Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik Mesin Cakram

ANALISIS PERBEDAAN USIA PAKAI MOLDING BERBAHAN BAJA PERKAKAS SKS 12, SLEIPNER A88, DAN SKH 55 UNTUK PRODUK MUR (NUT) BAJA S50C Tatang Suryana
Jurnal Teknik Mesin Cakram Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/jtc.v3i2.7560

Abstract

Abstrak:Penelitian ini mempelajari usia pakai molding untuk produk mur. Bahan molding yang digunakan baja perkakas SKS 12, SLEIPNER A88 dan SKH 55, sedangkan bahan produk mur yang akan dihasilkan adalah baja karbon seri S50C. Ketiga bahan molding ini diujikan di industri. Pembuatan mur meliputi uji dimensi dengan mengukur toleransi dimensi mur dan uji usia pakai dengan melihat jumlah produk yang dihasilkan. Pengujian ini dilanjutkan dengan uji kekerasan mikro pada bagian sisi dalam dari molding. Usia pakai baja perkakas SKS 12 sebanyak 40.105 produk dengan toleransi dimensi berubah menjadi 0.055 mm, baja perkakas SLEIPNER A88 sebanyak 110.703 produk dengan toleransi dimensi berubah menjadi 0.053 mm, baja perkakas SKH 55 sebanyak100.404 produk dengan toleransi dimensi berubah menjadi 0.054 mm, uji kekerasan mikro baja perkakas menunjukkan bagian terdalam sisi molding rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan bagian tengah. Molding berbahan SKS 12 memiliki usia paling pendek, Molding berbahan SKH 55 memiliki usia panjang, dan Molding berbahan SLEIPNER A88 memiliki usia paling tinggi dan sedikit lebih tinggi dari SKH 55. Usia pakai SKS 12 dua sampai tiga kali pakai, sedangkan usia pakai SKH 55danSLEIPNER A88 diperkirakan lebih dari tiga kali pakai.Kata Kunci: Baja perkakas, sks 12, skh 55, sleipner a88, mur s50c,molding, uji kekerasan. Abstrak:Penelitian ini mempelajari usia pakai molding untuk produk mur. Bahan molding yang digunakan baja perkakas SKS 12, SLEIPNER A88 dan SKH 55, sedangkan bahan produk mur yang akan dihasilkan adalah baja karbon seri S50C. Ketiga bahan molding ini diujikan di industri. Pembuatan mur meliputi uji dimensi dengan mengukur toleransi dimensi mur dan uji usia pakai dengan melihat jumlah produk yang dihasilkan. Pengujian ini dilanjutkan dengan uji kekerasan mikro pada bagian sisi dalam dari molding. Usia pakai baja perkakas SKS 12 sebanyak 40.105 produk dengan toleransi dimensi berubah menjadi 0.055 mm, baja perkakas SLEIPNER A88 sebanyak 110.703 produk dengan toleransi dimensi berubah menjadi 0.053 mm, baja perkakas SKH 55 sebanyak100.404 produk dengan toleransi dimensi berubah menjadi 0.054 mm, uji kekerasan mikro baja perkakas menunjukkan bagian terdalam sisi molding rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan bagian tengah. Molding berbahan SKS 12 memiliki usia paling pendek, Molding berbahan SKH 55 memiliki usia panjang, dan Molding berbahan SLEIPNER A88 memiliki usia paling tinggi dan sedikit lebih tinggi dari SKH 55. Usia pakai SKS 12 dua sampai tiga kali pakai, sedangkan usia pakai SKH 55danSLEIPNER A88 diperkirakan lebih dari tiga kalipakai.
PENGARUH TEMPERATUR HARDENING TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN ALUMUNIUM A6063 PADA KOMPONEN AUTOMOTIVE MELALUI JOMINY TEST Abdul Choliq; Ahmad Maulana Soehada Sebayang; Tatang Suryana
Jurnal Teknik Mesin Cakram Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/jtc.v5i2.27069

Abstract

Aluminium A6063 merupakan aluminium paduan magnesium silicon. Aplikasi A6063 cukup luas, salah satunya sebagai komponen automotive seperti pipa dan tabung pneumatic cylinder. Material dasar Al 6063 memiliki kekuatan sedang sehingga mudah dibentuk, namun setelah itu perlu rekayasa untuk meningkatkan kekuatan komponen melalui hardening. Al 6063 dapat diberikan perlakuan  panas. Pada penelitian ini akan dicoba mengetahui kemampukerasan Al 6063 melalui uji jominy dengan vareasi pemanasan 350°C, 450°C, dan 550°C, lama penahanan pada temperatur pemanasan adalah 10 menit. Dengan variabel tersebut yang diharapkan mentransformasi sampel A6063 agar mencapai fasa pengerasan ketika diquenching.  Alat pemanas yang digunakan berupa tungku pemanas listrik. Pendinginan dengan semprotan air selama 10 menit. Uji kekerasan dilakukan dengan metode Hardness Leeb (HL) yang dilakukan pada 5 titik di 6 daerah permukaan sampel yang berjarak 20mm dari ujung sampel yang berdekatan dengan semburan air hingga pangkal. Indentasi pada 5 titik dilakukan pada dua sisi yang berlawanan dari setiap  sampel. Hasil uji kekerasan menunjukan bahwa distribusi kekerasan pada sampel A6063 setelah pemanasan mengalami penurunan dibandingkan sampel tanpa pemanasan. Semakin tinggi temperatur pemanasan akan semakin menurunkan nilai kekerasannya.