Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Pembentukan Konselor Teman Sebaya dalam upaya preventif perilaku kekerasan pada remaja di SMP negeri 1 Pangandaran Hidayati, Nur Oktavia; Lukman, Mamat; Sriati, Aat; Widianti, Efri; Agustina, Habsyah Safaridah
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.548 KB)

Abstract

Remaja adalah kelompok beresiko mengalami masalah kesehatan, sesuai tahap perkembangannya, remaja berada pada masa transisi, pencarian identitas diri. Perilaku kekerasan merupakan salah satu masalah remaja yang menjadi fenomena akhir-akhir ini, seperti halnya tawuran, pendurungan (bullying) yang apabila tidak tertangani dengan akan membahayakan masa depan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Tujuan dari pengabdian pada masyarakat ini adalah membentuk konselor teman sebaya yang diharapkan nantinya mempunyai peran bagi teman sebayanya dalam membantu memberikan alternatif pemecahan masalah remaja khususnya dilingkugan sekolah dan sekitarnya pada umumnya. Metode yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan bagaimana mempersiapkan siswa untuk menjadi konselor sebaya bagi teman-teman sebayanya. Luaran yang dihasilkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa dalam permasalahan remaja serta terbentuknya konselor teman sebaya. Kegiatan ini dihadiri oleh 11 siswa perwakilan dari setiap kelasnya. Hasil kegiatan terjadi peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam memahami materi dan terbentuknya 11 konselor sebaya. Melalui program pembentukan konselor sebaya ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahan remaja yang terjadi di lingkugan sekolah ataupun sekitarnya.  
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ADVERSITY QUOTIENT WARGA BINAAN REMAJA DI LPKA KELAS II SUKAMISKIN BANDUNG Putra, M. Randi Gentamandika; Hidayati, Nur Oktavia; Nurhidayah, Ikeu
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 2, No 1 (2016): Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v2i1.2853

Abstract

ABSTRAKWarga binaan remaja memiliki hambatan dan tentangan yang lebih besar dibandingkan dengan remaja normal lainnya. Mereka lebih beresiko mengalami gangguan psikologis selama di LPKA, oleh karena itu Adversity Quotient menjadi salah satu aspek yang penting dimiliki warga binaan remaja dalam menghadapi hambatan tersebut. AQ dipengaruhi oleh daya saing, produktivitas, kreativitas, motivasi, dan belajar. Motivasi merupakan aspek yang masih jarang diberikan kepada warga binaan remaja, sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan motivasi berprestasi dengan adversity quotient pada warga binaan remaja di LPKA kelas II Sukamiskin Bandung.Rancangan peneliti an ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 84 orang. Instrumen yang digunakan adalah Adversity response profile (ARP) quick take untuk mengukur adversity quotient dan instrumen motivasi berprestasi dengan rentang nilai validitas 0,316-0,751 dan nilai reabilitas 0,926 untuk mengukur motivasi berprestasi. Data dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk analisis univariat dan uji spearmen-rank  untuk analisis bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa 47 responden mempunyai motivasi berprestasi yang rendah ( 56% ) serta 52 (61,9%) responden  mempunyai adversity quotient yang sedang. Analisis korelasi Spearmen – rank  menunjukan bahwa adanya hubungan antara motivasi berprestasi dengan adversity quotient dengan nilai r = 0,724 dan p value = 0,00.Simpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan adversity quotient yang bersifat positif dengan tingkat keterikatan yang kuat dan signifikan.Pendekatan keperawatan melalui model ARCS serta dikolaborasikan dengan terapi kognitif merupakan intervensi keperawatan yang bisa digunakan dalam membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan adversity quotient pada warga binaan remaja. Kata kunci       : adversity quotient, motivasi berprestasi, warga binaan remaja ABSTRACTJuvenile inmates have obstacles and challenges are greater than normal teenager, they are more at risk of psychological disorders during in LPKA. Adversity quotient is important aspect for juvenile inmates in period of custody. AQ affected by competitiveness, productivity, creativity, motivation, and learning process. Motivation is one of the aspects that still not adequately given to the adolescent in period of custody yet, so that the aim of this study is to see the relationship between achievement motivation and adversity quotient among juvenile inmates at  LPKA class II Sukamiskin Bandung. The method that used in this study is descriptive correlative with total sampling technique and total respondent are 84 adolescent. This study used Adversity Response Profile (ARP) quick take to measure adversity quotient and achievement motivation instrument as the instrument with the range of validity between 0,316 – 0,751 and reliability value 0,926 to measure achievement motivation. Data were analyzed by frequency distribution to analyze univariate and spearman-rank test to analyze bivariate. Result of this study showed that 47 (56%)  respondents have low achievement motivation and 42 (61,9%) respondents have moderate adversity quotien Spearmen-rank analysis showed that the relationship between achievement motivation and adversity quotient with r value = 0.724 and p value = 0.00.This study conclude that there is relation between achievement motivation and adversity quotient positively with strong and significant bond. Nursing approach by using ARCS model collaborated with cognitive therapy can be used as nursing intervention to increase achievement motivation and adversity quotient in adolescent in period of custody. Keyword : adversity quotient, achievement motivation, juvenile inmates
KEBUTUHAN SPIRITUAL KELUARGA DENGAN ANAK PENDERITA PENYAKIT KRONIS Sujana, Elva; Fatimah, Sari; Hidayati, Nur Oktavia
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 3, No 1 (2017): Vol 3, No. 1 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v3i1.7480

Abstract

ABSTRAKKeluarga dengan anak penderita penyakit kronis membutuhkan dukungan baik secara moril maupun spiritual. Dukungan akan kebutuhan spiritual tidak jarang dianggap hal yang kurang penting. Keluarga melaporkan belum terpenuhinya kebutuhan spiritual selama menunggu anak di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kebutuhan spiritual manakah yang paling dibutuhkan keluarga dengan anak penderita penyakit kronis di ruang rawat inap anak RS Al Islam Bandung. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel 39 responden dengan teknik purposive sampling dengan kuesioner yang kembangkan dari konsep kebutuhan spiritual keluarga menurut Ruth A. Tanyi dengan nilai uji validitas 0,33-1 dan nilai reliabilitas 0,93. Analisis menggunakan analisis statistic deskriptif yang menghasilkan distribusi frekuensi serta persentase masing-masing dimensi kebutuhan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dimensi dengan kebutuhan tertinggi adalah kebutuhan terhadap keyakinan (57,4%), diikuti oleh kebutuhan terhadap kekuatan (57,1%), kebutuhan terhadap family’s preference (52,3%), kebutuhan terhadap spiritual anggota keluarga (41%), kebutuhan terhadap makna dan tujuan (39%), dan kebutuhan terhadap hubungan (37,8%). Penelitian ini menunjukan bahwa dimensi kebutuhan terhadap keyakinan merupakan dimensi kebutuhan spiritual keluarga yang dirasa paling utama oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar perawat dapat meningkatkan pelayanan tentang asuhan keperawatan spiritual dengan pengembangan protap dengan memasukan enam dimensi ke dalam protab yang ada, disediakan ruang tunggu yang tenang untuk keluarga dalam beribadah, adanya konseling antara perawat dan keluarga, dan menyediakan bacaan-bacaan tentang kebutuhan spiritual keluarga. ABSTRACTFamilies with children with chronic illness need support both morally and spiritually. Support for spiritual needs is not uncommonly perceived as less important. The family reported not having fulfilled the spiritual needs while waiting for the child in the hospital. The aim of this research is to know the description of spiritual needs which is most needed family with children suffering from chronic illness in the inpatient room of RS Al Islam Hospital Bandung. This research used quantitative descriptive. Total sample 39 respondents with purposive sampling technique with a questionnaire developed from the concept of spiritual family needs according to Ruth A. Tanyi with validity test value 0,33-1 and reliability value 0,93. The analysis used descriptive statistic analysis which produces frequency distribution and percentage of each need dimension. The results of this study indicate that the dimension with the highest need is the need for confidence (57.4%), followed by the need for strength (57.1%), the need for family's preference (52.3%), the need for spiritual family members (41 %), Need for meaning and purpose (39%), and need for relationship (37.8%). This study showed that the dimension of need to belief is a dimension of the spiritual needs of families that are considered most important by the respondents. Based on the results of this study it is suggested that nurses can improve the service of spiritual nursing care with the development of protap by including six dimensions into the existing protab, provided a quiet waiting room for families in worship, counseling between nurses and families, and provide readings about The spiritual needs of the family. 
Gambaran Tingkat Harga Diri Warga Binaan Perempuan Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Bandung Hidayati, Nur Oktavia; Sutini, Titin
KEPERAWATAN Vol 5, No 1 (2017): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.587 KB)

Abstract

ABSTRAK Masalah psikososial dan gender merupakan salah satu masalah yang penting dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Stressor yang dirasakan oleh warga binaan perempuan sangat beragam dan menjadi salah satu penyebab tingginya angka gangguan jiwa di Lapas. Tercatat 73% warga binaan perempuan di Amerika Serikat mengalami gangguan jiwa. Masalah yanag banyak dikeluhkam oleh warga binaan perempuan di Lapas wanita adalah harga diri rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat harga diri warga binaan perempuan. Desain penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Teknik penarikan sampel penelitian adalah simple random sampling dengan jumlah sampel 105 responden, dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dengan menggunakan prosentase. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (60,9%)mempunyai harga diri rendah dan sebagian kecil dari responden (39,1%) mempunyai harga diri tinggi. Dari  hasil tersebut perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan dalam upaya mengidentifikasi warga binaan perempuan yang mengalami masalah-masalah psikososial seperti harga diri rendah serta penelitian tentang pengaruh terapi keperawatan terhadap penanganan masalah-masalah psikososial seperti harga diri rendah sehingga dapat diketahui keefektifannya terhadap warga binaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan. Kata kunci: Harga Diri, Warga binaan perempuan, Lapas. ABSTRACTPsychosocial and gender problem is one of the important problems in correctional institution. Stressor felt by women inmates very diverse and causes of the high number of mental disorder in correctional institution. Recorded 73 % women inmates in the United States had mental disorder. Many problems that complained by women inmates in Lapas wanita Bandung is low self esteem. The purpose of this research to know the level of self esteem of the women inmates. A design study was descriptive quantitative.The type of sampling was stratified random sampling with the total sample  105 respondents, data collected by using a questionnaire. Data analysis by using prosentase. The result showed the majority of respondents (60,9%) have low self esteem  and a small portion of respondents (39,1%) have high self esteem. This result encourages of the health services in attempting to identify women inmates who had psychosocial problems as low self esteem and research on the influence therapy nursing in handling psychosocial problems in correctional institution. Keywords: Self-Esteem , women inmates , correctional institution.
Gambaran Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Di Desa Ranjeng Dan Cilopang Kabupaten Sumedang Sutini, Titin; Hidayati, Nur Oktavia
KEPERAWATAN Vol 5, No 1 (2017): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.597 KB)

Abstract

ABSTRAKPrevalensi gangguan mental emosional berupa depresi dan cemas pada masyarakat berumur di atas 15 tahun mencapai 11,6%. Desa Ranjeng dan desa cilopang yang terletak di kecamatan Cisitu kabupaten Sumedang merupakan sebuah desa dengan kunjungan ke poli jiwa puskesmas cisitu sebanyak 654 orang, dengan keluhan gangguan tidur, sering mengeluh sakit kepala tampa sebab,  stress ringan bahkan sampai gangguan jiwa berat, yang penanganannya belum bisa dilakukan secara optimal oleh puskesmas Cisitu, sehingga perlu ada pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa, yaitu melalui deteksi dini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif serta analisa data dilakukan dengan mencari nilai rata-rata pada data pre-test dan post-test. Tehnik sampel yang digunakan adalah total sampling, dengan jumlah sampel 59 untuk desa Ranjeng dan 51 untuk Desa Cilopang. Kuesioner yang digunakan adalah 10 item pertanyaan pilihan tunggal.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah pelatihan. Kenaikan pengetahuan  masyarakat Desa Ranjeng total rata-rata (65), dan kenaikan pengetahuan masyarakat Desa Cilopang (64). Kegiatan ini belum dapat menjangkau sebagian besar dari masyarakat di ke dua desa oleh karena itu hendaknya kegiatan ini diteruskan dengan pembentukan kader kesehatan jiwa dan pelatihan kader kesehatan jiwa dengan melibatkan berbagai unsur pemerintahan dan masyarakat.Kata kunci:  deteksi dini,  kesehatan jiwa , Pemberdayaan. ABSTRACTThe prevalence of mental disorders such as depression and emotional anxiety in the community over the age of 15 years reached 11.6 % . Ranjeng and cilopang village located in the district Cisitu Sumedang is a village with a visit to a mental health clinic poly Cisitu many as 654 people , with complaints of sleep disturbance , often complain of headaches without cause , even mild stress to severe mental disorder , that treatment can not be done optimally by Cisitu health centers , so there needs to be community empowerment in addressing mental health issues , namely through early detection . This activity aims to enhance the publics ability to make early detection as the initial discovery of the problem so as to reduce the incidence of mental disorders in the community and will create a healthy standby village life. Research methodology used was descriptive quantitative as well as data available for analysis done by searching the average value of the data on pre-test and post-test .Sample tehnik used was a total of sampling , namely sample collected is 59 for a village Ranjeng and 51 for a village Cilopang.The questionnaires used is 10 items question single choice. The results of evaluation showed an increase in knowledge scores between before and after training . The increase public knowledge Ranjeng village average total ( 65 ) , and an increase in public knowledge Cilopang village ( 64 ) . This activity has not been able to reach most of the people in the two villages therefore this activity should be continued with the establishment of mental health workers and mental health workers training involving various members of the government and society .Keywords: Empowerment, early detection, mental health.
TINGKAT STRES PADA REMAJA WANITA YANG MENIKAH DINI DI KECAMATAN BABAKANCIKAO KABUPATEN PURWAKARTA Khairunnisa, Destia; Hidayati, Nur Oktavia; Setiawan, Setiawan
KEPERAWATAN Vol 4, No 2 (2016): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.187 KB)

Abstract

ABSTRAKAngka pernikahan dini di Indonesia masih tinggi. Berbagai stresor dalam pernikahan dini menyebabkan timbulnya stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres pada remaja wanita yang menikah dini di Kecamatan Babakancikao Kabupaten Purwakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah remaja wanita yang menikah dini dibawah 20 tahun berjumlah 82 orang dengan metode total sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner skala stres DASS 42 yang telah dimodifikasi dan telah dilakukan content validity dengan nilai validitas 0,8 dan nilai reabilitas 0,9. Hasil penelitian telah dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengahnya dari responden (41,46%) berada pada tingkat stres normal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada keluarga untuk lebih mendukung pada seorang wanita yang menjalankan peran sebagai istri, karena dukungan yang baik dapat mengurangi atau bahkan mengatasi stres, dan kepada perawat komunitas diharapkan untuk dapat memberi pendidikan kesehatan mental dan konseling mengenai menejemen stres.Kata Kunci : pernikahan dini, remaja, stres  ABSTRACTThe number of early marriages in Indonesia was still high. The various causes of stress in early marriage caused the onset of stress. This research aimed to know the level of stress in teenagers women who marry early in Purwakarta Regency Babakancikao. The methods used in this research was descriptive quantitative. The population of this research was that women marry early teens under 20 years amounts to 82 people with total sampling method. This research used questionnaire scale stress DASS 42 had been modified and had done a content validity validity value of 0.8 and value reabilitas 0.9. The research results had been analyzed with the frequency distribution. The results showed almost half of the respondents (41,46%) is at a normal level of stress. Based on the results of such research were suggested to the family for more support on a woman who runs a role as a wife, because a good support can reduce or even to cope with stress, and to the nursing community was expected to able to provide mental health education and counseling managed stress. Keywords: child marriage, teenager, stress
Gambaran Adversity Quotient Pada Petugas Di LPKA Kelas II Bandung Ramdani, Dani; Hidayati, Nur Oktavia; Fitria, Nita
KEPERAWATAN Vol 5, No 1 (2017): JURNAL KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.556 KB)

Abstract

ABSTRAKPetugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II Bandung menjalankan pembinaan dengan jumlah yang banyak, yaitu sekitar 190 anak. Petugas LPKA mempunyai peran ganda dalam menjalankan tugasnya, selain menjalankan tugas pokok, petugas berperan sebagai wali bagi anak dengan berbagai karakter anak yang berbeda. Kondisi yang terjadi tentunya menjadi sebuah tantangan dalam bertugas. Adversity Quotient (AQ) menjadi hal yang penting bagi petugas LPKA dalam menghadapi tantangan dan masalah yang terjadi selama bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Adversity Quotient pada petugas LPKA kelas II Bandung. Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan populasi 28 orang petugas yang berkaitan langsung dengan anak. Setelah menggunakan teknik total populasi didapatkan sampel 28 orang. Alat ukur yang digunakan yaitu instrumen Adversity Response Profile (ARP) Quick TakeTM yang telah dimodifikasi. Instrumen ini berupa kuisioner yang terdiri dari 40 pertanyaan yang mencakup keempat dimensi AQ. Data dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi.Berdasarkan analisa data didapatkan hasil bahwa  Adversity Quotient petugas LPKA kelas II Bandung sebagian besar responden yaitu 17 orang (60,1%) pada kelompok transisi camper ke climber, 6 orang (21,43 %) pada kelompok climber, 5 orang (17,86 %) pada kelompok camper, tidak seorangpun yaitu 0 orang (0.00%) pada kelompok transisi quitter ke camper dan tidak seorangpun yaitu 0 orang (0.00%) pada kelompok  quitter. Simpulan penelitian didapatkan bahwa sebagian besar petugas pada transisi camper ke climber. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan untuk diadakan pelatihan motivasi dan dilakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengarugi AQ pada petugas di LPKA kelas II Bandung. Kata kunci: Adversity Quotient, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II bandung, Petugas LPKA.  ABSTRACTLPKA  class II Bandung runs coaching in large numbers of children, which are about 190. The warders in LPKA also acting as guardian for children with a variety of children’s characters. This condition is a challenge for carrying out the duty. Adversity Quotient (AQ) becomes important for the officers in facing the challenges and problems that occur during the work. The purpose of this study is to find out the description of the warders’ AQ.The design of the research used quantitative descriptive method. The total population is 28 warders - who are directly related to the children. After using total population technique, it is obtained 28 participants. The used measuring instrument is ARP Quick TakeTM – which has been modified. These instruments seem like questionnaire consisting of 40 questions and covering the four dimensions . Data was analyzed using frequency distribution. Based on the analysis of the data, it showed that the officers’ AQ is majority respondents (17 respondents or 60.1%) including in the group of transition camper to the climber, 6 respondents (21.43%) are in the group of climbers, 5 respondents (17.86 %) are in the camper, no one (0.00%) is in the group of transition quitter to the camper and also no one 0 (0.00%) is in the quitter group. The conclusion showed that the majority of warders are in the camper transition to the climber. That’s suggested to arrange a motivational training and conduct further research about factors that cause AQ towards the warders. Keywords: Adversity Quotient, LPKA class II bandung, warders in LPKA
KUALITAS HIDUP REMAJA YANG MENGALAMI DISMENORE DI SMK NEGERI 2 SUMEDANG Dewi, Nadya Puspita; Solehati, Tetti; Hidayati, Nur Oktavia
Jurnal Ilmiah Manuntung Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Manuntung
Publisher : jurnal ilmiah manuntung akademi farmasi samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.268 KB)

Abstract

Dysmenorrhea is a pain before or during the menstrual period. The impact of dysmenorrhea are the disruption on physical function, emotional, social and school activities and disruption of quality of life. The study purpose is to detect the quality of life of adolescents with dysmenorrhea.The research method was a quantitative descriptive with total sampling technique to 195 students which selected using dysmenorrhea screening. The data were collected using the pediatric quality of life 4.0 generic module (PedsQL) teens report in Indonesian version which the validity and reliability have been tested. Analysis of data has been done to find out the mean value in each dimension and frequency distribution. The results showed that the mean value of the quality of life of adolescents with dysmenorrhea in general was 62,04 ± 8,15 and 51,8% was in the low. The mean value in physical dimension was 49,36 ± 9,19, emotional dimension was 57,62 ± 13,16, social dimension was 86,38 ± 13,28, and in the school dimension was 62,41 ± 14,77. The quality of life in high categories were in the emotional dimension (60,0%), social dimension (64,1%), and school dimension (60,5%). Meanwhile, the quality of life in low category was in the physical dimension (57,4%). It showed that the quality of life of adolescents with dysmenorrhea in SMK Negeri 2 Sumedang were low. It was recommended to the school and the health office in Sumedang district to provide the reproductive health education, specifically about the prevention and the treatment of dysmenorrhea on adolescents.  
GAMBARAN RESILIENSI PADA REMAJA Ayu K.W, Fauziah Dyan; Hidayati, Nur Oktavia; Mardhiyah, Ai
Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah Vol. 4 No. 1 (2017): Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.785 KB)

Abstract

Insidensi kenakalan remaja terus meningkat di setiap tahunnya. Dampak terberat dari kenakalan yang dilakukan adalah hukuman pengurungan di lapas. Perubahan lingkungan luar ke dalam lapas dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak didik lapas diantaranya depresi berat, rasa cemas dan menarik diri dari lingkungan sosialnya, sehingga resiliensi yang baik sangat dibutuhkan remaja agar dapat beradaptasi dengan kehidupan di dalam lapas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resiliensi pada remaja di LPKA Sukamiskin, Bandung. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan seluruh populasi remaja di LPKA Sukamiskin sebanyak 191. Namun sebanyak 15 orang telah menjadi responden untuk uji validitas dan reliabilitas sehingga didapatkanlah 176 untuk sampel penelitian yang ditentukan dengan teknik total sampling. Data diambil menggunakan kuesioner Resilience Quotientdengan modifikasi yang telah melalui uji validitas (0.313 ? 0.898) dan uji reliabilitas (alpha cronbach 0.96). Data dianalisis menggunakan analisis data deskriptif (frekuensi dan persentase). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (83,0%) memiliki resiliensi sedang. Sebagian kecil responden (8.5%) memiliki resiliensi tinggi dan sebagian kecil reponden lainnya (8.5%) memiliki resiliensi rendah. Komponen resiliensi tertinggi yaitu optimisme sedangkan komponen regulasi emosi, kontrol impuls, analisis penyebab masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian aspek positif berada pada kategori sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar andikpas termasuk ke dalam kategori resiliensi sedang. Resiliensi sedang bermakna andikpas sudah mampu untuk mengatasi masalahnya di LPKA Sukamiskin namun belum optimal sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan resiliensi salah satunya dengan membuka jasa konseling bagi andikpas di LPKA Sukamiskin. Insidensi kenakalan remaja terus meningkat di setiap tahunnya. Dampak terberat dari kenakalan yang dilakukan adalah hukuman pengurungan di lapas. Perubahan lingkungan luar ke dalam lapas dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak didik lapas diantaranya depresi berat, rasa cemas dan menarik diri dari lingkungan sosialnya, sehingga resiliensi yang baik sangat dibutuhkan remaja agar dapat beradaptasi dengan kehidupan di dalam lapas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resiliensi pada remaja di LPKA Sukamiskin, Bandung. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan seluruh populasi remaja di LPKA Sukamiskin sebanyak 191. Namun sebanyak 15 orang telah menjadi responden untuk uji validitas dan reliabilitas sehingga didapatkanlah 176 untuk sampel penelitian yang ditentukan dengan teknik total sampling. Data diambil menggunakan kuesioner Resilience Quotientdengan modifikasi yang telah melalui uji validitas (0.313 ? 0.898) dan uji reliabilitas (alpha cronbach 0.96). Data dianalisis menggunakan analisis data deskriptif (frekuensi dan persentase). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (83,0%) memiliki resiliensi sedang. Sebagian kecil responden (8.5%) memiliki resiliensi tinggi dan sebagian kecil reponden lainnya (8.5%) memiliki resiliensi rendah. Komponen resiliensi tertinggi yaitu optimisme sedangkan komponen regulasi emosi, kontrol impuls, analisis penyebab masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian aspek positif berada pada kategori sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar andikpas termasuk ke dalam kategori resiliensi sedang. Resiliensi sedang bermakna andikpas sudah mampu untuk mengatasi masalahnya di LPKA Sukamiskin namun belum optimal sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan resiliensi salah satunya dengan membuka jasa konseling bagi andikpas di LPKA Sukamiskin.
DAMPAK KEMOTERAPI PADA ANAK PENDERITA KANKER DI RUMAH CINTA BANDUNG Hidayati, Nur Oktavia
Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah Vol. 4 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan 'Aisyiyah
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.215 KB)

Abstract

Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh anak. Kemoterapi sebagai intervensi primer untuk mengatasi kanker pada anak mempunyai banyak dampak yang mampu memengaruhi anak baik secara fisik dan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak kemoterapi yang paling dirasakan berat dan mengganggu oleh anak berdasarkan pengkajian pada orang tua di Rumah Cinta Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan menggunakan accidental sampling selama 45 hari dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner Symptom assessment in childen receiving cancer therapy: the parent perspective dari Lee Dupuis yang terdiri dari dua bagian yaitu berat dan mengganggu dengan masing-masing 69 item pertanyaan. Data kemudian dianalisis dengan distribusi frekuensi hingga menggambarkan proporsi responden yang merasakan dampak berat dan mengganggu serta urutan dampak yang dirasakan berat dan mengganggu berdasarkan nilai mean melalui pengkajian pada orang tua. Hasil penelitian 40% anak merasakan dampak berat dan 36,7% anak meraskan dampak mengganggu. Aspek psikologis pada sub variabel perasaan dan suasana hati khususnya emosional anak (perubahan suasana hati dan mudah marah) merupakan dampak yang dianggap paling berat. Kemudian, dampak pada fisik anak yang paling mengganggu yaitu kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah.  Dampak kemoterapi harus diperhatikan oleh orang tua dan petugas kesehatan karena akan mengganggu kualitas hidup anak selama menjalani pengobatan kanker yang dialaminya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu menentukan intervensi prioritas untuk mengurangi dampak kemoterapi yang memengaruhi fisik, psikologis, dan kualitas hidup anak.   Kata kunci            : anak kanker, dampak kemoterapi, orang tua