketahui baru muncul pada abad ke-20 dengan digagas oleh salah seorang ulama kontemporer, Yusuf Qardhawi, melalui karyanya yang berjudul Fiqh Az-Zakat. Munculnya zakat memicu berbagai pro dan kontra, terutama dari berbagai ulama fikih modern. Sebagian ulama kontemporer menentang keberadaan zakat ini karena dianggap tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah, juga tidak memiliki dalil dan nash yang jelas. Di sisi lain, pendapat ulama yang mendukung zakat dalam profesi ini didasarkan pada penafsiran pemotongan Q.S Al-Baqarah ayat 276 tentang kewajiban memberikan sebagian dari hasil usaha yang wajar. Ada beberapa perbedaan pendapat tentang penanaman zakat dalam profesi ini, antara lain zakat pertanian, zakat emas, zakat perdagangan, dan zakat rikhaz. [This study aims to review essential matters related to the existence of professional Zakat and the various controversies that cover Zakat in the contemporary era. The research method used is a literature study. From the study results, it is known that professional Zakat is a new case where this type of Zakat never existed before in the time of the Prophet. This Zakat is known to have only emerged in the 20th century with the idea of a contemporary scholar, Yusuf Qardhawi, through his work entitled Fiqh Az-Zakat. The emergence of Zakat has triggered various pros and cons, mainly from various modern fiqh scholars. Some contemporary scholars oppose the existence of this Zakat because they are considered to have never been exemplified by the Prophet and do not have clear arguments and texts. On the other hand, the opinion of scholars who support professional Zakat is based on the interpretation of the excerpt of Q.S. Al-Baqarah verse 276 regarding the obligation to pay Zakat on a portion of the results of a good business. There are several differences of opinion regarding the analogy of Zakat in this profession, which include the metaphor of Zakat on agriculture, Zakat on gold, Zakat on trade, and Zakat on wealth.]
WOMEN AND NETWORKING AUTHORITY IN BOARDING SCHOOL: THE BACKGROUND AND LIFE HISTORY PERSPECTIVE Evi Muafiah; Lutfiana Dwi Mayasari; Ulfa Wulan Agustina
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.5327

Abstract

Kepemimpinan boarding school identik dengan peran seorang kyai. Masyarakat yang patriarki, dan narasi ekstrimis yang melegitimisasi konsep domestikasi meletakkan perempuan sebagai masyarakat kelas dua. Begitu juga dengan nyai, diposisikan sebagai pendampaing kyai dan pengatur kebutuhan dometik di boarding school saja. Dengan latar kondisi yang sedemikian rupa, maka keberadaan nyai sebagai sosok baru dalam boarding school dewasa ini menarik untuk dianalisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi gender. Adapun perspektif life history digunakan untuk menjelaskan persoalan individual dan bagaimana relevansinya dalam pembentukan budaya dan masyarakat secara umum. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama, perempuan dan jejaring kekuasaan di boarding school dimulai dari diadakannya kongres KUPI pertama pada 2017. Kedua, kecakapan perempuan dalam memimpin boarding school Mahasina didukung oleh keterlibatan nyai dalam politik praktis, pendidikan formal dan informal, serta pengalaman tergabung dengan NGO yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan. Perempuan dan jejaring kekuasaan yang dibangun di boarding school ini membentuk kesadaran masyarakat. Bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam kepemimpinan termasuk didalamnya kepemimpinan agama. [The leadership of the boarding school is identical to the role of a kyai. A patriarchal society, and extremist narratives that legitimize the concept of domestication place women in a second-class society. Likewise, nyai are positioned as kyai's companion and regulator of domestic needs in boarding schools. With the background of such conditions, the existence of nyai as a new figure in boarding schools today is interesting to analyze. This study uses a gender anthropological approach. The life history perspective is used to explain individual problems and how they are relevant to the formation of culture and society in general. Methods of data collection are done by using an interview and observation. The results showed that women and power networks in boarding schools started from holding the first KUPI congress in 2017. Second, women's skills in leading the Mahasina boarding school are supported by the involvement of nyai in practical politics, formal and informal education, as well as their experience of joining NGOs engaged in empowering women. Women and the power network built in this boarding school form public awareness. That women and men have equal rights in leadership, including religious leaders. Keywords: boarding school network; woman; student; KUPI
THE IMPACT OF COMMUNITY INTEREST IN SENDING CHILDREN TO IBTIDAIYAH MADRASAH ON THE REDUCTION IN THE NUMBER OF ELEMENTARY SCHOOLS IN PONOROGO REGENCY Mukhlison Effendi; Galih Akbar Prabowo
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.4863

Abstract

Penurunan jumlah SD dari tahun 2015 hingga tahun 2019 di Kabupaten Ponorogo sebanyak 12 sekolah dalam waktu 5 tahun. Terdapat kenaikan sebanyak 14 sekolah MI dalam waktu 5 (2015-2019) tahun di Kabupaten Ponorogo.Faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat untuk menyekolahkan anak di MI adalah faktor ketertarikan, perasaan senang dan perhatian. Nilai signifikan dari hasil perhitungan regresi menunjukkan angka 0,000<0,05 sehingga H0 ditolak. Nilai signifikan yang kurang dari 0,05 menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh persepsi orang tua terhadap minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MI. [Decreasing the number of elementary schools from 2015 to 2019 in Ponorogo District was 12 schools in 5 years. There has been an increase of 14 MI(Madrasah Ibtidaiyah) in 5 (2015-2019) years in Ponorogo Regency. Factors affecting the community's interest in sending children to MI are factors of interest, feelings of pleasure and attention. Significant value of the results of the regression calculation shows the number 0,000 <0.05 so that H0 is rejected. Significant value of less than 0.05 indicates the result that there is an influence of parental perceptions of parents' interest in sending their children to MI.]
EFFECT OF GLOBALIZATION ON KOREAN CULTURE WAVE VERSUS ISLAMIC CULTURE: A CASE STUDY Rahmi Faradisya Ekapti; Lukman Hakim
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.5299

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana budaya Korea dapat berkembang begitu pesat di Indonesia, terutama di Kota Ponorogo dan kedua untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berdampak bagi mahasiswa Islam di Ponorogo setelah masuknya budaya korea ini. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan, kata-kata yang diucapkan, dan perilaku orang atau objek yang diamati. Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya diperoleh dari responden beberapa instansi di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Ponorogo yang sesuai dengan kriteria dan fokus penelitian ini, baik data wawancara maupun dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya Korea berkembang secara masif melalui komoditas hiburan yang pada akhirnya iklan produk di Indonesia banyak menggunakan artis Korea. Terdapat dampak negatif yang ditimbulkan oleh Korean wave karena mengurangi aktivitas keagamaan mahasiswa muslim, seperti menunda sholat. Lagipula, mereka melihat film Korea dan mengidolakan tokoh Korea secara berlebihan. Dapat disimpulkan dalam kategori sedang, jika kita persentase sekitar 60% dari total responden yang menjawab alasan faktor yang mempengaruhi mereka untuk menjadi penggemar Budaya Korea. [This study aims to analyze how Korean culture can develop so rapidly in Indonesia, especially in Ponorogo City and secondly to analyze what factors impact Islamic students in Ponorogo after the entry of Korean culture. The research method used is qualitative. Qualitative method is research that produces descriptive data in the form of writing, spoken words, and the observed behavior of people or objects. The data used in this study were all obtained from respondents from several institutions at the Islamic Religious College in Ponorogo who fit the criteria and focus of this research, both interview data and documents. The results of this study indicate that Korean culture developed massively through entertainment commodities, which in the end product advertisements in Indonesia used Korean artists a lot. There was a negative impact caused by the Korean wave because it reduced the religious activities of Muslim students, such as postponing prayers. After all, they watch Korean movies and idolize Korean characters excessively. It can be concluded in the medium category, if we take a percentage of around 60% of the total respondents who answered the reasons for the factors that influenced them to become fans of Korean culture.]
PEREMPUAN BERPAYUNG MAQASID: TELAAH PEMIKIRAN KALIS MARDIASIH Ahmad Natsir
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.5240

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap pemikiran Kalis Mardiasih yang tersebar di berbagai esai-esainya. Berbagai tulisan  Kalis yang muncul merupakan bentuk respon kegelisahannya atas fenomena kemanusiaan dan keberagamaan dalam masyarakat. Peristiwa perundungan dengan simbol agama, diskriminasi terhadap perempuan, serta isu-isu kemanusiaan telah memotivasinya untuk menulis kemudian mendakwahkan keadilan, kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan tetap dalam bingkai Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan kerangka kerja delapan poin  telaah Amin Abdullah. Namun penelitian ini hanya memanfaatkan lima poin yang telah digariskan oleh Amin Abdullah. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa, Kalis Mardiasih mnggunakan pijakan maqasid al-shariah  dengan hifz al-nafs, dan hifz al-din sebagai kata kunci dalam merespon fenomena yang terjadi. Pembelaannya terhadap perempuan, dan kaum minoritas menggunakan hifz al-din sementara kampanyenya akan Islam yang ramah dan damai menggunakan akar hifz al-din. Dengan ini Kalis Dapat dikatakan sebagai penerus dakwah universalisme Islam yang dikembangkan oleh Abdurrahman Wahid. [This paper aims to reveal the thoughts of Kalis Mardiasih spread inhervarious essays. Kalis's various writings appeared to respond toheranxiety over the phenomenon of humanity and religion in society. Instances of bullying with religious symbols, discrimination against women, and humanitarian issues have motivated her to write and then indict justice; equal rights between men and women remain within the frame of Islam. This qualitative research uses the eight-point framework of Amin Abdullah's study. However, this study only took advantage of the five points outlined by Amin Abdullah. This study concludes that Kalis Mardiasih uses the footing of maqasid al-shariah with hifz al-nafs, and hifz al-din as keywords in responding to the phenomenon that occurs. her defense of women and minorities used hifz al-din, while her campaign for a friendly and peaceful Islam used the roots of hifz al-din. With this, Kalis Can be said to be the successor to the proselytizing of Islamic universalism developed by Abdurrahman Wahid.]
FENOMENA FLAXING DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Yuliana Mustamin
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.4899

Abstract

Fenomena perilaku pamer di media sosial yang dinamai kekinian yakni, “flexing”. Perilaku pamer ini erat kaitanya dengan materi melekat dengan individu sebagai pembentuk kelompok. Perilaku flexing penting untuk dikaji dalam pandangan Ekonomi Islam karena, fenomena pengendalian diri yang kurang sehingga konsumsi yang berlebihan dan tidak penting, bermudah-mudahan melakukan pamer, mental ingin cepat kaya, menepis batas halal dan haram dan jauh dari sifat seorang muslim. Adapun metode yang digunakan pada tulisan ini adalah kualitatif deskriptif, sumber-sumber kajian pada tulisan ini bersumber dari jurnal-jurnal, buku-buku, berita, pendapat, dapat pula dikatakan sebagai literatur review. Penelitian ini tidak menguji hipotesis melainkan mengkaji fenomena-fenomena yang sedang terjadi. Islam menjunjung tinggi kebermanfaatan dan sebisa mungkin menghindari sebaliknya. Walapun flexing juga sering digunakan untuk strategi marketing saat ini yang berguna untuk dunia pemasaran, namun flexing memberi dampak negatif beragam mendorong pasar yang minim manfaat, konsumsi yang tidak perlu untuk social climber dan ternyata adalah life trap, tidak terjaga dan terpeliharanya akal serta harta, jauh dari keseimbangan ekonomi skala individu, perusaahan bahkan negara jika meliputi sirkulasi perekonomian mikro dan makro.  Islam telah menentukan standar hidup setiap individu bahkan kelompok. Melebihi standar normatif yang diatur manusia itu sendiri. Karakter ekonomi Islam yang berbeda dengan sistem ekonomi di luar Islam, menjadikan ekonomi Islam sebagai jalan yang seharusnya ditempuh bukan sebagai alternatif. Islam adalah agama yang sempurna paripurna. Mengatur tatanan peradaban sampai pada perilaku individu. [The phenomenon of showing off behavior on social media is called the present, namely, "flexing". This showing off behavior is closely related to the material attached to the individual as a forming group. Flexing behavior is important to review in the view of Islamic Economics because, the phenomenon of lack of self-control results in excessive and unnecessary consumption, hopefully showing off, the mentality of wanting to get rich quickly, getting rid of the boundaries of halal and haram and far from the nature of a Muslim. The method used in this paper is descriptive qualitative, the sources of study in this paper come from journals, books, news, opinions, it can also be said as a literature review. This research does not test the hypothesis but examines the phenomena that are happening. Islam upholds usefulness and as much as possible avoids the opposite. Even though flexing is also often used for current marketing strategies that are useful for world marketing, flexing has various negative impacts, pushing markets that have minimal benefits, unnecessary consumption for social climbers and it turns out to be a life trap, not maintaining and maintaining reason and wealth, far from the economic balance of the individual, company and even the state scale if it includes micro and macro economic accountability. Islam has determined the standard of living of every individual and even group. Exceeding the normative standards that govern the man himself. The character of the Islamic economy, which is different from non-Islamic economic systems, makes Islamic economics a path that should be taken, not an alternative. Islam is a complete perfect religion. order of civilization order to individual behavior.]
PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK (STUDI KASUS DI MTs SUNAN KALIJAGA BOJONG) Riska Amalia
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.5353

Abstract

Guru Akhlak Aqidah memiliki peran penting yang sangat erat kaitannya dengan berbagai masalah akhlak. Guru Aqidah Akhlak yang memiliki kompetensi dalam mengajar akan mampu membangkitkan minat belajar siswanya. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada peran guru Akidah Akhlak dalam meningkatkan minat belajar siswa, sehingga rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Peran Guru Akidah Akhlak dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa di MTs Sunan Kalijaga Bojong? ". Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yang berlokasi di MTs Sunan Kalijaga Bojong dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian: Pertama, peran guru Akidah Akhlak dalam meningkatkan minat belajar siswa di MTs Sunan Kalijaga Bojong yaitu dengan cara mendidik, memotivasi, menasihati, keteladanan bagi siswa. Guru Akidah Akhlak telah menjalankan perannya dengan baik bersama siswanya, baik saat pembelajaran berlangsung maupun di luar pembelajaran. Kedua, faktor pendukung: (a) adanya buku penunjang pembelajaran; (b) peraturan sekolah yang baik; (c) fasilitas sekolah yang memadai; dan (d) ruang belajar yang baik. Ketiga, faktor penghambat: (a) kurangnya media pembelajaran; (b) kurangnya kerjasama antara guru dan siswa; dan (c) siswa yang masih pasif dalam belajar. Keempat, solusi: (a) guru harus lebih mampu memahami siswa akan pentingnya belajar; (b) guru harus memiliki pengetahuan yang luas; (c) tidak memaksakan hak siswa; (d) keadilan dan toleransi bagi peserta didik; dan (e) guru bekerja sama dengan siswa dan orang tua untuk merangsang minat belajar siswa. [Akhlak Aqidah teacher has an important role that is very closely related to various moral problems. Teachers of Aqidah Akhlak who have competency in teaching will be able to arouse their students' interest in learning. In this study, researchers focused on the role of the Akidah Akhlak teacher in increasing students' learning interest, so that the formulation of the problem was "What is the Role of the Akidah Akhlak Teacher in Increasing Student Interest in Learning at MTs Sunan Kalijaga Bojong?". The type of research used is field research located at MTs Sunan Kalijaga Bojong using a qualitative descriptive approach. The results of the study: First, the role of the Akidah Akhlak teacher in increasing students' interest in learning at MTs Sunan Kalijaga Bojong, namely by educating, motivating, advising, exemplary for their students. Akidah Akhlak teachers have done good to their students, when learning takes place and outside of learning. Second, the supporting factors: (a) there are books to support learning; (b) good school regulations; (c) adequate school facilities; and (d) a good learning space. Third, the inhibiting factors: (a) lack of learning media; (b) lack of cooperation between teachers and students; and (c) students who are still passive in learning. Fourth, solutions: (a) teachers must be better able to understand students in the importance of learning; (b) teachers must have broad knowledge; (c) does not impose the rights of students; (d) fairness and tolerance for students; and (e) the teacher cooperates with students and parents to stimulate students' interest in learning.]
EDUCATIONAL IDEAL CURRICULUM ISLAM AS AN EDUCATIONAL BLUEPRINT (HOPE, CHALLENGE, AND UPDATE) Afif Syaiful Mahmudin
Kodifikasia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v16i2.5001

Abstract

Kurikulum pendidikan Islam ideal ialah yang fleksibel serta dinamis dan bisa menyelesaikan tantangan maupun problematika yang ada sekaligus mampu mengakomodir kebutuhan-kebutuhan manusia modern. Mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dirumuskan dan dikembangkan kurikulum pendidikan Islam yang ideal agar tujuan dari pendidikan Islam sendiri dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah literature review dari berbagai pemikiran tokoh pendidikan Islam kontemporer. Hasil yang diperoleh ialah, pembaruan dalam pendidikan Islam tentunya masalah kurikulum yakni dengan peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh Swt, pemberian basic competencies ilmu-ilmu keislaman sebagai ciri khas pendidikan Islam, penyaluran bakat, minat dan kemampuan, pengembangan sumber daya manusia dan sumber daya bangsa di tengah-tengah kehidupan dunia. Juga dengan menghilangkan paham dikotomi dalam pendidikan Islam, mengadopsi keilmuan Barat dan tetap berorientasi sepenuhnya kepada pemurnian ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadits). [The ideal Islamic education curriculum is flexible and dynamic and can solve both challenges and challenges existing problems at the same time able to accommodate the needs of modern humans. Considering this, it is necessary to formulate and develop an ideal Islamic education curriculum so that the goals of Islamic education it self can be achieved. The method used in this study is a literature review of various thoughts from contemporary Islamic education figures. The results obtained are reforms in Islamic education, of course, curriculum issues , namely by increasing the quality of faith and devotion to Allah Swt, providing basic competencies of Islamic sciences as a characteristic of Islamic education, distribution of talents, interests, and abilities, development of human resources and national resources amid during in worldly life. Also by eliminating the notion of dichotomy in Islamic education, adopting Western scholarship, and remaining fully oriented towards the purification of Islamic teachings ( Al -Qur'an and Hadith).]

Page 1 of 1 | Total Record : 10