Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pemanfaatan Seft Sebagai Modalitas Therapy Community (TC) Untuk Kesehatan Mental Dan Spiritual Pecandu Napza Inggriane Puspita Dewi; Siti Ulfah Rifa’atul Fitri
Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI Vol 4 No 1 (2020): Pengabdian Untuk Mu negeRI
Publisher : LPPM UMRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.613 KB) | DOI: 10.37859/jpumri.v4i1.1895

Abstract

National Narcotics Agency (BNN) of Bandung records that there are 25,000 young people in Bandung who are drug users. Based on the results of interviews with ten prisoners said they often feel bored, stressed, depressed, sad and hopeless. Based on this phenomenon it was necessary to support rehabilitation programs for drug addicts through therapy with a spiritual approach. A spiritual approach is Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy, which is a combination of Spiritual Power and Energy. The results of the activity showed that the participants were able to do self-healing using the SEFT method, which was felt to be effective in helping participants manage emotional and spiritual problems during the prison, evidenced by an increase in the percentage of self-control ability and a positive effect, while anxiety and depression decrease. Participants also experienced an increase in the percentage of positive religious coping. Therefore, prisons are advised to keep monitoring self-healing activities with SEFT which is recommended to be routinely carried out by rehabilitation participants even though the program has finished, because at any time the participants' mental and spiritual health conditions may change. Keywords : addicted, SEFT, spiritual, mental
Penyusunan Basis Data Potensi Sumberdaya Alam dan Rawan Bencana Cecep Eli Kosasih; Siti Ulfah Rifa’atul Fitri; Pradnya Paramarta Raditya Rendra
Media Karya Kesehatan Vol 3, No 2 (2020): Media Karya Kesehatan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mkk.v3i2.27684

Abstract

Desa Cintaratu merupakan daerah daratan tinggi yang dikelilingi banyak lereng dan gunung serta daerah yang banyak terdapat pohon-pohon besar. Kondisi topografi yang juga relatif landai menunjukkan bahwa daerah tersebut juga cukup ideal dijadikan lahan pertanian, persawahan, peternakan, pemukiman, dan sebagainya. Hal ini, mungkin saja akan berdampak positif dan juga negatif. Dampak negatif yang ditakutkan terjadi adalah rawan bencana alam. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui upaya penyusunan berbasis data potensi sumberdaya alam dan rawan bencana.  Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan selama 4 minggu di wilayah Desa Cintaratu pada masyarakat Desa Cintaratu dengan populasi seluruh warga desa. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melakukan survey, Focus Group Discussions (FDG) yang dilakukan pada 33 warga Desa Cintaratu, dan sosialisasi. Survey yang kami lakukan terdiri dari kajian pertama mengenai bencana yang pernah terjadi di Desa Cintaratu dan kajian kedua mengenai potensi sumber daya alam yang ada di Desa Cintaratu. Sosialisasi dilaksanakan dengan mengambil tema kesiapan dalam menghadapi potensi bencana. Hasil survey terhadap geomorfologi dan hidrologi yaitu: Desa Cintaratu terdapat banyak lereng sekitar 35 lereng. Sumber mata air terdapat 3 buah Goa yang sumber airnya masih digunakan oleh warga, Dusun Gunung Tiga terdapat goa dan air terjun yang sangat jernih, Gunung Tiga pun berpotensi untuk lahan pertanian, peternakan, dan budidaya ikan. Potensi bencana di Desa Cintaratu diungkap yang terdiri dari rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber daya, dan pengetahuan warga. Untuk bencana alam yang pernah terjadi adalah gempa bumi, banjir dan angin puting beliung. Kesimpulan Desa Cintaratu memiliki potensi alam yang besar yang dapat memberikan manfaat bagi warganya namun demikian masih ada potensi bencana yang dapat membahayakan warga diantaranya gempa bumi, angin puting beliung dll. Saran, untuk menyiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana maka akan lebih efektif jika penyuluhan dilakukan ke seluruh warga Desa Cintaratu. Kata kunci: Pengabdian kepada masyarakat, peta potensi sumber daya, potensi bencana.  
Hubungan antara Fatigue, Jumlah CD4, dan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Kusman Ibrahim; Yusshy Kurnia H; Laili Rahayuwati; Baiq Emi Nurmalisa; Siti Ulfah Rifa’atul Fitri
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 3 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1506.348 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v5i3.649

Abstract

Keberadaan Human Immunodeficiency Virus (HIV) di dalam tubuh secara terus menerus menyebabkan gangguan pada hampir semua sistem tubuh yang berdampak pada munculnya gejala kelelahan (fatigue). Fatigue banyak dilaporkan pada penderita HIV/AIDS dengan prevalensi berkisar antara 20% sampai 60%. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara fatigue dengan jumlah CD4 dan kadar Hb pada pasien HIV/AIDS. Sebanyak 77 responden direkrut secara purposif di sebuah Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit di Kota Bandung. Fatigue diukur menggunakan kuesioner HIV Related Fatigue Score (HRFS). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji pearson correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara fatigue dengan jumlah CD4 dalam darah (r = -.289, p< 0.05) dan kadar Hb (r = -.349, p< 0.05). Selain itu, kadar Hb memiliki hubungan yang bermakna dengan jumlah CD4 pada pasien HIV/AIDS (r = .360, p < .01). Hasil penelitian ini mengindikasikan perlunya monitoring kadar CD4 dan Hb secara berkala dan melakukan intervensi untuk mengatasi penurunan Hb dan CD4 sesegera mungkin sehingga dapat mencegah agar fatigue tidak berkelanjutan.Kata kunci: CD4, fatigue, hemoglobin, HIV/AIDS. The Correlation of Between Fatigue, CD4 Cell Count, and Hemoglobin Level among HIV/AIDS PatientsAbstractThe existence of Human Immunodeficiency Virus (HIV) in the body continuously causes disruption in almost all body systems that impact on the emergence of symptoms of fatigue. Fatigue was widely reported in HIV/AIDS patients with prevalence ranging from 20% to 60%. This study examined the relationship between fatigue and CD4 cell count and hemoglobin levels in HIV/AIDS patients. A total of 77 respondents were recruited purposively in Outpatient Clinic, General Hospital Bandung City. Fatigue was measured using the HIV Related Fatigue Score (HRFS) questionnaire. The collected data were analyzed using pearson correlation product moment. The results showed there were significant relationship between fatigue and CD4 count in blood (r = -.289, p< 0.05) and hemoglobin level (r = -.349, p< 0.05). In addition, CD4 had significantly correlation with Hb (r = .360, p < .01). The results of this study indicated that nurses or health care providers need to periodically monitor the CD4 and Hb levels and provide early intervention to manage the hemoglobin and CD4 cell count at optimum levels to prevent prolonging fatiguel.Keywords: CD4, fatigue, hemoglobin, HIV/AIDS.
Telehealth Potential to Optimize Self-Management, Education, and Support for Diabetes Mellitus Patients during COVID-19 Pandemic Azalia Melati; Santi Mulyani; Amellia Agustin; Siti Ulfah Rifa'atul Fitri
International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS) Vol. 5 No. 2 (2022): International Journal of Nursing and Health Services (IJHNS)
Publisher : Alta Dharma Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35654/ijnhs.v5i2.557

Abstract

Background: The limited physical interaction policy during the COVID-19 pandemic and concerns of DM patients visiting healthcare facilities cause routine visits delays, treatment discrepancies, and ineffective health education. Telehealth can provide DM patients convenience of self-management during pandemics. Objective: This review aims to discover the potential use of telehealth to optimize Self-Management, Education, and Support for DM patients during the COVID-19 pandemic. Method: Rapid review has been done by conducting a systematic search on five databases: PubMed, EBSCO-host Academic Science Completed, ScienceDirect, Sage Journals, and Taylor and Francis. The articles have been identified through the following criteria: the year of publication is at most two years old (2019-2021), the research design used is strictly Randomized Control Trial and Quasi Experiment, and the published language must be English. Results: It was found that some telehealth-based interventions, such as remote monitoring of independent blood glucose levels, education through text messaging, telephone, and Technological Surrogate Nursing (TSN), can effectively facilitate self-management of patients with diabetes. The main features mentioned are reminders, automatic data processing systems, education in the form of modules and videos, and call center services for regular follow-ups. Telehealth is an online-based health service that has the potential to optimize the self-management of DM patients.
Pengaruh Terapi Bacaan Al-Qur’an (TBQ) sebagai Biblioterapi Islami pada Kesehatan Mental Narapidana Lesbian Inggriane Puspita Dewi; Redita Aida Suryadi; Siti Ulfah Rifa’atul Fitri
Faletehan Health Journal Vol 7 No 02 (2020): Faletehan Health Journal, Juli 2020
Publisher : Universitas Faletehan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33746/fhj.v7i02.135

Abstract

The capacity of detention and prisons in Jawa Barat currently has an excess of up to 52%, one of the impacts that occur is sexual behavior distortion. Deviations in sexual behavior can be caused by low mental of inmates. The use of Islamic bibliotherapy as an intervention for mental health has not been done in this lesbian group. The purpose of this study to find out the effect of Islamic bibliotherapy on mental health of female prisoners who experience sexual orientation deviations (lesbian). Quantitative research with quasi-time series design experiments. The sample of this study was 22 respondents. Respondents were given a Mental Health Inventory, then were given interventions: 1) Al-Quran reading session and 2) reading Islamic bibliotherapy one time every Friday for three consecutive weeks with different themes. The bivariate analysis in mental health used the Repeated Measures Anova. There is an effect of Islamic bibliotherapy therapy mental health (p = 0.001). Islamic bibliotherapy can be an option for spiritual intervention for a group of lesbians to improve their mental health.
Peningkatan Kesehatan Mata Melalui Pendidikan Kesehatan “Save Your Eyes, You Must Know Hasniatisari Harun; Yusshy Kurnia Heliani; Siti Ulfah Rifa’atul Fitri; Hesti Platini; Cepi Restiadi
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 3 (2022): Volume 5 No 3 Maret 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i3.5504

Abstract

ABSTRAK  Sebagian besar pekerjaan yang ada pada abad ke 21 melibatkan penggunaan komputer dan lebih dari 90 juta orang dewasa di dunia yang menggunakan komputer dalam kehidupannya. Di samping memudahkan berbagai pekerjaan manusia, komputer juga memberikan dampak negatif bagi para penggunanya terutama terhadap masalah kesehatan. Kumpulan gejala yang sering dikeluhkan para pengguna komputer dikenal sebagai Computer Vision Syndrome. CVS dapat dikatakan sebagai penyebab berbagai efek yang sangat mengganggu produktivitas, kebugaran dan kualitas hidup sehari-hari. Oleh sebab itu program pengabdian masyarakat ini adalah pendidikan dalam bentuk penyuluhan kesehatan yang dilakukan evaluasi melalui pretest dan posttest mengunakan media zoom dalam bentuk webinar. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 34 orang. Metode pendidikan kesehatan dilakukan dengan menyiapkan area pertemuan yaitu zoom meeting sebagai media untuk pertemuan virtual, menyiapkan media edukasi yang diperlukan serta memberikan link pre-test dan post test untuk menilai pengetahuan dan pemahaman peserta sebelum dan sesudah diberikannya pendidikan Kesehatan. Data demografi responden menjukkan bahwa banyak peserta yang menggunakan laptop >4 jam (94,1%) dan dari presentase tersebut banyak pula yang merasakan tanda gejala dari comupter vision syndrome sebanyak 88,2%. Hasil kegiatan yaitu terdapat perubahan dalam pengetahuan (100%). Diharapkan informasi yang telah disampaikan dalam bentuk pendidikan kesehatan ini dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat umum serta meningkatkan pencegahan terhadap kejadian Computer Vision Syndrome. Kata Kunci: Computer Vision Syndrome, Pendidikan Kesehatan, Tingkat Pengetahuan ABSTRACT Most of the work that exists in the 21st century involves the use of computers and more than 90 million adults in the world use computers in their lives. In addition to facilitating various human jobs, computers also have a negative impact on their users, especially on health problems. A collection of symptoms that computer users often complain about is known as Computer Vision Syndrome. CVS can be said to be the cause of various effects that greatly interfere with productivity, fitness and quality of daily life. Therefore, this community service program is education in the form of health counseling which is evaluated through pretest and posttest using zoom media in the form of webinars. The number of participants who attended was 34 people. The health education method is carried out by preparing a meeting area, namely a zoom meeting as a medium for virtual meetings, preparing the necessary educational media and providing pre-test and post-test links to assess participants' knowledge and understanding before and after the Health education is given. Demographic data of respondents showed that many participants used laptops >4 hours (94.1%) and from that percentage, many felt the symptoms of computer vision syndrome as much as 88.2%. The result of the activity is that there is a change in knowledge (100%). It is hoped that the information that has been conveyed in the form of health education can become useful knowledge for the general public and increase the prevention of the occurrence of Computer Vision Syndrome. Keywords: Computer Vision Syndrome, Health Education, Knowledge
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Psikologis Pada Anak Dan Remaja Di Masa Pandemi Covid-19 Melalui Virtual Konseling Nursiswati Nursiswati; Santi Rukminita Anggraeni; Yanti Rubiyanti; Deasy Silvya Sari; Siti Ulfah Rifa’atul Fitri
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 8 (2022): Volume 5 No 8 Agustus 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i8.6493

Abstract

ABSTRAK Virtual konseling merupakan salah satu upaya guna meningkatkan kesejahteraan psikologis selama masa pandemi Covid-19, khususnya bagi anak dan remaja sebagai sasaran dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertema Who Am I. Kegiatan virtual konseling ini ditujukan mengenalkan teknik pengenalan diri, wellbeing therapy dan untuk mengetahui apakah kegiatan virtual konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar anak dan remaja untuk memelihara kesejahteraan psikososial yang dimilikinya. Metode kegiatan ini adalah konseling secara virtual melalui platform zoom dengan memberikan materi, latihan, dan permainan yang disusun untuk menjadi katalis peningkatan kesejahteraan psikologis. Konsep teoretis yang mendasari kegiatan ini adalah kesejahteraan psikologis, self-concept, self-image, life-skill, dan juga privasi. Kegiatan ini memperlihatkan bahwa virtual konseling yang ditata materinya guna meningkatkan kesejahteraan psikologis mampu menjadi sarana edukasi awal bagi anak dan remaja untuk mengenali diri mereka sendiri. Latihan mandiri secara berkelanjutan perlu dilakukan para peserta agar pengetahuan yang didapat dari kegiatan dapat diolah menjadi keterampilan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan psikologis yang telah dimiliki. Salah satunya adalah dengan melakukan dan mendalami aspek keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: kesejahteraan psikologis, anak, remaja, pandemi Covid-19, virtual konseling  ABSTRACT Virtual counseling is one of the efforts to improve psychological well-being during the Covid-19 pandemic, especially for children and adolescents as targets in community service activities with the theme of Who Am I. This virtual counseling activity aims to introduce self-awareness techniques, deliver well-being therapy, and determine whether virtual counseling can improve children and adolescents' basic knowledge and skills in maintaining their psychosocial well-being. The method of this activity is virtual counseling through the zoom platform by providing materials, exercises, and games that are designed to be a catalyst for increasing psychological well-being. This activity's theoretical concepts are psychological well-being, self-concept, self-image, life skills, and privacy. This activity showed that virtual counseling delivery using organized materials to improve psychological well-being could be a means of initial education for children and adolescents to identify themselves. Continuous independent training needs to be carried out by the participants so that the knowledge gained from the activities can be processed into individual skills to maintain and improve the psychological well-being that they already have, for example, by doing and exercising religious aspects in everyday life. Keywords: Psychological Well-being, Children, Adolescent, Covid-19 Pandemic, Virtual Counseling
Karakteristik dan Efikasi Diri Keluarga Pasien dengan Infark Miokard Herliani, Yusshy Kurnia; Harun, Hasniatisari; Setyawati, Anita; Fitri, Siti Ulfah Rifaatul
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 3 No. 3 (2019): November 2019
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.796 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v3i3.423

Abstract

Infark miokard menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya angka kematian dan kecacatan di Indonesia. Perkembangan pengobatan telah banyak terbukti menurunkan angka kematian akibat infark mioard. Dukungan keluarga diperlukan untuk mengoptimalkan penderita patuh terhadap pengobatan dan menjalankan pola hidup sehat sebagai bagian dari rehabilitasi jantung. Efikasi diri menjadi penting dalam memberi dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik dan efikasi diri keluarga pasien dengan infark miokard di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang melibatkan 60 anggota keluarga pasien dengan infark miokard yang dirawat di CICU dan HCCU Rumah Sakit Hasan Sadikin. Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling dan responden diminta untuk mengisi kuesioner. Hasil penelitian ini, usia rata-rata anggota keluarga pasien adalah 45,58 tahun dan mayoritas berjenis kelamin  perempuan. Hampir setengah dari keluarga pasien memiliki tingkat pendidikan SMA dan lebih dari setengah pasien memiliki riwayat keluarga terkait dengan penyakit jantung. Mayoritas anggota keluarga pasien tidak memiliki pengalaman dalam merawat pasien penyakit jantung sebelumnya. Skor rata-rata efikasi diri anggota keluarga untuk merawat pasien adalah 6,55. Kesimpulannya, memberikan intervensi kepada pasien dan keluarga sangat penting untuk meningkatkan efikasi keluarga dalam merawat pasien infark miokard pasca serangan. Kata kunci: Efikasi diri, infark miokard, karakteristik keluarga  Abstract Characteristics and Self-Efficacy of Family Care Giver of Patient with Myocardial Infarction in Indonesia. Myocardial infarction is one of the diseases that cause high mortality and disability in Indonesia. The development of treatment has been shown to reduce the incidence of death due to myocardial infarction. Family support is essential to optimize the patient's adherence to treatment and promote a healthy lifestyle as part of cardiac rehabilitation. Self-efficacy is important in providing family support. This study aimed to provide an overview of the characteristics and self-efficacy of family of patients with myocardial infarction in Indonesia. This study was a quantitative descriptive study involving 60 family members of patients with myocardial infarction hospitalized at CICU and HCCU in Hasan Sadikin Hospital. The sampling procedure in this study used convenience sampling techniques and respondents were asked to fill out a questionnaire. The average age of the patient's family members was 45.58 years and the majority was female. Nearly half of patients' families have high school education levels and more than half of patients have a family history of heart disease. The majority of patients' family members have no experience in treating heart disease patient previously. The average score for self-efficacy of family members to treat patients is 6.55. Conclusions is giving intervention to patients and families is very important to improve family efficacy in treating patients with myocardial infarction after an attack. Keywords: Self-efficacy, myocardial infarction, family characteristics
SWAMEDIKASI PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Harun, Hasniatisari; Yusshy Kurnia Herliani; Siti Ulfah Rifa'atul Fitri; Hesti Platini
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 5 No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.89 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v5i2.784

Abstract

Pemakaian antibiotik yang tidak rasional dalam swamedikasi sering terjadi di berbagai kalangan tidak terkecuali mahasiswa. Ketidaktepatan pemakaian antibiotik menyebabkan peningkatan resiko efek samping obat serta resistensi antibiotik. Mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi perawat professional perlu mendukung pelaksanaan swamedikasi secara rasional sebelum mengimplementasikannya kepada pasien. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana Pemakaian antibiotik di kalangan mahasiswa keperawatan. sehingga diperlukan implementasi swamedikasi yang tepat. Sampel pada penelitian yaitu Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran secara purposive sampling sebanyak 188 Metode pengumpulan diambil secara kuantitatif dengan menggunakan google form. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif (frekuensi, persentase, rata-rata, dll). Hasil penelitian menunjukan bahwa swamedikasi pemakaian antibiotik yang dilakukan responden yaitu mayoritas responden menggunakan antibiotik ketika diresepkan (88%) dan lebih dari setengah responden menghabiskan antibiotik yang telah diresepkan (69%). Temuan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk dilakukan penelitian selanjutnya terkait faktor-faktor yang mempengaruhi  mahasiswa tidak menghabiskan antibiotik yang telah diresepkan dalam upaya pengendalian angka resistensi antibiotik.. 
Edukasi Kesehatan Diet Tinggi Kalori Tingki Protein pada Pasien Pasca Operasi di Ruang Jasmin RSU Sumedang Hasniatisari Harun; Hartiah Haroen; Siti Ulfah Rifa’atul Fitri; Yusshy Kurnia Herliani; Andang Cahyadi
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 2 (2023): Volume 6 No 2 Februari 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i2.8548

Abstract

ABSTRAK  Dalam proses penyembuhan luka diperlukan Kebutuhan nutrisi yang adekuat agar masa penyembuhan singkat dan tidak terjadi perburukan. Kadar nutrisi yang kurang baik akan menyebabkan proses penyembuhan luka yang lebih lama dengan adanya proses inflamasi yang berkepanjangan, penurunan daya tahan tubuh, peningkatan angka kejadian infeksi luka. Oleh sebab itu tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk melakukan pendidikan kesehatan mengenai Diet tinggi kalori dan tinggi protein pada pasca operasi. Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pemberian edukasi mengenai diet tinggi kalori dan tinggi protein pada pasien pasca operasi. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 13 orang yang terdiri dari pasien pasca operasi dan keluarga. Hasil yang didapatkan dari nilai pretest penyuluhan yaitu nilai tertinggi 80, nilai terendah 50, nilai rata-rata 65,8. Hasil yang didapatkan nilai posttest penyuluhan yaitu nilai tertinggi 100, nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata 77. 15. Berdasarkan hasil posttest kegiatan pengabdian masyarakat, pengetahuan responden tentang Diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein meningkat, maka dapat disimpulkan bahwa responden dapat memahami dari apa yang sudah dijelaskan pada saat pendidikan Kesehatan. Pendidikan kesehatan terkait Nutrisi yang tepat untuk mempercepat penyembuhan luka pasca operasi sangat bermanfaat untuk pasien dan keluarga pasien yang merawat sehingga dapat mencegah timbulnya beberapa masalah seperti perburukan luka, penyembuhan luka yang lebih lama dengan adanya proses inflamasi yang berkepanjangan, penurunan daya tahan tubuh, peningkatan angka kejadian infeksi luka Kata kunci: Pasca Operasi, TKTP, Tinggi Kalori Tinggi Protein ABSTRACT In the process of wound healing, adequate nutritional needs are needed so that the healing period is short and no worsening occurs. Poor nutritional levels will lead to a longer wound healing process with a prolonged inflammatory process, decreased body resistance, increased incidence of wound infections. Therefore the purpose of this community service activity is to conduct health education regarding a high-calorie and high-protein diet post-surgery. The method used in this activity is the provision of education regarding a high-calorie and high-protein diet in postoperative patients. The number of participants who attended were 13 people consisting of postoperative patients and their families. The results obtained from the counseling pretest score are the highest score 80, the lowest score 50, the average value is 65.8. The results obtained for the counseling posttest score are the highest score 100, the lowest score 60 with an average value of 77. 15. Based on the posttest results of community service activities, the respondent's knowledge about the High Calorie and High Protein Diet increased, it means that the respondent can understand what which has been explained in health education. Health education related to proper nutrition to accelerate wound healing after surgery is very beneficial for patients and their families so that they can prevent the emergence of several problems such as worsening of wounds, longer wound healing in the presence of a prolonged inflammatory process, decreased immune system, increased mortality. wound infection Keywords: Postoperative, TKTP, High Calorie, High Protein