Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Land Subsidence Analysis of Reclaimed Land using Time-Lapse Microgravity Anomaly in Manado, Indonesia Wibowo, Sandy Nur Eko; Mamuaya, Gybert E.; Djamaluddin, Rignolda
Forum Geografi Vol 32, No 1 (2018): July 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v32i1.5882

Abstract

Coastal area land reclamation is a policy with various benefits, including its potential to increase economic growth. However, reclamation also potentially has adverse impacts on the environment, including increasing pressure on biodiversity, natural resources and natural ecosystems, and the most common problem is land subsidence. This study uses time-lapse microgravity anomaly to ascertain the distribution of gravity and vertical gradient anomaly in order to map the subsidence characteristics occurring in the Manado reclamation area. From the research that has been previously conducted, the positive gravity anomaly is spread around Megamall-Multimart to the north of Monaco Bay and on the southern side of Manado Town Square (Mantos). Positive anomaly values range from 3 to 29.7 μGal. The negative anomaly values are scattered around the Mantos and Megamas separating bridge and at some points around the Whiz Prime Hotel, Menora Church and towards the Pohon Kasih Megamas area. The reclaimed areas generally experience subsidence accompanied by a reduction in groundwater mass (Megamall and Mantos) due to the use of the groundwater by the community in these areas. Uplifts also occur at some points in the reclamation area of Megamas as a result of the occurrence of land subsidence. Longer-term research is needed to determine whether there is an increase in the rate of land subsidence in the Manado reclamation area. Over a longer period of time it can also be established whether there are other factors which affect land subsidence. Other geodetic methods to monitor subsidence, such as levelling, InSAR and GPS survey, which have been conducted in other locations, are also needed to obtain more detailed information about the land subsidence in this area.
ANALISIS POTENSI RAMBATAN TSUNAMI DI PANTAI UTARA DESA DULUKAPA DAN DEME 1 KABUPATEN GORONTALO UTARA UNTUK MITIGASI BENCANA TSUNAMI Nurfitriani, Nurfitriani; Mamuaya, Gybert E.; Djamaluddin, Rignolda; Yatimantoro, Tatok
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 20, No 2 (2018)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1426.346 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2018.20-2.767

Abstract

Secara tektonik, zona subduksi di utara Gorontalo berpotensi menimbulkan gempa bumi yang dapat mengakibatkan tsunami. Kajian statistik seismisitas menunjukkan adanya indikasi celah kegempaan di wilayah tersebut dengan Magnitudo maksimum sebesar 8,2 Mw. Pemodelan tsunami dilakukan untuk mengestimasi ketinggian run up tsunami di pesisir pantai dan luasan daerah genangan tsunami sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Desa Dulukapa dan Deme 1. Pemodelan tsunami menggunakan teori gelombang linier di laut dalam dan gelombang perairan dangkal pada perairan dengan kedalaman dangkal dan daerah landaan dengan grid yang konstan dengan bantuan aplikasi TUNAMI-N2. Gempa bumi yang digunakan untuk pemodelan merupakan skenario terburuk berdasarkan tatanan tektonik dan sejarah kegempaan wilayah penelitian. Data yang digunakan meliputi data batimetri GEBCO (General Bathymetric Chart Of The Ocean) grid 30 arc second dan topografi SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) grid 1 arc second yang dikeluarkan oleh USGS. Selanjutnya, data gempa bumi dan tsunami masing-masing diperoleh dari katalog gempa bumi Advanced Nasional Seismic System (ANSS) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil penelitian menunjukkan waktu penjalaran gelombang dari episenter ke pantai utara Desa Dulukapa 18,2–13,8 menit dengan run up 9,8–13,8 m dan jarak terjauh landaan tsunami sejauh 800 m. Sementara itu, waktu tiba tsunami di Desa Deme 1 sekitar 18,8–23,83 menit dengan run up 10,76–15,1 m, dan jarak terjauh landaan tsunami sejauh 830 m. Luasan daerah landaan tsunami mencapai 1900 m² pada kedua desa tersebut. Kedua desa tersebut merupakan wilayah yang rawan terdampak tsunami sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi bahaya tsunami untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan.
CLIMATE PHENOMENON OF LA NIñA AND EL NIñO ADVANCES ON VARIATION IN SEA WATER LEVEL OF LEMBEH STRAIT AND SANGIHE WATERS ., Riyadi; Tarumingkeng, Adri A; Djamaluddin, Rignolda; Mamuaya, Gybert E
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2273

Abstract

Coastal Waters of Lembeh Strait characterizes by small waves and bathymetry undulation. While Sangihe waters have big waves, coastal bays with gently sloping beaches and flawless beaches that are generally steep headlands or cliffs on the shoreline. Differences in these two characters are interesting to watch, especially the value of the Mean Sea Level (MSL). The Least square method is the method of calculating the tidal harmonic constants which are the amplitude and phase lag. Formzahl number calculation is used to determine the type of the tidal in these two waters. The Formzahl numbers of these two waters ranged from 0.26-1.5, so there was no difference in the tidal type. The type of tidal of these two waters was catagorised as Mixed Tide Prevailing Semidiurnal, which is generally in eastern Indonesia waters. Comparison of the fluctuation of Mean Sea Level (MSL) in Lembeh Strait waters in normal climatic conditions, lanina and elnino showed the difference in height. In elnino condition, the MSL value was 87 mm lower (5.9%) than in normal operating condition (1387 mm), and in lanina condition, the average of MSL was higher 51 mm (3.46%) of the normal condition (1525 mm). While in normal climatic conditions, the MSL was 1474 mm© Perairan laut di Selat Lembeh mempunyai karakteristik gelombang kecil dan batimetri berundulasi.  Sedangkan di perairan Sangihe memiliki gelombang besar, pantai teluk berparas pantai landai dan pantai tanjung yang umumnya terjal atau bertebing pada garis pantai. Perbedaan dua karakter ini menjadi hal yang menarik untuk diamati, terutama muka air laut rerata (MLR). Metode least square adalah metode perhitungan pasang surut yang digunakan untuk menghitung konstanta harmonik yaitu amplitude dan kelambatan fase. Dengan perhitungan bilangan Formzahl akan mengetahui tipe pasang surut di kedua perairan tersebut. Diperoleh bilangan Formzahl perairan tersebut berkisar antara 0,26-1,5, sehingga tidak ada perbedaan tipe pasang surutnya. Tipe pasang surut antara kedua perairan ini adalah tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia bagian timur.  Perbandingan fluktuasi muka laut rerata (MLR) di perairan Selat Lembeh pada kondisi iklim normal, El Niño dan La Niña menunjukkan perbedaan ketinggian. Di mana pada kondisi El Niño mempunyai muka laut rerata (MLR) lebih rendah 87 mm (5,9%) dari kondisi normalnya yaitu 1387 mm dan pada kondisi La Niña mempunyai muka laut rerata (MLR) lebih tinggi 51 mm (3,46%) dari kondisi normalnya yaitu 1525 mm. Sedangkan pada kondisi iklim normal muka laut rerata (MLR) adalah 1474 mm©
Karakteristik Arus Di Perairan Sekitar Kawasan Kelurahan Sario Tumpaan Teluk Manado Narahawarin, Salvatore a’Paulo; Djamaluddin, Rignolda; Angmalisang, P. Astony
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 2 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.2.2013.2011

Abstract

Sejak era 1990anpembangunan di Kota Manado mulai difokuskan di wilayah pesisir. Kegiatan reklamasimemberikan dampak terhadap pergerakan massa air terutama di kawasan pantai padaskala tertentu.   Pemantauan secara berkala terhadap kondisi oseanografiskawasan pantai sekitar lahan reklamasi dipandang penting dilakukan untuk mencermatisejauh mana perubahan telah terjadi dengan menentukan arah dan kecepatan arus sertamenganalisis dinamika arus yang berlaku saat bulan kuartir akhir dan bulan purnama.  Denganmenerapkan metode lagrangian ditemukan beberapa hal penting terkaitkarakteristik arus yang berlaku pada kawasan yang diobservasi.  Pada periode bulan kuartir akhir, kecepatanresultan arus yang terukur saat surut dan pasang bervariasi diantara 0,70sampai 1,40 knot. Saat surut arus mengarah ke Barat dan Barat Laut sedangkansaat pasang mengarah ke Barat dan Barat Daya. Pada periode bulan Purnama  kecepatan resultan arus yang terukur saatsurut dan pasang bervariasi diantara 0,70 sampai 1,09 knot.  Saat surut umumnya arus mengarah ke BaratLaut dan Utara, berbeda  dengan waktupasang dimana arah arus ke Barat.  Araharus di perairan Sario Tumpaan saat pergerakan air pasang dan surut selalumengarah ke laut dengan arah relatif ke Barat Daya,  Barat dan Barat Laut.
Morfometri lereng kawasan sub-litoral pantai Malalayang II Kota Manado Djabar, Brama; Djamaluddin, Rignolda; Rampengan, Royke
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 3 (2017): Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.5.3.2017.17843

Abstract

Pemanfaatan pantai harus didukung oleh pemahaman yang baik tentang morfometri lereng ruang pantai tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan batimetri ruang dan pergerakan arus di kawasan sub-litoral Pantai Malalayang II, serta menganalisis kaitannya terhadap perubahan ruang pantai. Dengan menerapkan metode Lagrangian dan pengukuran kedalaman, diperoleh hasil bahwa ruang pantai bagian Barat memiliki perairan yang dangkal dibandingkan bagian Timur sehingga pergerakan arus relatif cepat di ruang tersebut. Analisis data batimetri menyimpulkan bahwa kawasan ini rentan terhadap erosi pantai, untuk itu disarankan adanya pembangunan pelindung pantai demi keamanan dan pengembangan pemukiman di kawasan Pantai Malalayang II
IDENTIFICATION OF BEACH DEVELOPMENT ON THE NEAR MANADO PORT AND TONDANO RIVER Bawangun, Yongky W.; Djamaluddin, Rignolda; Manengkey, Hermanto W. K.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 1 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.1.2013.1282

Abstract

Coastal areas have been subjected to tourism activities, settlement and variousforms of industries. To support any development projects, coastal environment werereclaimed to be land, seaport and coastal protective constructions. Physically, coastconsists of several landscapes and one of them is in form of ‘beach’. In order to usecoastal environment properly and sustainably, there is a need for user to understand anyprocesses that work on the coast. Erosion is of importance problem in the coast, and thiscan be the reason for settlements and facilities destruction. The existence of jetty andnew land around the Manado Port has changed the hidrodynamic condition nearby. Thischange has facilitated the change in the sediment distribution near the mouth of TondanoRiver at certain level.
Indeks daun Sonneratia alba pada zona tumbuh berbeda di pesisir desa Tiwoho kabupaten Minahasa Utara Buamona, Dedi; Djamaluddin, Rignolda; Windarto, Agung
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 1 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.5.1.2017.14994

Abstract

Ekosistem mangrove terdapat di wilayah pesisir khususnya pada lingkungan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Ekosistem ini didominasi oleh spesis pohon dan semak yang mampu tumbuh di perairan asin dan payau. Sampel daun Sonneratia alba dikumpulkan dari tiga lokasi berbeda pada mangrove di Desa Tiwoho yang meliputi zona sebelah laut, zona tengah dan zona dekat daratan. Berdasarkan hasil pengukuran morfometrik daun S. alba di Desa Tiwoho diperoleh nilai koefisien keragaman morfometrik daun pada zona sebelah laut sebesar 75,76%, zona tengah 68,03% dan zona dekat daratan sebesar 63,29%.  Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan dalam hal adaptasi dan kompetisi di masing-masing zona. Hasil uji-t terhadap nilai rata-rata lebar dan panjang daun mengindikasikan bahwa secara umum lebar dan panjang daun berbeda secara signifikan. Kecenderungan yang ada bahwa ukuran lebar daun semakin membesar ke arah darat dengan nilai rata-rata di zona dekat daratan sebesar 115, 34 mm. Sedangkan ukuran panjang daun terbesar ditemukan di zona tengah dengan nilai rata-rata sebesar 79,54 mm. Hasil uji-t nilai rata-rata indeks daun pada ketiga lokasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara zona tengah dan zona dekat daratan. Antara zona sebelah laut dan zona tengah serta zona sebelah laut dan dan zona dekat daratan tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Arah dan kecepatan arus perairan sekitar Pulau Bunaken pada periode umur bulan perbani di musim pancaroba II Modalo, Robert; Rampengan, Royke; Opa, Esry; Djamaluddin, Rignolda; Manengkey, Hermanto; Bataragoa, Nego
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 1 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.6.1.2018.20201

Abstract

Arus merupakan proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan massa air secara horizontal dan vertikal. Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan arah dan kecepatan arus permukaan di perairan sekitar Pulau Bunaken serta menganalisis data kecepatan dan arah arus permukaan secara spasial dan temporal (saat pasang dan saat surut) di perairan sekitar Pulau Bunaken. Resultan kecepatan arus saat air bergerak pasang terukur berada pada kisaran 0,05 sampai 2,50 knot, sedangkan saat air bergerak surut berada pada kisaran 0,02 sampai 1,53 knot. Saat air bergerak pasang hampir 50% frekuensi kejadian resultan arusnya berkecepatan < 0,50 knot, saat air bergerak surut sekitar 50% frekuensi kejadiannya berada pada resultan kecepatan antara 0,50 sampai 1,00 knot.  Frekuensi kejadian resultan arah arus saat air bergerak pasang terbanyak mengarah ke Timur, yaitu sebesar 27,27%. Saat air bergerak surut, resultan arah pergerakan arus terbanyak mengarah ke Tenggara, yaitu sebanyak 22,73%. Secara spasial, fluktuasi kecepatan dan arah arus perairan sekitar Pulau Bunaken yang terukur pada skala temporal yang singkat (30 detik) memperlihatkan kondisi relatif konstan. Hanya pada beberapa tempat tertentu memperlihatkan kejadian perubahan baik kecepatan dan arah arusnya.
ANALISIS TUTUPAN VEGETASI MANGROVE DI PULAU MANTEHAGE, TAMAN NASIONAL BUNAKEN, SULAWESI UTARA Sapsuha, Jufran; Djamaluddin, Rignolda; Sondak, Calvyn F.A.; Rampengan, Royke M.; Opa, Esri T.; Kambey, Alex D.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 6, No 2 (2018): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.6.2.2018.21522

Abstract

Mangrove forest are typical forest growing on along coasts, river mouth saffected by tides. This study was conducted on April to September 2018 in Mantehage Island, Bunaken National Park, North Sulawesi. It was aimed to evaluate vegetation cover change during the period from 1995 to 2017 and to deskrip condition of mangrove vegetation at locations where the vegetation covers were identified to have been change. Image interpretation method and ground checks were applied in the study. RGB composite results of 473 1995 Landsat-5 images, RGB 453 of Landsat-7 images in 2005 and RGB 564 of Landsat-8 images in 2017 showed the area of mangrove vegetation cover in 1995, 2005 and 2017 respectively were 1333.95 ha, 1371.53 and 1383.21 ha. There was an increase in the area of mangrove vegetation cover in 1995-2005 covering an area of 37.58 ha and in the years 2005-2017 covering an area of 11.68 ha. In total there was an additional vegetation cover change of 49,26 ha for 22 years. Result from ground check indicated that the change in vegetation covers occurred at locations subjected to sedimentation, natural recovery at previous clear-cutting areas and area of artificial plantation. The phenomenan of mangrove diebach was found in the middle part between the two mainlands of Mantehage Island.Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Penelitian ini dilakukan dari bulan April-September 2018 di Pulau Mantehage, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara dengan tujuan untuk mengevaluasi perubahan tutupan vegetasi mangrove di Pulau Mantehage dengan selang waktu 1995, 2005 dan 2017sertaMendeskripsikan kondisi vegetasi mangrove yang teridentifikasi mengalami perubahan tutupan. Penelitian dilakukan dengan metode interpretasi citra dan survei lapangan (Ground check). Hasil komposit RGB 473 citra Landsat-5 tahun 1995, RGB 453 citra Landsat-7 tahun 2005 dan RGB 564 citra Landsat-8 tahun 2017 menunjukkan luas tutupan vegetasi mangrove pada tahun 1995, 2005 dan 2017 secara berturut-turut adalah 1333,95 ha, 1371,53 dan 1383,21 ha. Terjadi penambahan luas tutupan vegetasi mangrove pada tahun 1995-2005 seluas 37,58 ha dan pada tahun 2005-2017 seluas 11,68 ha, jika dijumlahkan dalam kurun waktu 22 tahun terjadi penambahan luas tutupan vegetasi mangrove sebesar 49,26 ha. Hasil Ground Check di lapangan menunjukkan penambahan luas tutupan vegetasi mangrove terjadi pada lahan yang mengalami sedimentasi, lahan terbuka bekas penebangan yang mengalami pemulihan kembali dan pada lokasi tertentu yang ditanami secara artifisial. Fenomena mangrove dieback ditemukan di lokasi bagian tengah antara dua daratan Pulau Mantehage.
Studi Perubahan Lahan Pantai Kolongan Di Kelurahan Malalayang Dua Kota Manado Mumu, Richard R.; Djamaluddin, Rignolda; Tarumingkeng, Adrie A.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 2 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.2.2013.2010

Abstract

TeridentifikasiPantai Kolongan telah dimanfaatkan secara intensif, salah satunya yaitu dengandibangunnya bangunan pelindung pantai T-groins.Efektivitas peran bangunan pelindung pantai T-groinsdalam meredamaksi faktor hidro-oseanografi serta menjalankan fungsinya dalam menangkapsedimen, merupakan faktor yang dikaji dalam studi ini. Diketahui bahwa faktorhidro-oseanografi sebagai agen geomorfik, merupakan kontributor terbesar dalamproses perkembangan suatu lahan pantai. Penelitian ini dilakukan dengan caramengamati kondisi lahan pantai dan menganalisis perubahan lahan pantai melaluipengamatan citra google sertamenganalisis karakteristik arus yang terjadi pada lahan yang diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan T-groinsmelindungi lahan pantai dibelakangnya. Hal ini ditunjang dengan hasil pengukurankemiringan lereng yang menunjukkan keberadaan lereng pantai yang cenderungdatar danlandai. Berdasarkan hasil analisis granulometri sedimen, Pantai Kolongansementara atau sedang dalam proses pendeposisian sedimen. Data hasil pengukuran arus di Pantai Kolongan bervariasi di setiap titikpengamatan, dengan kisaran kecepatan arus 0,08 knot – 0,47 knot saat pasang dan0,27 knot – 0,55 knot saat surut.