Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hermeneutika Hukum Islam Abû Ishâq Al-Syâthibî Fadal, kurdi
Jurnal Al-Adalah Vol 11, No 1 (2013): Volume XI No. 1 Januari 2013
Publisher : Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Langkah-langkah metodologis harus ditempuh setiap juris, mujtahid atau pengkaji hukum ketika mereka hendak menetap kan hukum. Langkah pertama adalah memahami secara mendalam terhadap teks-teks Alquran dan Hadis Nabi, mengetahui konteks munculnya teks-teks tersebut (sabab al-nuzûl dan sabab al-wurûd), serta memahami konteks kehidupan masyarakat sebagai subyek hukum tersebut sehingga hukum benar-benar mampu bernilai aplikatif dan memaslahatkan. Hermeneutika dikenal sebagai metode yang menawarkan ciri-ciri tersebut, terutama penekanannya pada bagaimana pemahaman atau hasil ijtihad hukum mampu mewujudkan kebaikan dalam kehidupan masyarakat.
TAFSIR ALQURAN TRANSFORMATIF : Perspektif Hermeneutika Kritis Hassan Hanafi Fadal, Kurdi
Jurnal Penelitian Vol 11 No 2: November 2014
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.663 KB) | DOI: 10.28918/jupe.v11i2.423

Abstract

This research reveals Hassan Hanafi’s methodological steps toward transformative interpretation, an interpretation that the starting point on the real experience of community. Hanafi takes two steps, namely the reading of the text of the Qur'an and reading community realities. Reading of the text adopted by specific approach (juz'i), thematic (maudu 'i), and refers to the text meaning (maqasid). While reading on the social context used: actual (Zamani), factual (waqi'i), and contextual, as well as recognize their realities. Hanafi assessed that this approach will bring the style of interpretation that really able to answer the problems of contemporary Muslim societies.
HAK IMAMAH SHALAT BAGI PEREMPUAN (Antara Misi Pembebasan Alquran Dan Belenggu Mazhab Fikih) Fadal, Kurdi
MUWAZAH Vol 6 No 1: Juni 2014
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.618 KB)

Abstract

Abstract :This paper examines the right for women as imam prayer for men in the Quranic and Islamic jurisprudence (school of thouht) perspectives. Based on the mission of Quranic liberation, every man and woman has the right that can not be limited by gender status, because Alquran gives equal rights for each to worship and to be devout to God, including as an imam prayer for men. However, the four schools of fiqh (Hanafian, Malikian, Syafi'ian, and Hanabilan) expressed otherwise. They stated that woman should not to be as an imam prayer of men. Although small fraction of fuqaha permited that action, but the mainstrem of Islamic school of thought is more widely supported by the majority of Muslim community and at a time it  shackle them. The shackle is influenced by religious texts positioning women as root of slander. The factor is compounded by the historical fact that the interpretation of religious texts is merely dominated by men. Abstrak : Makalah ini membahas hak bagi perempuan sebagai imam shalat bagi laki-laki dalam hukum Quran dan Islam (sekolah thouht) perspektif. Berdasarkan misi pembebasan Quran, setiap pria dan wanita memiliki hak yang tidak dapat dibatasi oleh statusnya jenis kelamin, karena Alquran memberikan hak yang sama untuk masing-masing untuk menyembah dan menjadi taat kepada Allah, termasuk sebagai doa imam bagi laki-laki. Namun, empat sekolah fiqh (Hanafian, Malikian, Syafi'ian, dan Hanabilan) menyatakan sebaliknya. Mereka menyatakan bahwa wanita tidak seharusnya menjadi sebagai doa imam laki-laki. Meskipun sebagian kecil dari fuqaha permited tindakan itu, tapi mainstrem sekolah Islam pemikiran lebih luas didukung oleh sebagian besar masyarakat Muslim dan pada waktu itu membelenggu mereka. Belenggu dipengaruhi oleh teks-teks agama memposisikan perempuan sebagai akar fitnah. Faktor ini diperparah oleh fakta sejarah bahwa penafsiran teks-teks agama hanya didominasi oleh laki-laki.
Epistemologi Anarkisme Paul Feyerabend dalam Studi Ilmu Tafsir al-Quran Fadal, Kurdi
RELIGIA Vol 18 No 1: April 2015
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.026 KB) | DOI: 10.28918/religia.v18i1.619

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang epistemologi anarkisme Paul Feyerabend dalam studi tafsir al-Qur'an. Selama ini studi tafsir al-Qur'an telah berkembang sangat pesat sejak periode formatif, afirmatif hingga transformatif. Berbagai metode dan pendekatan telah lahir mengiringi. Perkembangan itu menunjukkan bahwa studi tafsir berjalan secara dinamis. Namun, sebagian menilai tafsir al-Qur'an telah selesai pasca generasi ketiga dalam Islam. Melalui prinsip Anything Goes yang digagas Feyerabend, metode dan pendekatan apapun yang ditawarkan untuk menafsirkan al-Qur'an dapat berjalan dan "berkontestasi" secara terbuka. Satu sisi, hal ini sangat positif bagi perkembangan ilmu tafsir dalam konteks kemajuan zaman. Namun di sisi lain, anarkisme dalam bidang ini dapat menimbulkan tafsir liar yang melahirkan problem bagi kemajuan peradaban, seperti lahirnya terorisme dalam Islam yang sering disandarkan pada ayat-ayat al-Qur'an sebagai sumber justifikasinya.
GENEALOGI DAN TRANSFORMASI IDEOLOGI TAFSIR PESANTREN Fadal, Kurdi
Jurnal Bimas Islam Vol 11 No 1 (2018): Jurnal Bimas Islam 2018
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.199 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v11i1.47

Abstract

This paper examines how genealogy interpretation is studied at Islamic boarding school and how the study forms the ideology in Islamic boarding school world. Based on the genealogical historical approach, this paper reveals two things. First, Islamic boarding school interpretation has genealogical traces through the intellectual Moslem scholars network in Islamic boarding school with the Moslem scholars tradition in the Middle East especially in the context of the Qur'anic interpretation study. The tradition includes teaching tradition interpretation and  writing opus tradition. Both are influenced by similar traditions in the Haramayn Land. Secondly, through the genealogical process above born its own ideology which is very influential in the Islamic boarding school world. The sufi and fiqh pattern of the Islamic boarding school interpretation is more dominant than the other patterns. The sufi patter is inseparable from the role of Islamic boarding school mufasir who also become Sufi figures. While the fiqh pattern is often encountered Islamic boarding school mufasir because fiqh is the most popular study for people in Islamic boarding school, especially the Syafi'iyah mazhab. However, as time goes by, the ideology has undergone a transformation as a adjustment form to the time needs, that is the transformation towards the specific formation Sunni ideology in the Shafi?i?s mazhab in fiqh field and al-Ghazali and Sufism field. Tulisan ini mengkaji bagaimana genealogi tafsir yang dikaji di pesantren dan bagaimana kajian tersebut membentuk ideologi pemikiran di dunia pesantren. Berdasarkan pendekatan historis-genealogis, tulisan ini mengungkapkan dua hal. Pertama, tafsir pesantren memiliki jejak genealogis melalui jaringan intelektual ulama pesantren dengan tradisi keulamaan di Timur Tengah khususnya dalam konteks kajian tafsir al-Qur?an. Tradisi tersebut meliputi tradisi mengajarkan tafsir dan tradisi penulisan karya tafsir. Keduanya dipengaruhi oleh tradisi serupa di Tanah Haramayn. Kedua, melalu proses genealogis di atas lahir ideologi tersendiri yang sangat berpengaruh di dunia pesantren. Corak sufistik dan fikih pada tafsir pesantren lebih dominan dari pada corak yang lain. Corak sufistik tidak lepas dari peran para mufasir pesantren yang sekaligus menjadi tokoh sufi. Sementara corak fikih sering dijumpai para mufasir pesantren karena fikih merupakan kajian yang paling populer bagi masyarakat di lingkungan pesantren, terutama mazhab Syafi'iyah. Namun demikian, seiring perkembangan zaman, ideologi tersebut telah mengalami transformasi sebagai bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan zaman, yakni transformasi menuju pembentukan ideologi sunni yang spesifik pada mazhab Syafi?i dalam bidang fikih dan al-Ghazali dan bidang tasawuf.