Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Development of Protein Rich Flour (PRF) from Hyacinth Bean (Lablab purpureus (L) Sweet) and Lima bean (Phaseolus lunatus) Ahmad Nafi; Tri Susanto; Achmad Subagio
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 17 No. 3 (2006): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.597 KB)

Abstract

With respect to the high content of carbohydrate and protein, Protein Rich Flour (PRF) were developped from non-oilseed legumes i.e. hyacinth bean (Lablab purpureus (L) Sweet) and lima bean (Phaseolus lunatus) PRF. PRFs were prepared using water and NaOH solution (0.01N) as the extraction solvent. After precipitation in their isoelectric point (pHs) the PRFs produced were characterized to determine the potential practical applications. The results showed that PRF from hyacinth bean extracted by water was the best product with yield of 31.19%, protein content of 58.41±4.45%, solubility of 82-100% and oil holding capacity being 93.92±9.19. Moreover pepsin-digestibility of the hyacinth bean PRF was higher (8.29±0.34%) than soybean protein isolate (7.10±0.37%) or casein (7.04±0.14%). Based on their characteristics, PRF is regarded as potential to be developed as novel food ingredient. Key words: Non-oilseed Legumes, PRF, Characterization
KARAKTERISTIK FISIK FLAKE BERBAHAN BAKU TEPUNG JAGUNG, TEPUNG AMPAS TAHU DAN MOCAF Nur Karimah Rakhmawati; Ahmad Nafi; Andrew Setiawan Rusdianto
Berkala Ilmiah Pertanian Vol 2 No 2 (2019): MEI
Publisher : Jember University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/bip.v2i2.16162

Abstract

ABSTRACT Flake is made from cereals such as wheat, corn, rice, or tubers. Indonesia's wheat imports in 2017 rose about 9% to11.48 million tons. One of the local food stuffs used in the manufacture of flake is corn flour. However, the protein content is still very low at around 9.2%. Then needed other materials that can increase the added value of the dregs know. The addition of mocaf containing starch is high enough to help maintain flake crispness. The purpose of this research is to know lightness, hue, water absorption, and rehydration time of corn flour flour, dregs and mocaf. This research was conducted on three stages, namely: 1) making tofu waste flour, 2) flake processing, 3) physical properties test. The design of the study used CRD (Completely Randomized Design) factorial with one factor, namely: corn flour, tofu waste flour, and mocaf (5% : 35% : 60%; 5% : 40% : 55%; 5% : 45% : 50%; 5% : 50% : 45% dan 5% : 55% : 40%) with four repetitions. The result of analysis showed that flake of corn flour, tofu waste flour and mocaf had the physical characteristic of color with lightness value of about 72,83 - 80,75; hue value of about 107.36 - 108.03 (yellow); water absorption value of about 67.27 - 117.25%; and rehydration time of about 321 - 562 seconds. Keywords: flake, mocaf, tofu waste flour, corn flour ABSTRAK Flake terbuat dari serealia seperti gandum, jagung, beras, atau umbi-umbian. Impor gandum Indonesia pada 2017 naik sekitar 9% menjadi 11,48 juta ton. Oleh sebab itu perlu inovasi dalam rangka pemberdayaan pangan lokal untuk pembuatan flake dengan menggunakan bahan tepung jagung. Namun, kandungan proteinnya masih sangat rendah yaitu sekitar 9,2%. Maka diperlukan bahan lain yang dapat meningkatkan nilai tambah yaitu ampas tahu. Penambahan mocaf yang mengandung pati cukup tinggi dapat membantu mempertahankan kerenyahan flake.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lightness, hue, daya serap air, dan waktu rehidrasi flake tepung jagung, tepung ampas tahu dan mocaf. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: 1) pembuatan tepung ampas tahu, 2) pembuatan flake, 3) uji fisik. Rancangan penelitian menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan perlakuan formulasi tepung jagung, tepung ampas tahu dan mocaf (5% : 35% : 60%; 5% : 40% : 55%; 5% : 45% : 50%; 5% : 50% : 45% dan 5% : 55% : 40%) dilakukan empat kali pengulangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa flake tepung jagung, tepung ampas tahu dan mocaf memiliki karakteristik fisik lightness 72,83 – 80,75; nilai hue 107,36 –108,03 (yellow); nilai daya serap air 67,27 – 117,25%; dan waktu rehidrasi 321 – 562 detik. Kata Kunci: flake, mocaf, tepung ampas tahu, tepung jagung
Characteristic of Analog Rice Using Hot Extruder Twin Screw Nurud Diniyah; Amelia Puspitasari; Ahmad Nafi; Achmad Subagio
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n1.2016.36-42

Abstract

The research aimed to determine the characterization of the physical, chemical and organoleptic of analog rice. Samples from analog rice consist two formulations e.i with 50% mocaf 50% corn flour (R) and with propotion 40% mocaf : 50% corn flour: 10% sweet potato (U), triplicated. Parameters lightness, Hue, weighs of 100 grain, weight per grain, bulk density, proximat and organoleptics were analysed. Beras analog R and U have characteristic values of L (Lightness) 33.2-37.0 and Hue (ºH) 96.0-360.9, weighs of 100 grain 3.12-3.52 grams and weight per grain 0.031-0.035 grams, bulk density 0.617-0.639 g/ml, moisture content 11.50-13.73%, ash content 0.69-0.97%, protein 4.22-7.67%, crude fat 0.716-0.725%, carbohydrate 76.90-82.86%, starch 65.39-74.79%, amylose 4.76-4.82%, amylopectin 95.18-95.24% and in vitro digestibility 49.45-51.18%. KARAKTERISTIK BERAS ANALOG MENGGUNAKAN HOT EXTRUDER TWIN SCREWTujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari sifat fisik, kimia dan organoleptik dari beras analog berbahan dasar mocaf, tepung jagung dan ubi ungu. Sampel yang digunakan terdiri dari 2 formulasi beras analog menggunakan mocaf 50% : tepung jagung 50% (R) dan mocaf 40% : tepung jagung 50% : tepung ubi ungu 10% (U) yang diulang sebanyak 3 kali dengan parameter yang diuji meliputi kecerahan (L*), Hue (ºH), bobot 100 butir, berat per butir, densitas kamba, proksimat dan organoleptik. Beras analog R dan U memiliki karakteristik yaitu 33,2-37,0 (nilai kecerahan); 96,0-360,9 Hue (ºH); 3,12-3,52 gram (bobot 100 butir); 0,031-0,035 gram (berat per butir); 0,617-0,639 gram/mL (densitas kamba); 11,50-13,73% (kadar air); 0,69-0,97% (kadar abu); 4,22-7,67% (kadar protein); 0,716-0,725% (kadar lemak); 76,90-82,86% (kadar karbohidrat); 65,39-74,79% (kadar pati); 4,76-4,82% (kadar amilosa); 95,18-95,24% kadar amilopektin dan 49,45-51,18% (daya cerna).
Identifikasi Potensi MOCAF (Modified Cassava Flour) sebagai Bahan Pensubstitusi Teknis Terigu pada Industri Kecil dan Menengah di Jawa Timur (Potency Identification of MOCAF (Modified Cassava Flour) as Technical Substitution of Wheat Flour in Small and Medium Enterprises in East Java) Eka Ruriani; Ahmad Nafi; Liony Dwi Yulianti; Achmad Subagio
JURNAL PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v22i3.99

Abstract

Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap terigu sebagai salah satu sumber pangan pokok. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan terigu adalah dengan memberdayakan dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia. Penggunaan MOCAF (Modified Cassava Flour) yang berasal dari singkong adalah salah satu solusi. Penelitian ini mengkaji potensi secara teknis penggunaan MOCAF sebagai bahan pensubstitusi terigu untuk pembuatan berbagai produk pangan, khususnya pada Industri Kecil Menengah (IKM) pengguna terigu di Jawa Timur. METODOLOGI bersifat deskriptif kuantitatif melalui survei, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Interpretasi data disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan diagram. Selain itu juga dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan MOCAF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teknis, potensi MOCAF sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan berbagai macam produk pangan pada IKM pengguna terigu di Jawa Timur sebesar 54,43 persen. Analisis SWOT pada diagram cartesius menunjukkan bahwa posisi produk MOCAF berada pada kuadran I, yaitu browth (pertumbuhan). Posisi produk MOCAF berada dalam posisi yang menguntungkan atau dapat dikatakan bahwa MOCAF mempunyai kekuatan dan peluang yang besar dalam pertumbuhannya. Hasil matrik IE menunjukkan posisi kekuatan internal dan eksternal produk MOCAF berada pada sel IV, yang membutuhkan strategi pengembangan yang hati-hati karena persaingan yang cukup tinggi.Indonesia has high dependency on wheat flour as one of staple food sources. Exploration of indigenous natural resources is needed to reduce this dependency. The application of MOCAF (Modified Cassava Flour) on food products, which is derived from cassava, is an alternative technology to solve the problem. The objective of this research is to identify the MOCAF potency to substitute wheat flour in producing various kinds of food products in the view of technical matter, particularly in small and medium enterprises (SMEs) as end users of wheat flour in East Java. Descriptive analysis is used to identify the potency by the methods of survey, questionnaire distribution, and interview. Tables, charts, and diagrams are used to interpret the data. SWOT analysis is also used to investigate internal and external factors affecting the MOCAF development. The results show that MOCAF could substitute 54.43 persen of wheat flour in food production. The SWOT analysis describes that MOCAF development is in the growth phase, a beneficial position which has massive strength and opportunities in its development. Matrix IE explains the MOCAF position is in the fourth cell, which should always build up new strategy because of the strict competition. 
PEMBUATAN GARAM GURIH JAMUR MERANG DENGAN VARIASI LAMA HIDROLISIS DAN LAMA FERMENTASI Ahmad Nafi; Nurud Hidayah; Rika Permata
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 14 No 2 (2014): Agustus
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v14i2.69

Abstract

Garam gurih merupakan garam yang disalut dengan MSG sehingga rasanya gurih berbeda dari garam biasanya. bahan tambahan makanan (BTM) peguat cita rasa (flavour enchancer) sintetis yang banyak digunakan di Indonesia adalah monosodium glutamat (MSG) yang keamanannya masih diragukan. Salah satu alternatif pembangkit cita rasa yang berasal dari bahan alami yaitu hidrolisat jamur merang yang diperoleh dengan teknik hidrolisis enzimatis dan fermentasi larutan garam. Hidrolisis enzimatis akan memecah protein menjadi peptida rantai pendek dan asam amino yang  berpotensi sebagai penguat cita rasa. Fermentasi larutan garam akan berfungsi sebagai penyeleksi organisme. Mikroorganisme yang berperan akan menghidrolisis protein menjadi asam asam amino membentuk cita rasa gurih. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi lama hidrolisis dan lama fermentasi yang terbaik terhadap garam gurih yang dihasilkan. Variasi lama hidrolisis dan fermentasi larutan garam yang tepat adalah A3B2 ( lama hidrolisis 10 jam, fermentasi 2 minggu), dengan hasil rendemen 30,95 %), kecerahan (L) 66,70, produksi maillard 0,14 AU dan total padatan terlarut 5 % . Sifat kimia yang dimiliki garam gurih (kadar air 1,05%; kadar abu 79,34%; kadar protein terlarut 4,81 mg dam kadar lemak 0,29 %). Uji Organoleptik penerimaan garam gurih yang disukai sebesar 8 %  dan agak disukai 52 %.
Karakteristik Fisik, Kimia, dan Organoleptik Fruit Leather Sirsak dengan Penambahan Karagenan dan Tepung Koro Pedang ahmad nafi; Giyarto Giyarto; Rina Dias Agustin
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 18 No 2 (2018): Agustus
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v18i2.963

Abstract

Sirsak banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Produktivitas buah sirsak cenderung meningkat, namun tidak berbanding lurus dengan ragam pemanfaatannya. Alternatif pengobatan prospektif yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah buah sirsak menjadi fruit leather. Namun, perlu ditambahkan bahan lain untuk meningkatkan plastisitas kulit buah. Karagenan dan tepung kacang koro merupakan bahan yang potensial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik fruit leather sirsak dengan variasi penambahan karagenan dan tepung kacang koro, serta mengetahui perlakuan yang menghasilkan karakteristik fruit leather yang lebih baik dan disukai. Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal, artinya perbandingan antara karagenan dan tepung kacang koro adalah (100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, 25%:75 %, dan 0%:100%) dari 1% dari total bahan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan karagenan dan tepung kacang koro berpengaruh nyata terhadap ringan, kuat tarik, elongasi, kadar air, kadar protein, kadar abu, dan kadar karbohidrat. Sebaliknya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio karagenan dan tepung kacang koro terhadap kadar lemak dan karakteristik organoleptik. Perlakuan formulasi terbaik antara karagenan dan tepung kacang koro adalah pada perbandingan 100%:0%, dengan ligthness 62,95; 0,46 mPa kekuatan tarik; 58,67% dari elongasi; 16,49% kadar air; 1,58% kandungan lemak; 6,79% kandungan protein; 0,89% kadar abu; 74,25% kandungan karbohidrat; 48% preferensi warna dikategorikan ke dalam kriteria suka; 32% preferensi rasa dikategorikan ke dalam kriteria suka; 36% preferensi aroma dikategorikan ke dalam kriteria agak suka; 32% preferensi tekstur dikategorikan ke dalam kriteria agak suka; dan 32% dari keseluruhan preferensi dikategorikan ke dalam kriteria yang sama.
Optimasi Pembuatan Daging Tiruan Umbi Porang (Amorphophallus oncophyllus) dan Isolat Protein Kedelai dengan Metode RSM (Response Surface Methodology) Triana Lindriati; Ahmad Nafi; Zelika Gita Sari
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol 11, No 2 (2019): Vol. (11) No. 2, Oktober 2019
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1188.141 KB) | DOI: 10.17969/jtipi.v11i2.12798

Abstract

Meat  analogue is a form of product which has originated from vegetal component which has a lot of tissue and could replace animal meat. The forming of meat analogue is using the extrusion technique. Primary ingredient which used is isolate soy protein and water, but also it is able to be added by other carbohydrates source such as porang bulb (Amorphophallus oncophyllus)  wherewith increase the functional character over the meat analogue. This research is aimed for identify the optimum condition of proper treatment between the water additional formulation, isolate soy protein, porang bulb, therewithal the extrusion time. This reasearch was conducted in 5 phases: (1) determining the water content, isolate soy protein and porang bulb powder extrution time; (2) undertaking the randomization box-behnken model over RSM method. (3) Meat analogue forming based on the related randomization; (4) analysed parameters are; texture, WHC, OHC, protein solubility and organoleptic. The data analysis is using RSM Analyze. The optimization result of porang bulb meat analogue in the formulation of 90% water content, 18 minutes of extrusion time and 50% of used isolate soy protein. Meat analogue character with the optimization result as follows: texture 66,93 g/mm, WHC 304,98%, OHC 60,15%, protein solubility 80,06% and organoleptic 70,6%.