Farida Yulianti
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Hortikultura

Pembungaan Jeruk Kalamondin Hasil Perbanyakan Melalui Somatik Embriogenesis yang Disambung pada Batang Bawah JC Nirmala Friyanti Devy; Hardiyanto Hardiyanto; Farida Yulianti
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n1.2013.p21-27

Abstract

Fase vegetatif mencakup fase juvenil yang ditandai dengan munculnya percabangan, pertumbuhan duri, serta belum berkembangnya bunga. Karakter ini ditemukan pada periode vegetatif asal biji dan hasil perbanyakan somatik embriogenesis (SE). Tujuan penelitian ialah mengetahui kemampuan berbunga dan berbuah tanaman jeruk Kalamondin hasil perbanyakan SE yang disambung dengan batang bawah JC setelah 1 tahun ditanam di lapangan. Penelitian pembungaan pada tanaman hasil perbanyakan SE yang disambung dengan batang bawah JC dilakukan di Kebun Percobaan Tlekung, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, pada Bulan Februari 2011-Maret 2012. Tanaman jeruk Kalamondin berasal dari hasil sambungan ex vitro, yaitu batang atas berasal dari embrio kotiledonari dan planlet disambungkan pada batang bawah JC dengan tiga perlakuan, yaitu planlet JC hasil perbanyakan SE yang berumur 4 dan 8 bulan setelah aklimatisasi serta semaian biji umur 8 bulan. Tanaman jeruk Kalamondin hasil sambungan berumur 1 tahun, ditanam di lapangan dan disusun secara RAK dengan tiga ulangan dengan unit percobaaan tiga tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan umur 7 bulan di lapangan, tanaman masih pada fase vegetatif, dengan pertumbuhan tertinggi pada perlakuan KPS yaitu tanaman yang berasal dari planlet Kalamondin yang disambungkan pada semaian JC. Namun, pada bulan kedelapan setelah tanam, pertanaman menunjukkan fase generatif yang ditandai dengan munculnya organ bunga. Jumlah bunga dan buah tertinggi terdapat pada perlakuan tanaman yang berasal dari planlet Kalamondin yang disambungkan pada batang bawah JC hasil aklimatisasi. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa hasil perbanyakan jeruk melalui SE, berupa embrio kotiledonari maupun planlet dapat dimanfaatkan sebagai batang atas yang tumbuh dan berkembang dengan normal di lapangan apabila didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal.
Pengujian Stabilitas Genetik Plantlet Citrumelo Hasil tTCL dari Kultur In Vitro Dengan Menggunakan Teknik Sekuen Berulang (Genetic Stability Assessment of Plantlet Derived tTCL Citrumelo Using Repetitive Sequence Technique) Farida Yulianti; Hidayatul Arisah; Dita Agisimanto
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n2.2017.p165-172

Abstract

Protokol organogenesis untuk perbanyakan plantlet Citrumelo menggunakan metode transverse thin cell layer (tTCL) batang telah berhasil dikembangkan. Identifikasi stabilitas genetik tanaman hasil kultur jaringan mutlak diperlukan untuk menguji keberadaan off-type. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui potensi primer retrotransposon dan inter simple sequence repeat (ISSR) dalam mendeteksi stabilitas genetik tanaman Citrumelo dari periode kultur yang panjang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2015 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Tlekung. Sebanyak empat penanda dengan urutan basa berulang, yaitu retrotransposon dan ISSR digunakan untuk menguji stabilitas genetik plantlet in vitro yang berumur 22 bulan dan untuk mengonfirmasi metode yang dapat diandalkan untuk perbanyakan jeruk Citrumelo yang true-to-type pada masa mendatang. Daun plantlet diseleksi dan diisolasi secara bulk. Amplifikasi dilakukan terhadap DNA dengan sistem bulk segregant analysis (BSA), dan kemudian dipisahkan menggunakan gel agarose. Tanaman in vitro yang sama secara morfologi dapat dibedakan oleh penanda INT-retrotransposon yang mendeteksi adanya kehilangan pita pada grup sampel dengan ukuran 550 bp. Keberadaan retrotransposon dalam genom berlimpah dan aktivasinya diinduksi oleh stres. Kondisi kultur jaringan berpotensi menginduksi aktivasi retrotransposon. Keragaman genetik diperoleh sebesar 2,6%, tetapi masih dapat diterima untuk plantlet yang dihasilkan dari kultur jangka panjang. Plantlet yang digunakan dalam penelitian ini adalah plantlet yang dikulturkan sejak awal tahun 2014 dan telah digunakan untuk mempelajari faktor media dan lingkungan kultur yang efisien pada Citrumelo selama periode 2014–2015. Aktivitas pengkajian variabilitas genetik plantlet yang dihasilkan melalui tTCL batang masih terus dilakukan. Kombinasi protokol dan deteksi berbasis penanda PCR menjadi sarana yang efektif untuk perbanyakan massa benih berkualitas hasil kultur jaringan untuk mendukung progam pemuliaan maupun perbenihan.KeywordsCitrumelo; tTCL; Variabilitas genetik; Retrotransposon; ISSRAbstractAssessment of genetic stability of long-term cultivation of plantlet derived tTCL Citrumelo using repetitive sequence primers. Regeneration of plantlet from organogenesis of stem transverse thin cell layer (tTCL) was achieved for Citrumelo, a valuable rootstock. Identification of the genetic stability of plant tissue culture is absolutely necessary. The aim of this study was to assess the potential retrotransposons and inter simple sequence repeat (ISSR) primers in detecting the genetic stability of the Citrumelo plantlet derived from tTCL technique. The research was conducted from Juni 2013 until October 2015 in Breeding Laboratory of Indonesian Citrus and Subtropical Fruits Research Institute. A four repetitive based sequences retrotransposon and ISSR marker assays were used to evaluate genetic stability of a group of 22 months old in vitro plantlets and to confirm the most reliable method for true-to-type propagation of Citrumelo. Leaves of plantlets were selected and isolated in bulk. Groups of DNA in bulk segregant analysis (BSA) were amplified and separated using agarose gel. Vitroplants that morphologically similar have been effectively distinguished by a selected primer INT- retrotransposon that detect an deletion band at 550 bp on a line a group of sample. Retrotransposon is abundance through the genome and its activation induced by stress condition. Tissue culture condition was reported potential to induce retrotransposon activation. The genetic variation of 2.6% was acceptable for the culture that produced from long-term. Plantlets used in this study were selected from population induced from early 2014, and employed for studying media as well as environment factors for efficiently organogenesis of citrumelo in period of 2014-2015. However, additional study is on going for evaluating genetic variability from a cycle plantlet production through tTCL of stems. This combination protocol of organogenesis and PCR based markers detection would be powerful tools for mass propagation of high quality seedling derived tissue culture for breeding or cultivation programs.
Keefektifan Eliminasi Penyakit Sistemik (Huanglongbing dan Citrus Tristeza Virus) pada Jeruk dengan Embriogenesis Somatik Sri Widyaningsih; Farida Yulianti; Nirmala Frianti Devy
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n2.2013.p107-113

Abstract

Perbanyakan tanaman dengan teknik embriogenesis somatik diduga mampu mengeliminasi penyakit sistemik pada tanaman jeruk. Namun tingkat keefektifan eliminasi penyakit sistemik tersebut sangat bergantung pada eksplan dan status penyakit pada pohon induk. Tujuan penelitian ialah mengetahui keefektifan perbanyakan dengan embriogenesis somatik dalam membersihkan penyakit sistemik pada jeruk (huanglongbing dan citrus tristeza virus). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu dan Screenhouse Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Tlekung, Kota Batu. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari 2010 sampai dengan Desember 2011. Pengujian status penyakit sistemik dilakukan terhadap hasil perbanyakan melalui teknik embriogenesis somatik yang berasal dari tanaman induk terinfeksi dan bebas penyakit sistemik huanglongbing (HLB) dan citrus tristeza virus (CTV). Analisis penyakit HLB menggunakan metode pengujian PCR, sedangkan analisis penyakit CTV menggunakan metode DAS-ELISA. Pengujian dilakukan pada empat stadia pertumbuhan (kalus, embrio, planlet, dan semai) hasil perbanyakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik embriogenesis somatik efektif mengeliminasi penyakit HLB, namun kurang efektif untuk penyakit CTV. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian yang menunjukkan bahwa semua varietas dan semua stadia yang diuji bebas dari HLB, namun untuk CTV hanya terjadi pada varietas keprok Kinnow, siam Kintamani, dan nipis. Pada varietas JC (Japanche citroen) fase embrio, 40% dari sampel yang diuji masih terinfeksi CTV. Oleh karena itu, pengambilan nuselus sebagai sumber eksplan pada perbanyakan tanaman jeruk dengan embriogenesis somatik perlu dilakukan pada tanaman yang bebas dari penyakit sistemik.