Agus Wahyudi
(Sosial Ekonomi), (h-index : 2), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri

SISTEM PRODUKSI MINYAK SERAI WANGI BERKELANJUTAN Sustainable Production System of Citronella Oil Agus Wahyudi
Perspektif Vol 20, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n2.2021.94-105

Abstract

ABSTRAK Minyak serai wangi merupakan produk dari penyulingan daun tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus L.) yang digunakan dalam industri parfum, kosmetik dan farmasi. Produksi minyak serai wangi dapat berkelanjutan jika didukung oleh budidaya serai wangi, penyulingan dan jaminan bahan baku yang juga berkelanjutan. Keberlanjutan produksi minyak serai wangi sering kali dipertanyakan karena budidayanya berpotensi menimbulkan degradasi lahan, penyulingan yang tidak kontinu karena pasok bahan baku yang sulit mencapai kapasitas minimum. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mempelajari sistem produksi minyak serai wangi secara berkelanjutan, yaitu tinjauan atas sistem budidaya serai wangi dan penyulingan minyak serai wangi, serta jaminan pasok bahan baku yang menjadi perangkai antara kedua sistem tersebut. Sistem budidaya tanaman serai wangi berkelanjutan dapat diterapkan terhadap aktivitas budidaya tanaman yang terdiri atas penanaman, pemeliharaan dan panen.  Penyulingan minyak serai wangi berkelanjutan diterapkan dengan menjamin pasokan bahan baku tepat mutu, kuantitas dan tepat waktu sehingga penyulingan dapat beroperasi sesuai target kapasitas produksinya. Pasokan bahan baku dari pekebun baik secara langsung kepada penyuling atau tidak langsung melalui pengumpul atau agen dengan pola relasi bebas, kemitraan atau terintegrasi yang semakin tinggi keberlanjutannya. Untuk mencapai keberlanjutan sistem produksi minyak serai wangi dapat dirancang melalui koordinasi antara sistem penyulingan dan sistem produksi bahan baku agar pasok bahan baku terjamin.  Transformasi pola relasi antara perkebunan dan penyulingan diperlukan dari pola relasi bebas menjadi pola kemitraan atau terintegrasi.ABSTRACT Citronella oil is a product of the distillation of the leaves of lemongrass (Cymbopogon nardus L.)  used in the perfume, cosmetics and pharmaceutical industries. The production of citronella oil can be sustainable if supported by the sustainable cultivation of lemongrass, distillation and guaranteeing raw materials. The sustainability of citronella oil production is often questioned because its cultivation has the potential to cause land degradation, and distillation cannot continuously reachs minimum capacity because of the lack of supply of raw materials. The purpose of this review is to study the system of sustainable production of citronella oil, namely a review of the system of lemongrass cultivation and distillation of citronella oil, as well as the guarantee of supply of raw materials that bridges between the two systems.  Sustainable lemongrass cultivation system can be applied by reffering the improvement of environment, economy and social impacts to cultivation activities consisting of planting, maintenance and harvesting. Sustainable citronella oil distillation can be applied by ensuring the supply of raw materials on quality, quantity and on time scheduled, so that the distillers can operate within its production capacity target. The supply of raw materials from growers either directly or indirectly to distillers or through collectors or agents with patterns of free, partnerships or integrated relations that are increasingly sustainable. To achieve the sustainability of the citronella oil production system can be designed through coordination between the distillation and the raw material production systems, hence the supply of raw materials can be guaranteed. Transforming the pattern of relations between growers and distillers is needed, from free relations to partnership or integration pattern.
PENINGKATAN DAYA SAING USAHA PERKEBUNAN TEBU RAKYAT DI JAWA: TANTANGAN DARI PERSPEKTIF KEBIJAKAN / Improving the Competitiveness of Sugarcane Farming in Java: Challenges from Policy Perspectives Agus Wahyudi
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.35-49

Abstract

ABSTRAK Produksi gula dari usaha perkebunan tebu rakyat di Jawa hingga saat ini masih menjadi andalan produksi gula nasional, tetapi dalam lima tahun terakhir kontribusinya menurun sejalan dengan semakin menurunnya areal tebu. Kondisi ini menunjukkan bahwa daya saing usaha tebu rakyat semakin menurun yang diindikasikan oleh tingkat keuntungan yang terus menurun dan lebih rendah daripada usaha tani lainnya. Untuk meningkatkan daya saing usaha tebu rakyat diperlukan kebijakan pemerintah dalam rangka membantu memecahkan masalah atau mengatasi kendala-kendala, baik yang bersifat teknis maupun ekonomi. Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari alternatif kebijakan teknis yang diperkirakan dapat membantu mengatasi kelangkaan sumber daya yang kemungkinan terjadi; serta mempelajari kemungkinan diperlukannya kebijakan pemberian insentif agar kebijakan teknis secara efektif dapat berjalan, melalui simulasi penetapan harga jual tebu dan gula. Alternatif kebijakan teknis yang bisa diterapkan untuk membantu mengatasi kelangkaan sumber daya yang terjadi pada sumber daya lahan, tenaga kerja, pupuk, benih tebu dan modal. Kelangkaan lahan mendorong terjadinya pergeseran budidaya tebu ke lahan kering, dengan potensi produktivitas lebih rendah, sehingga perlu pengembangan infrastruktur irigasi sederhana.  Kelangkaan tenaga kerja terjadi berulang pada saat kegiatan puncak, sehingga perlu pola tanam tebu yang memungkinkan penerapan mekanisasi. Kelangkaan pupuk sering terjadi karena kegiatan pemupukan tebu bersamaan dengan usaha tani lainnya, sehingga perlu koordinasi antar lembaga terkait untuk menyediakan pupuk khusus untuk usaha tebu. Benih tebu bermutu sangat langka, sehingga perlu penyederhanaan peraturan penjenjangan kebun benih tebu, agar produksi benih dapat berjalan. Modal usaha tebu rakyat masih langka dan belum sepenuhnya dapat dipenuhi dengan penyaluran KUR Khusus Tebu, sehingga perlu kebijakan operasional untuk meningkatkan akses terhadap KUR. Selain itu masalah ketidakpastian harga tebu juga harus diatasi, melalui kebijakan penetapan harga jual tebu, yang sekaligus sebagai insentif bagi pekebun untuk meningkatkan produktivitas tebu.ABSTRACT Sugar production from smallholder farming in Java still has significant contribution to the national sugar production, however, in the last five years the contribution has decreased in line with the decreasing sugar cane area. This condition indicates that the competitiveness or profitability rate is decreasing and lower than other farmings. To improve the competitiveness, government policies are needed in order to assist in relaxing the constraints, both technical and economic constraints.  This paper aims to study the technical policies that are expected to overcome the scarcity of resources that are likely to occur; as well as to study the possible incentive policies applied to support the technical policies, through simulations of the pricing of sugar cane and sugar.  Alternative technical policies are applied to overcome resource scarcity in land resources, labor, fertilizer, sugar cane seeds and capital. Land scarcity has encouraged the shift of sugarcane cultivation to dry land, with lower productivity potential, so it needs the development of simple irrigation infrastructure.  Labor scarcity occurs repeatedly during peak activities hence it is necessary to cultivate sugarcane patterns that allow the application of mechanization. Fertilizer scarcity often occurs because of sugarcane fertilization activities in concurrence with other farmings, so it is necessary to coordinate between related institutions to provide special fertilizer for sugar cane farms. Quality sugar cane seeds are very rare, so it is necessary to simplify the regulation of the classifications of sugarcane seeds, in order the seed production can run. The capital is still scarce and can not be fully fulfilled with the KUR (small scale credit program), so it needs operational policies to improve the access to KUR. In addition, the problem of sugarcane price uncertainty must also be addressed, through the policy of pricing of sugarcane, which also as an incentive for farmers to increase the productivity.