NUGROHO, NANDIWARDHANA YUDHO
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB

THE PSYCHOLOGICAL CONDITION OF VIKTOR NAVORSKI IN HIS STRUGGLE OF HIS RIGHT IN ‘THE TERMINAL’ MOVIE NUGROHO, NANDIWARDHANA YUDHO
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.593 KB)

Abstract

Kata Kunci: id, ego, super ego, perjuangan hidup Film adalah bagian dari hidup, bentuk dominan dari ekspresi manusia. Sudah biasa jika orang menonton film dalam kehidupan sehari-hari sebagai hobi. Salah satu jenis film adalah film drama komedi. Berbeda dengan komedi yang mengharapkan untuk menjaga nada rendah yang konsisten dan tidak menantang beberapa penonton dengan memperkenalkan konten yang lebih serius. Terlebih lagi, “film drama-komedi terbuat dari elemen komedi dan drama, memiliki konten yang humoris dan serius. Film ‘The Terminal’ menceritakan seorang pria yang terperangkap di sebuah bandara di New York, Bandara Internasional John F. Kennedy saat dia ditolak masuk ke Amerika Serikat dan pada saat yang sama tak bisa kembali ke negaranya, negara fiktif Krakozhia, karena revolusi. Skripsi ini akan menjelaskan bagaimana karakter utama bertahan dari tekanan dan bagaimana dia beradaptasi dengan lingkungan. Untuk menganalisis, penulis memakai psychoanalysis dan pembelajaran film untuk mengerti simbol dan kondisi sosial dari ketakbernegaraan di film ‘The Terminal’.Menggunakan teori Sigmund Freud, id, ego dan super ego.Pembelajaran ini menunjukkan bahwa Viktor dikendalikan oleh id dan egonya sendiri, secara sadar. Viktor mulai menekan keputusasaannya, dengan bertahan sendirian di terminal, berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Saat dia hampir kehilangan rasa percaya diri, dia diperalat untuk masuk Amerika secara ilegal. Dia hampir tersesat dalam godaan, tapi semangatnya kembali saat tahu dia diperalat. Saat dia dipancing dengan godaan, perilaku ini dikendalikan oleh id-nya. Tapi ketika dia memilih untuk tinggal, dia dikendalikan oleh ego-nya. Saat ia melanjutkan kegiatan sehari-harinya di terminal, egonya mendorongnya untuk membantu orang di sekitarnya. Dia tetap bersabar sampai akhirnya diijinkan masuk Amerika.