Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Kajian Yuridis Perlindungan Penyu Wihelmus Jemarut; Kornelia Webliana B; Diah Permata Sari
Jurnal Ilmiah Dunia Hukum VOLUME 6 NOMOR 1 OKTOBER 2021
Publisher : PDIH Untag Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35973/jidh.v6i1.2613

Abstract

Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), 1973, menetapkan Penyu sebagai satwa dalam kategori Appendix I, yang bermakna bahwa Penyu merupakan salah satu satwa yang terancam punah dan harus dilindungi. Persoalannya adalah komersialisasi penyu di Indonesia masih marak terjadi. Artikel ini hendak menjawab pertanyaan; apa dasar hukum perlindungan penyu di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dasar hukum perlindungan Penyu di Indonesia sebagai landasan yuridis upaya-upaya perlindungan penyu. Metode penelitian yang digunakan yakni metode penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach).Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia ikut menandatangani CITES (1973) dan telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978. Perlindungan terhadap penyu, selanjutnya diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dengan peraturan pelaksananya yakni Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Selain itu, penyu juga dilindungi oleh UU No. 31 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
Upaya Perlindungan Penyu Di Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Penyu Pantai Kuranji, Lombok Barat Wihelmus Jemarut; Kornelia Webliana B; Diah Permata Sari
Jurnal Hutan dan Masyarakat VOLUME 13 NOMOR 1, JULI 2021
Publisher : Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.84 KB) | DOI: 10.24259/jhm.v13i1.11709

Abstract

Abstract : In 2017, the government designated Kuranji Beach West Lombok as the Sea Turtle Corridor Essential Ecosystem Area (KEE Kuranji).  This is intended to protect the existence of sea turtles in the area. However, the practice of catching and trading sea turtles and or parts of the sea turtles and turtle eggs is still rampant by the people around the area. Based on this, it is necessary to conduct a study with the aim of evaluating the efforts to protect turtles in the KEE of the sea Turtle Corridor, Kuranji Village, West Lombok. This study describes descriptively on the protection of turtles in terms of preemptive, preventive and repressive efforts. This research was conducted from July to August 2019 with data collection using purposive sampling technique. The results showed that the effectiveness of turtle protection in the Kuranji Village area was still low, both at the preemptive stage to raise public awareness, supervision was still minimal (preventive), and there were no efforts to take action against violators (repressive). Based on the search result, there is no data on prosecution for violations of turtle use in the 2017-2019 period, while the results of field observations and interviews with the community show that during this period the practice of selling turtle eggs was rampant.
UPAYA PENANGGULANGAN EROSI DAN TANAH LONGSOR MENGGUNAKAN LIMBAH SABUT KELAPA DI DUSUN KLUI, DESA MALAKA Kornelia Webliana B; Diah Permata Sari; Solikatun Solikatun
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1170.459 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.2979

Abstract

ABSTRAKSebagian  besar wilayah Dusun Klui, Desa Malaka memiliki topografi wilayah yang berbukit untuk areal perkebunan dan topografi datar untuk pemukiman. Salah satu potensi perkebunan yang cukup melimpah yang dimiliki Desa Malaka adalah kelapa. Sejauh ini pemanfaatan kelapa masih terpaku pada hasil primer, yaitu air dan daging kelapa serta tempurung kelapa untuk arang. Limbah sabut kelapa belum dimanfaatkan, padahal memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang dapat membantu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan keberlanjutan dari ekosistem. Salah satu bentuk pemanfaatan limbah sabut kelapa berupa cocomesh memiliki fungsi penting dalam pencegahan erosi dan longsor pada kelerengan curam. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nila ekonomi dan ekologi limbah sabut kelapa dalam bentuk cocomesh sebagai alternatif pencegahan erosi dan longsor di Dusun Klui Desa Malaka. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu sosialisasi dan pelatihan pembuatan cocomesh. Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat menunjukkan bahwa limbah perkebunan berupa sabut kelapa dapat diolah menjadi cocomesh yang bernilai ekonomi dan ekologi. Masyarakat Dusun Klui mendapatkan pengetahuan dan wawasan setelah dilakukan sosialisasi mengenai penangan limbah sabut kelapa untuk pencegahan erosi. Masyarakat Dusun Klui juga mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah limbah sabut kelapa menjadi cocomesh dan mempraktikannya dalam pemasangan cocomesh di lahan perkebun yang memiliki tingkat kecuraman yang tinggi. Kata kunci : cocomesh; erosi; longsor. ABSTRACTMost of the Klui Hamlet, Malacca Village, has a hilly topography for plantation areas and a flat topography for settlements. One of the potential plantations that is quite abundant in the village of Malacca is coconut. So far, coconut utilization is still focused on primary products, namely water and coconut meat and coconut shell for charcoal. Coconut husk waste has not been utilized, even though it has economic and ecological value that can help to increase community income and the sustainability of the ecosystem. One form of utilization of coconut husk waste in the form of cocomesh has an important function in preventing erosion and landslides on steep slopes. The purpose of this activity is to improve the economic and ecological value of coconut husk waste in the form of cocomesh as an alternative to erosion and landslide prevention in Klui Hamlet, Malacca Village. The methods used to achieve these objectives are socialization and training in making cocomesh. The results of community service activities show that plantation waste in the form of coconut husks can be processed into cocomesh which has economic and ecological value. The people of Klui Hamlet gained knowledge and insight after socialization was carried out on coconut husk waste handlers for erosion prevention. The people of Klui Hamlet also gain knowledge and skills in processing coconut husk waste into cocomesh and practice it in installing cocomesh on sloping garden land. Keywords : cocomesh; erosion; landslide. 
STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN MANGROVE DI KECAMATAN LEMBAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Diah Permata Sari; Muhamad Husni Idris; Hairil Anwar; Kornelia Webliana B
JURNAL HUTAN PULAU-PULAU KECIL Vol 6 No 1 (2022): JHPPK
Publisher : Program Studi Manajemen Hutan, Pascasarjana Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jhppk.v6i1.5787

Abstract

Mangrove area management that does not pay attention to environmental impacts will lead to degradation vulnerability of habitat and mangrove species. This research was conducted using observation and interview methods. Interviews were conducted by purposive sampling using key informants. Data were analyzed using SWOT to identify management strategies for mangrove areas in Lembar District. The results showed that the management strategy of mangrove areas in Lembar District was in quadrant I or an aggressive strategy. Priority strategies in managing mangrove areas in Lembar District include: (a) Formulate regulations on the conservation and utilization of mangrove areas by involving all community groups, (b) Develop a mangrove data bank in collaboration with academics through education, research and service, (c) Prepare zoning plans for the utilization of the Teluk Lembar coastal area, especially mangrove areas to prevent conflicts over utilization , (d) Develop an ecotourism development plan by considering the carrying capacity, and (e) Implementation of enrichment planting programs and widening of mangrove green lanes to increase the effectiveness of the role of mangroves as bioremediators.
Tingkat Kerusakan Kawasan Mangrove di Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat Diah Permata Sari; Muhamad Husni Idris; Irwan Mahakam Lesmono Aji
Journal of Forest Science Avicennia Vol. 5 No. 1 (2022): FEBRUARI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/avicennia.v5i1.19552

Abstract

Kawasan mangrove di Kecamatan Lembar merupakan bagian dari kawasan ekosistem essensial (KEE) koridor mangrove Teluk Lembar.  Aktivitas pembangunan dan pemanfaatan kawasan mangrove yang kurang memperhatikan kaidah lingkungan dapat berdampak pada kerusakan kawasan mangrove.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kerusakan kawasan mangrove di Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat.  Penentuan tingkat kerusakan kawasan mangrove menggunakan sistem informasi geografis dan penginderaan jauh dengan menggunakan tiga ktiteria yaitu jenis penggunaan lahan, kerapatan mangrove dan ketahanan tanah terhadap erosi.  Metode yang digunakan dalam analisis tingkat kerusakan yaitu metode skoring.  Berdasarkan hasil penelitian, jenis penggunaan lahan di kawasan mangrove didominasi oleh silvofishery dan kebun, kerapatan mangrove didominasi oleh kerapatan sedang dan jenis tanah didominasi oleh tanah Regosol yang merupakan jenis tanah peka terhadap erosi.  Tingkat kerusakan kawasan mangrove di Kecamatan Lembar didomiasi oleh kondisi rusak sekitar 57% atau 64,52 Ha yang tersebar di Desa Lembar Selatan seluas 50,4 Ha, Desa Labuan Tereng 1,62 Ha dan Desa Eyat Mayang 12,55 Ha.  Selain itu, kondisi kawasan mangrove yang rusak berat sekitar 22% atau 24,51 Ha dan tidak rusak sekitar 21% atau 24,18 Ha.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN TAMAN KOTA DI WILAYAH MATARAM Diah Permata Sari; Kornelia Webliana B
Jurnal Silva Samalas Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v2i2.3658

Abstract

Taman Kota merupakan  salah satu jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Kota Mataram merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki beberapa taman kota yang diharapkan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara, panas, debu, menjadi pengendali iklim mikro, upaya konservasi tanah dan air di perkotaan, dan berfungsi sebagai tempat aktivitas wisata dan olahraga. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap kenyamanan dalam melaksanakan aktivitas pada beberapa Taman Kota dengan fungsi wisata dan olahraga di Kota Mataram. Lokasi penelitian difokuskan pada Taman Udayana, Taman Sangkareang, Taman Mayura dan Taman Selagalas dengan metode penentuan lokasi menggunakan purposive sampling, dan penentuan responden menggunakan Insidental Sampling dengan unit analisis masyarakat atau pengunjung di wilayah Taman Kota. Teknik wawancara menggunkan instrument kuesioner yang merujuk pada parameter yang meliputi kondisi vegetasi, fasilitas pendukung, keterwadahan aktivitas pengunjung, kemampuan dalam menetralisir suhu panas, tingkat kenyamanan, kemampuan dalam meredam angin, radiasi matahari dan polusi. Hasil penelitian menunjukkan persepsi tertinggi dalam hal kenyamanan kota yaitu pada Taman Mayura dengan nilai 98%, kemudian Taman Selagalas yaitu sejumlah 90,5%, kenyamanan sedang pada Taman Udayana yaitu 76,375% dan yang paling rendah pada Taman Sangkareang yaitu 57,25%. Tingginya nilai kenyamanan pada Taman Mayura disebabkan kebersihan, kelengkapan fasilitas yang terjaga dengan baik, penataan vegetasi yang rapi serta keunikan taman sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Bali. Tingkat kenyamanan di Taman Sangkareang dinilai paling rendah dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendukung dan suhu panas yang dirasakan oleh responden jika berada di tengah taman, kenyamanan termal hanya dapat dirasakan di sekeliling taman yang masih terdapat banyak vegetasi.
KESESUAIAN LAHAN UNTUK AKTIVITAS WISATA DI KAWASAN EMBUNG BUAL, KABUPATEN LOMBOK TENGAH Kornelia Webliana B; Diah Permata Sari
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 5 No. 3 (2019): September 2019
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Embung Bual merupakan salah satu atraksi wisata yang memiliki daya tarik yang cukup tinggi di desa Aik Bual, Kabupaten Lombok Tengah. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sekitar kawasan ini yaitu berrekreasi, piknik, kemping, dan kegiatan wisata berbasis ekologi seperti pengamatan satwa liar dan soft trekking di dalam kawasan hutan. Pengembangan wisata Embung Bual harus mempertimbangkan sifat fisik lingkungan, dan salah satu faktor penting yang menentukan kesesuaian komponen lingkungan untuk suatu kegiatan wisata adalah faktor lahan. Oleh karena itu penting dilakukan kajian dengan tujuan menganalisis kesesuain lahan untuk aktivitas wisata di sekitar kawasan Embung Bual. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan unit analisis pada penelitian ini yaitu elemen landskap tempat aktivitas wisata di sekitar kawasan Embung Bual. Hasil penelitian menunjukan keseluruhan area yang ditentukan untuk berkemah pada kawasan wisata Embung Bual sesuai apabila digunakan untuk kegiatan berkemah. Hasil penilaianlahan bangunan pada area rekreasi memiliki kesesuaian sedang hingga sesuai, dengan demikian perlu dilakukan peningkatan atau penataanfisik seperti mengatur kemiringan lahan, kedalaman batuan dasar agar benar–benar sesuai untuk mendukung aktivitas rekreasi di sekitar kawasan Embung. Penilaian lahan untuk area bermain memiliki kriteria sedang sampai sesuai dan perlu dilakukan penataan pada kemiringan lahan, tekstur tanah permukaan dan kebatuanguna mengoptimalkan kawasan bermain sebagai wisata pendukung di sekitar Embung Bual. Penilaian lahan untuk area piknik menunjukan masih tergolong dalam kriteria sesuai jika digunakan tetapi perlu dilakukan pembersihan dan perbaikan pada tekstur tanah permukaan di sekitar area piknik.
THE ROLE OF MANGROVE AS A BIOFILTER OF WATER POLLUTION IN LEMBAR SELATAN VILLAGE, LEMBAR REGENCY, WEST LOMBOK REGENCY Baiq Tini Junia Saputri; Endah Wahyuningsih; Diah Permata Sari
JURNAL HUTAN PULAU-PULAU KECIL Vol 6 No 2 (2022): JHPPK
Publisher : Program Studi Manajemen Hutan, Pascasarjana Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jhppk.v6i2.7344

Abstract

Waste from community activities around the mangrove area of ​​South Lembar Village is suspected to be the cause of water pollution in that location. The existence of mangroves can overcome water pollution due to the ability of their biofilters. The purpose of this study was to determine the concentration of lead (Pb) and Cadmium (Cd) pollutants in the mangrove area of ​​South Lembar Village and how the status of water pollution and the effectiveness of the mangrove's ability as a water pollution biofilter in South Sheet Village were. Data was collected through direct observation, testing of lead and cadmium parameters, measurement of physico-chemical parameters (temperature, salinity, pH, dissolved oxygen) and density data collection. This research uses purposive sampling method and plotted transect plot. Data analysis used descriptive method, storet method and density value analysis. The results of the lead and cadmium test on water samples at all stations are < 0.0002 mg/L, and the results of the measurement of physico-chemical parameters for the highest average temperature of 30.33oC, the highest average pH of 8.0, the highest average salinity 29.33‰, the highest average DO is 6.57 mg/L. Mangrove density in all stations obtained very dense density values. It can be concluded that the concentrations of lead and cadmium in all stations are still low and meet the quality standards. After being analyzed by the storet method, it is known if the water conditions are included in class A water (very good). The role of the mangrove biofilter can be seen from the condition of the waters that are still good.
Biomassa dan Serapan Karbon Hutan Mangrove Tanjung Batu, Desa Sekotong Tengah, Kabupaten Lombok Barat Diah Permata Sari; Maiser Syaputra; Kornelia Webliana B
Journal of Forest Science Avicennia Vol. 5 No. 2 (2022): AGUSTUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/avicennia.v5i1.20569

Abstract

Pemanasan global menjadi faktor penyebab perubahan iklim dunia.  Dampak pemanasan global salah satunya adalah mencairnya es di kutub yang menyebabkan naiknya permukaan air laut yang menjadi ancaman bagi ekosistem pesisir yang salah satunya adalah ekosistem hutan mangrove.  Peran ekosistem mangrove dalam mitigasi pemanasan global adalah dengan mengurangi konsentrasi CO2 yang disimpan dalam bentuk cadangan karbon.  Kawasan mangrove Tanjung Batu merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Mangrove Teluk Lembar yang memiliki peran penting dalam upaya konservasi mangrove khususnya di Kabupaten Lombok Barat.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis biomassa dan serapan karbon hutan mangrove Tanjung Batu.  Pengambilan data biomassa dilakukan dengan petak ukur ganda dengan metode jalur berpetak.  Data vegetasi mangrove dianalisis menggunakan persamaan allometrik untuk analisis biomassa, cadangan karbon dan serapan karbon.  Berdasarkah hasil penelitian, total estimasi nilai biomassa yang dihasilkan oleh hutan mangrove  Tanjung Batu yaitu 1621,74 ton dan jenis Rhizophora stylosa menjadi penyumbang terbesarnya.  Total estimasi cadangan karbon di hutan mangrove Tanjung Batu yaitu 810,87 ton dan serapan karbonnya 3048,87 ton CO2 dan jenis Rhizophora stylosa menjadi penyumbang terbesarnya.
IKLIM MIKRO DAN TINGKAT KENYAMANAN TERMAL PADA KAWASAN EKOWISATA MANGROVE TANJUNG BATU KABUPATEN LOMBOK BARAT Diah Permata Sari; Muhamad Husni Idris; Irwan Mahakam Lesmono Aji; Hairil Anwar; Kornelia Webliana B
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 21, No 2 (2022): Oktober 2022
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v21i2.6258

Abstract

Iklim mikro dan tingkat kenyamanan menjadi salah satu faktor penting dalam sektor pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis iklim mikro dan tingkat kenyamanan termal pada kawasan ekowisata mangrove Tanjung Batu Kabupaten Lombok Barat.  Data iklim mikro yang diambil meliputi suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin.  Data iklim mikro dirata-rata secara harian, sedangkan data suhu udara dan kelembaban rata-rata digunakan untuk analisis kenyamanan termal dengan metode Temperature Humidity Index (THI).  Berdasarkan hasil penelitian, suhu rata-rata harian berkisar antara 25,29 º C – 26,66 º C, kelembaban rata-rata harian berkisar antara 72,75% - 79,96% dan kecepatan angin rata-rata harian berkisar antara 0,81 km/jam – 4,90 km/jam.  Berdasarkan hasil analisis THI, nilai kenyamanan termal rata-rata di kawasan ekowisata mangrove Tanjung Batu yaitu 24,71 dengan klasifikasi nyaman.