Pelayanan pastoral gereja, baik dalam praktik maupun akademik, cenderung diperlakukan sebagai bidang pelayanan dan kajian pinggiran. Sementara, persoalan-persoalan yang dihadapi umat makin rumit. Pendekatan pastoral gereja tradisional mengabaikan kompleks itassosio-historik kehidupan umat. Domestikasi dan individualisme pelayanan pastoral masih begitu dominan. Bertolak dari satu peristiwa pastoral, penulis berusaha mengangkat kembali apa yang disebut pelayanan pastoral pembebasan atau kristis. Usaha kecil ini bersumber dari impuls teologi dan pendidikan pembebasan. Paparan ini dimaksud untuk mendorong penyegaran perspektif dan model baru praktik pelayanan pastoral.