Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Tinjauan Manusia sebagai Gambar Allah Terhadap Kasus Human Trafficking di Indonesia Manintiro Uling
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 9 No 2 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v9i2.20

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas fenomena human trafficking yang marak terjadi di Indonesia yang ditinjau dari konsep manusia sebagai “gambar Allah” dalam antropologi Kristen. Adapun riset yang dilakukan adalah analisis literatur. Hasilnya adalah human trafficking bertentangan dengan ajaran Krsiten yang memandang bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah.
Dapatkah Doa Mengubah Kehendak Allah? Manintiro Uling
TE DEUM (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 10 No 1 (2020): Juli-Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v10i1.28

Abstract

Masalah dalam artikel ini adalah apakah benar doa orang percaya dapat mengubah kehendak Allah? Sebab terdapat pemahaman di kalangan orang Kristen tertentu, bahwa doa orang percaya memang dapat mengubah kehendak Allah. Karena itu tujuan artikel ini, adalah untuk memberikan jawaban apologetik sebagai upaya penjernihan terhadap ajaran Kristen yang ortodoks berkaitan dengan hakikat Allah dan system teologi injili. Metode penelitian dalam artikel ini adalah analisis literature. Kesimpulannya adalah doa tidak dapat mengubah kehendak Allah.
REAFIRMASI MONOTEISME TRINITARIAN TERHADAP KONSEP HENOTEISME DIKALANGAN ORANG KRISTEN Manintiro Uling
Missio Ecclesiae Vol. 9 No. 1 (2020): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v9i1.109

Abstract

Artikel ini memaparkan mengenai konsep monoteisme Trinitarian sebagai sebutan lain, dari doktrin Trinitas yang merupakan Theisme Kristen, sebagaimana yang diwahyukan Alkitab. Akan tetapi, pada kenyataannya pemahaman sebagian orang Kristen terhadap monoteisme Trinitarian seringkali tanpa disadari terjebak pada konsep henoteisme. Mengakui atau menyembah satu Allah, tetapi tidak menyangkali keberadaan allah-allah lain, sehingga muncullah klaim bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah yang unggul, daripada “allah-allah” lain. Itulah sebabnya pentingnya menegaskan kembali pemahaman monoteisme Trinitarian bagi setiap orang Kristen. Kajiannya akan menggunakan studi literatur Injili, berdiskusi dengan literatur dari non Injili untuk mengumpulkan berbagai data dari buku, dan jurnal yang relevan dengan topik yang dibahas. Ternyata monoteisme Trinitarian, bukanlah henoteisme. Henoteisme merupakan produk mitologi Yunani kuno, fenomena agama, tidak bersumber dari Alkitab dan bukanlah Allah sejati.
IMPLIKASIPRAKTIS-RELASIONAL DOKTRIN TRITUNGGAL: REFLEKSI INJILI Manintiro Uling
Missio Ecclesiae Vol. 8 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v8i2.149

Abstract

Orang Kristen ada dan hadir di tengah-tengah dunia yang plural. Sebab, pluralitas itu niscaya dalam hidup manusia. Realitas kemajemukan tidak bisa dihindari dan ditolak, sehingga berbeda itulah hidup, menerima perbedaan itulah indahnya hidup. Hidup bersama, meskipun berbeda dalam banyak hal, saling menerima satu dengan yang lain, demikianlah semestinya hidup dijalani. Akan menjadi Ironis, jika gaya hidup yang eksklusif, tertutup, dan isolatif, bahkan separatis yang ditampilkan. Namun faktanya, fenomena hidup yang eksklusif, tertutup dan cenderung hanya mau berbaur dengan yang sefaham, segolongan, dan sekeyakinan saja menjadi ciri khas sekelompok orang yang ekstrem atau singkatnya yang biasa disebut dengan gerakan radikalisme dan fundamentalisme.
Pekabaran Injil dalam konteks multikultural Rio Janto Pardede; Yatmini Yatmini; Manintiro Uling
Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vol 11 No 2 (2022): Januari-Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAPPI Ciranjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51828/td.v11i2.201

Abstract

Teologi merupakan dasar hidup aplikatif dalam bermurtikultural artinya teologi harus dapat diaplikasikan dalam konteks majemuk, selain berbicara tentang ajaran Tuhan juga berbicara antara relasi antara Allah dengan dunia dan manusia, relasi tersebut menunjukkan bahwa Allah sendiri bermultikultural atau masuk ketengah-tengah konteks budaya manusia, seharusnya demikian juga antara manusia dengan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa yang dimaksud dengan pekabaran Injil dalam konteks multikulktural dan sejauhmana penginjilan multikultural yang dilakukan Yesus kepada perempuan Samaria dapat diterapkan dalam konteks multikultural. Metode penelitian yang digunakan metode analisis isi yaitu untuk memukan makna kata yang ada dalam Alkitab. Hasil temuan dari analisis isi tentang prinsip teologis penginjilan multikultural Yesus kepada perempuan Samaria adalah 1) memahami konteks penerima Injil, 2) melakukan pendekatan persahabatan, 3) memahami kebutuhan yang terpenting, 4) menyinggung dosa, 5) membahas keterbatasan dan tujuan agama, 6) memberikan solusi yaitu iman, 7) menunggu respons dan tidak memaksakan respons saat itu.
Meninjau Ulang Pandangan Supralapsarianisme Dan Infralapsarianisme: Sebuah Klarifikasi Manintiro Uling; Rio Janto Pardede; Yatmini Yatmini
Manna Rafflesia Vol. 8 No. 2 (2022): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.183 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v8i2.234

Abstract

The purpose of this article is to review the views of supralapsarianism and infralapsarianism which are two views within the Reformed theology camp. These two views are often misunderstood, supralapsarianism is often seen as making God a sin-maker and God acting unjustly. On the other hand, infralapsarianism is accused of falling on Arminianism. This article is an attempt to clarify the misunderstanding of these two views. The method used in this article is a literature review in the presentation of argumentative main ideas. The results of this study indicate that both supralapsarianism and infralapsarianism cannot be said to be absolute antitheses, but there are also differences that supralapsarianism focuses on the ideal and theological, while infralapsarianism focuses on the historical structure of Bible teachings.
Peningkatan Perekonomian Mahasiswa Melalui Tekno Pangan: Pembuatan Jamu Beras Kencur Rio Janto Pardede; Yatmini Yatmini; Gunaryo Sudarmanto; Manintiro Uling; Zummy Anselmus Dami
Abdimas Universal Vol. 5 No. 1 (2023): April
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Balikpapan (LPPM UNIBA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36277/abdimasuniversal.v5i1.246

Abstract

The training on the production of herbal rice kencur is a simple training, with a small capital but has big benefits. And the herbal rice kencur has very good benefits for health. The students of the Indonesian Bible Institute are students who come from various cities in Indonesia, even herbal rice kencur is something new for them. The training method used is the delivery of materials and direct assistance from manufacture to marketing. The production of herbal rice kencur is very attractive to students, it can be seen from the conclusion of the questionnaire that became the evaluation material. The results showed: 1) The training on the production of herbal rice kencur was very beneficial for the participants, 2) Besides being easy and cheap to manufacture, the production of herbal medicine for rice kencur has a good market and many enthusiasts, 3) The profits from the production of herbal medicine for rice kencur are very promising, 4) The manufacture of herbal rice kencur can open up personal business and employment opportunities for people who are in economic difficulty. 5) Input to the Joshua Ministry and to the Indonesian Gospel Institute to continue to produce herbal rice kencur production activities to equip students.
Pendekatan Kotekstualisasi Misi Bagi Kaum Milenial Manintiro Uling; Yatmini Yatmini; Leniwan Darmawati Gea
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.166

Abstract

Topik kontektualisasi misi selalu relevan untuk dibahas, karena setiap era memiliki budaya masing-masing, termasuk era Milenial sudah pasti di dalamnya terdapat generasi di era tersebut. Ini penting untuk dipahami oleh gereja sebagai agen misi Allah bagi dunia. Kontekstualisasi juga merupakan upaya untuk memahami cara-cara komunitas Kristen menghayati Injil di tengah budaya non-Kristen dan tentang bagaimana menyeberangkan Injil ditengah-tengah konteks. Karena itu, tujuan artikel ini, adalah mengusulkan atau mengupayakan pendekatan kontekstualisasi yang relevan bagi generasi milenial. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini menggunakan studi lieratur. Penelitian studi literatur adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber primer dan sekunder baik berupa buku, skripsi, tesis dan artikel-artikel terkini. Untuk memfokuskan pembahasan maka penulis membuat dua pertanyaan untuk mengarahkan pembahasan: apa yang dimaksud dengan kaum milenial atau generasi milenial? dan pendekatan kontekstualisasi misi apa yang akan diusulkan? Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan maka temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa generasi milenial memiliki karakteristik yang unik, karena pengaruh kemajuan teknologi dan informasi dunia digital, sehingga masyarakatnya pun disebut sebagai masyarakat nitizen dengan budaya popular yang berkembang. Disamping itu juga, pandangan dunia yang mereka miliki inheren dengan pengaruh dunia maya sebagai tempat mengaktualisasi diri. Itulah sebabnya diperlukan pendekatan relasionalitas, inkarnatif dan eklesiastik, termasuk memanfaatkan media teknologi informasi untuk memberitakan Injil keselamatan.