Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Sumatera, dan Masa Pemulihannya Rusli, Said; Widiono, Septri; Indriana, Hana
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena overpopulation di Pulau Jawa sebagaimana telah diungkap pada penelitian fundamental tahun pertama (2008). Fenomena ini menunjukkan menurunnya kapasitas biologis Pulau Jawa untuk menopang aktivitas penduduk. Sumatera dengan luasan wilayah yang lebih dari Jawa akan tetapi dari segi kemajuan wilayah sudah cukup tinggi pada beberapa provinsi. Dalam hal kependudukan, sekitar 50 persen penduduk luar Jawa berada di Sumatera. Untuk itu dengan mengadopsi apa yang sudah dilakukan pada Jawa, penelitian ini juga mengkaji keadaan daya dukung Pulau Sumatera. Penelitian ini bertumpu pada data sekunder yang dikeluarkan Pemerintah secara resmi melalui berbagai instansinya. Hasil penelitian dengan pendekatan indeks tekanan penduduk ini menunjukkan bahwa Sumatera masih mampu menopang seluruh penduduk yang ada saat ini. Dengan indeks sebesar 0,8 Pulau Sumatera masih dapat menampung penduduk sebanyak 53.339.255 orang pada tahun 2010. Pendekatan ini mengasumsikan sektor yang menopang kehidupan adalah pertanian. Namun jika dianalisis dengan pendekatan tapak ekologi yang lebih menekankan pada kuantitas aktivitas penduduk, ternyata Pulau Sumatera telah mengalami overshoot sebesar 0,05 ha/orang atau 0,31 Gha/orang. waktu yang diperlukan untuk memulihkan kondisi ekologi Pulau Sumatera tidak seberapa lama (ceteris paribus), yakni apabila tidak ada perubahan dalam pola konsumsi penduduk, dibutuhkan waktu paling lama 7,76 tahun. Dengan defisit sebesar 0,05 ha per orang pada tahun 2006, pada tahun 2014 keadaan Pulau Sumatera sudah membaik dalam menyediakan biokapasitas untuk seluruh penduduknya.
KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT Indriana, Hana; Tonny, Fredian; K. Pandjaitan, Nurmala
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 6, No 3 (2012)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Organic agriculture system has already developed and sustain until today in the middle of agricultural modernization. Its become an alternative to build sustainable agriculture and institutional support become important element to build it. Related to that, the objective of this research was to analysis how is an agriculture sustainability will be built supported by sustainable institutions in organic agriculture system. The study is a sociological research which assumed itself into constructivist paradigm, which is a qualitative exploration, with specific cases using multi-method. The research was held on October 2008 until February 2009 and located in Ciburuy Village with paddy peasant community as the unit of analysis. The result of the research shows that organic agriculture system in Ciburuy Village is healty rice agriculture system which produce SAE branded rice (Healthy, Save, and Delicious). Technically, the system has not yet became pure organic agriculture which free of synthetic chemical because the using of chemical fertilizer. Nevertheless, a process and also an implementation of the system related to the principles of organic agriculture system. So that, production techniques, social relationships, and the rules that embedded in were built to build agriculture sustainability. With the development of healthy rice farming systems, do not change a working relationship system of division of labor and wage system between tenant farmers and farm laborers. Similarly at harvest activity. The differences appear in the presence of mechanisms that shape institutional providers of fertilizer and pesticides, institutional Cooperative Farmers Group "Lisung Kiwari", institutional post-harvest, and institutional distribution of rice SAE as a product of healthy rice. Keywords : organic agriculture system, institutions sustainability, sustainable                     agriculture, people center development 
Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Jawa, dan Masa Pemulihannya Rusli, Said; Indriana, Hana
SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol 3, No 1 (2009)
Publisher : SODALITY: Jurnal Sosiologi Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.556 KB)

Abstract

Perkembangan penduduk Pulau Jawa terus terjadi. Menurut hasil perhitungan indeks tekanan penduduk Pulau Jawa tahun 2006 diketahui sebesar 1,61 dan apabila Banten tidak dimasukkan ke dalam perhitungan tekanan penduduk menjadi 1,80. Estimasi indeks tekanan penduduk pada tahun 2010 menunjukkan adanya sedikit peningkatan menjadi 1,63 dan 1,83 jika tidak memasukkan Banten. Indikasi terjadinya over population Pulau Jawa didukung oleh hasil simulasi bahwa dengan jumlah penduduk saat ini, semestinya penduduk petani tidak lebih dari 24%. Sedangkan dengan sistem pertanian yang diterapkan saat ini, jumlah lahan pertanian yang dibutuhkan untuk menghidupi seluruh penduduk Pulau Jawa adalah seluas 8.428.980 ha setara sawah. Keadaan faktual menunjukkan jumlah pertanian sebanyak 41% dan luas lahan 4.863.487 ha setara sawah. Hasil perhitungan tapak ekologi lahan pertanian Pulau Jawa menunjukkan bahwa tapak ekologi Pulau Jawa tahun 2006 bernilai 0,2339 Gha/orang atau 0,1064 ha/orang. Itu artinya setiap penduduk Pulau Jawa telah menggunakan lahan untuk konsumsi produk pertanian sebesar 0,1064 ha. Pada saat yang sama kemampuan lahan pertanian menyediakan produk pertanian sebesar 0,1111 Gha/orang atau 0,0551 ha/orang. Keadaan ini mengindikasikan bahwa kapasitas biologis lahan pertanian dalam menyediakan produk-produk pertanian yang dikonsumsi oleh penduduk sudah terlampaui (overshoot) sebesar 0,0536 Gha/orang atau 0,0513 ha/orang. Besarnya defisit lahan pertanian tersebar merata di setiap propinsi.
Hubungan Partisipasin Perempuan dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat dengan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga Hamid, Anggoro Wakhid Subkhan; Sumarti, Titik; Indriana, Hana
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.4.2.235-248

Abstract

IDG Indonesia is at 70,68 in 2014. In terms of income contribution, women share just 35,64 percent than men 64,36 percent. Rural tourism program giving opportunities to women as a business actor. Women as business actors can contribute to household income. The purpose of this research is to: 1) identify internal and external factors of women participation as business actors in rural tourism; 2) identify the level of women participation as business actor in rural tourism; 3) analyze relation women participation as business actors in rural tourism with its contribution to household income on Kandri Rural Tourism. This research used a quantitative approach supported by qualitative data. The result showed that age, the level of education, length of business actors, and external factors have a correlation with women participation as business actors in rural tourism. The level of women participation as business actors classified in the high. Rank Spearman correlation test shows that there is a significant correlation between the level of women participation as business actors in rural tourism with its contribution to household income. It means, when women participation as business actors in rural tourism is high, its contribution to household income high too.Keywords: tourism, women as business actors, women empowermentABSTRAKPada tahun 2014 IDG Indonesia berada pada angka 70,68. Dalam hal sumbangan pendapatan, perempuan hanya 35,64 persen dibandingkan laki-laki 64,36 persen. Program desa wisata memberikan peluang untuk perempuan sebagai pelaku usaha. Perempuan sebagai pelaku usaha dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi faktor internal dan eksternal partisipasi perempuan sebagai pelaku usaha pada desa wisata; 2) mengidentifikasi tingkat partisipasi perempuan sebagai pelaku usaha pada desa wisata; 3) menganalisis hubungan partisipasi perempuan sebagai pelaku usaha pada desa wisata dengan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Wisata Kandri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, tingkat pendidikan, lamanya usaha, tingkat pengaruh aktor penggerak partisipasi, akses perempuan pada desa wisata, sumber dana usaha, dan tingkat penerimaan budaya patriarki memiliki hubungan yang signifikan dengan partisipasi perempuan sebagai pelaku usaha pada desa wisata. Tingkat partisipasi perempuan sebagai pelaku usaha tergolong tinggi. Uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara partisipasi perempuan sebagai pelaku usaha pada desa wisata dengan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat partisipasi perempuan sebagai pelaku usaha pada desa wisata maka semakin tinggi kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga.Kata Kunci: pariwisata, pemberdayaan perempuan, perempuan pelaku usaha
HUBUNGAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN PEMERINTAH DESA DENGAN TINGKAT KEBERDAYAAN PETANI BAWANG MERAH Fitri Amalia Rizki; Lala M. Kolopaking; Hana Indriana
Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] Vol. 5 No. 6 (2021): JSKPM
Publisher : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jskpm.v5i06..928

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan efektivitas kelembagaan pemerintah desa dengan tingkat keberdayakan petani bawang merah di Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilakukan dengan teknik survei dengan melibatkan 40 responden yang diwawancarai dengan daftar pertanyaan terstruktur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas kelembagaan pemerintah desa tidak berkorelasi dengan tingkat keberdayaan petani. Hal ini akibat pemerintah desa masih berfokus pada menjalankan fungsi pemerintahan dan kurang berfokus pada penguatan pemberdayaan dan pembangunan pertanian. Efektivitas kelembagaan pemerintah desa dipandang oleh petani bawang merah berada pada kategori sedang, sedangkan tingkat keberdayaan petani bawang merah berada pada kategori rendah. Meskipun demikian, petani bawang merah di Desa Larangan masih tetap melanjutkan aktivitas bertani bawang merah yang dipengaruhi faktor nilai budaya. Kata kunci : Efektivitas Kelembagaan, Keberdayaan Petani dan Pemerintah Desa.
Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Sumatera, dan Masa Pemulihannya Said Rusli; Septri Widiono; Hana Indriana
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 4 No. 1 (2010)
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.317 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v4i1.5852

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena overpopulation di Pulau Jawa sebagaimana telah diungkap pada penelitian fundamental tahun pertama (2008). Fenomena ini menunjukkan menurunnya kapasitas biologis Pulau Jawa untuk menopang aktivitas penduduk. Sumatera dengan luasan wilayah yang lebih dari Jawa akan tetapi dari segi kemajuan wilayah sudah cukup tinggi pada beberapa provinsi. Dalam hal kependudukan, sekitar 50 persen penduduk luar Jawa berada di Sumatera. Untuk itu dengan mengadopsi apa yang sudah dilakukan pada Jawa, penelitian ini juga mengkaji keadaan daya dukung Pulau Sumatera. Penelitian ini bertumpu pada data sekunder yang dikeluarkan Pemerintah secara resmi melalui berbagai instansinya. Hasil penelitian dengan pendekatan indeks tekanan penduduk ini menunjukkan bahwa Sumatera masih mampu menopang seluruh penduduk yang ada saat ini. Dengan indeks sebesar 0,8 Pulau Sumatera masih dapat menampung penduduk sebanyak 53.339.255 orang pada tahun 2010. Pendekatan ini mengasumsikan sektor yang menopang kehidupan adalah pertanian. Namun jika dianalisis dengan pendekatan tapak ekologi yang lebih menekankan pada kuantitas aktivitas penduduk, ternyata Pulau Sumatera telah mengalami overshoot sebesar 0,05 ha/orang atau 0,31 Gha/orang. waktu yang diperlukan untuk memulihkan kondisi ekologi Pulau Sumatera tidak seberapa lama (ceteris paribus), yakni apabila tidak ada perubahan dalam pola konsumsi penduduk, dibutuhkan waktu paling lama 7,76 tahun. Dengan defisit sebesar 0,05 ha per orang pada tahun 2006, pada tahun 2014 keadaan Pulau Sumatera sudah membaik dalam menyediakan biokapasitas untuk seluruh penduduknya.
Tekanan Penduduk, Overshoot Ekologi Pulau Jawa, dan Masa Pemulihannya Said Rusli; Hana Indriana
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 3 No. 1 (2009)
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5889.308 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v3i1.5871

Abstract

Perkembangan penduduk Pulau Jawa terus terjadi. Menurut hasil perhitungan indeks tekanan penduduk Pulau Jawa tahun 2006 diketahui sebesar 1,61 dan apabila Banten tidak dimasukkan ke dalam perhitungan tekanan penduduk menjadi 1,80. Estimasi indeks tekanan penduduk pada tahun 2010 menunjukkan adanya sedikit peningkatan menjadi 1,63 dan 1,83 jika tidak memasukkan Banten. Indikasi terjadinya over population Pulau Jawa didukung oleh hasil simulasi bahwa dengan jumlah penduduk saat ini, semestinya penduduk petani tidak lebih dari 24%. Sedangkan dengan sistem pertanian yang diterapkan saat ini, jumlah lahan pertanian yang dibutuhkan untuk menghidupi seluruh penduduk Pulau Jawa adalah seluas 8.428.980 ha setara sawah. Keadaan faktual menunjukkan jumlah pertanian sebanyak 41% dan luas lahan 4.863.487 ha setara sawah. Hasil perhitungan tapak ekologi lahan pertanian Pulau Jawa menunjukkan bahwa tapak ekologi Pulau Jawa tahun 2006 bernilai 0,2339 Gha/orang atau 0,1064 ha/orang. Itu artinya setiap penduduk Pulau Jawa telah menggunakan lahan untuk konsumsi produk pertanian sebesar 0,1064 ha. Pada saat yang sama kemampuan lahan pertanian menyediakan produk pertanian sebesar 0,1111 Gha/orang atau 0,0551 ha/orang. Keadaan ini mengindikasikan bahwa kapasitas biologis lahan pertanian dalam menyediakan produk-produk pertanian yang dikonsumsi oleh penduduk sudah terlampaui (overshoot) sebesar 0,0536 Gha/orang atau 0,0513 ha/orang. Besarnya defisit lahan pertanian tersebar merata di setiap propinsi.
KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT Hana Indriana; Fredian Tonny; Nurmala K. Pandjaitan
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 6 No. 3 (2012): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6523.355 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v6i3.8018

Abstract

Organic agriculture system has already developed and sustain until today in the middle of agricultural modernization. It's become an alternative to build sustainable agriculture and institutional support become important element to build it. Related to that, the objective of this research was to analysis how is an agriculture sustainability will be built supported by sustainable institutions in organic agriculture system. The study is a sociological research which assumed itself into constructivist paradigm, which is a qualitative exploration, with specific cases using multi-method. The research was held on October 2008 until February 2009 and located in Ciburuy Village with paddy peasant community as the unit of analysis. The result of the research shows that organic agriculture system in Ciburuy Village is healty rice agriculture system which produce SAE branded rice (Healthy, Save, and Delicious). Technically, the system has not yet became pure organic agriculture which free of synthetic chemical because the using of chemical fertilizer. Nevertheless, a process and also an implementation of the system related to the principles of organic agriculture system. So that, production techniques, social relationships, and the rules that embedded in were built to build agriculture sustainability. With the development of healthy rice farming systems, do not change a working relationship system of division of labor and wage system between tenant farmers and farm laborers. Similarly at harvest activity. The differences appear in the presence of mechanisms that shape institutional providers of fertilizer and pesticides, institutional Cooperative Farmers Group "Lisung Kiwari", institutional post-harvest, and institutional distribution of rice SAE as a product of healthy rice. Keywords : organic agriculture system, institutions sustainability, sustainable                     agriculture, people center development 
The Dynamics of Organic Farming Institution Towards Sustainable Development Hana Indriana; Rilus A Kinseng; Galuh Adriana
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 4 No. 2 (2016): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.096 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v4i2.13652

Abstract

The development of organic agriculture is significant both at local, national, regional, and global in the last two decades and organic farming has matured enough to offer lesson. In the process, these developments characterized by a variety of internal and external conflicts such as conflict of interest, the data conflicts, resource conflicts, and structural conflicts. Products from various conflicts between the actors who are related, ultimately forming institutional arrangements. This study aims to explain the mechanisms that made the actors involved in organic farming in managing conflicts by placing community as an important actor. This study uses a constructivist paradigm that seeks to understand the meaning construction management of conflicts of various actors. The study was conducted in three locations namely Tasikmalaya District, West Java, Boyolali, Central Java, and Malang in East Java. Conflict management model that has been built by the institutional organic farming in Tasikmalaya, Boyolali, and Malang a lesson learned for other lowland rice farming locations that could potentially be the location of the development of organic rice. In the development phase, while this institutional organic farming that have been built are encouraged to ensure food security where production is not only oriented to meet export demand, but also meet the needs of organic food at the local and national levels.Keywords: conflict management, organic farming, sustainability, food securityABSTRAKPerkembangan pertanian organik cukup signifikan baik di level lokal, nasional, regional, maupun global dalam dua dekade terakhir ini dan organic farming has matured enough to offer lesson. Pada prosesnya, perkembangan tersebut diwarnai oleh beragam konflik baik internal maupun eksternal berupa konflik kepentingan, konflik data, konflik sumber daya, maupun konflik struktural. Produk dari beragam konflik diantara aktor-aktor yang terkait tersebut, pada akhirnya membentuk aturan-aturan kelembagaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mekanisme yang dilakukan para aktor yang terlibat dalam pertanian organik dalam melakukan manajemen konflik dengan menempatkan komunitas sebagai aktor penting. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yang berupaya untuk memahami konstruksi makna manajemen konflik dari berbagai aktor. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, dan Kabupaten Malang Jawa Timur. Model manajemen konflik yang telah dibangun oleh kelembagaan pertanian organik di Tasikmalaya, Boyolali, dan Malang menjadi pembelajaran bagi lokasi pertanian padi sawah lainnya yang berpotensi menjadi lokasi pengembangan padi organik. Pada fase pengembangan sementara ini, kelembagaan pertanian organik yang berhasil dibangun didorong untuk menjamin ketahanan pangan dimana produksi bukan hanya diorientasikan untuk memenuhi permintaan ekspor namun juga dapat memenuhi kebutuhan pangan organik di tingkat lokal dan nasional.Kata kunci: manajemen konflik, pertanian organik, keberlanjutan, ketahanan pangan
Social Changes and Factors Influencing Fishers’ Welfare in Kendari City Ainun Aviv Saidin; Rilus A Kinseng; Hana Indriana
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 10 No. 1 (2022): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/10202239115

Abstract

Indonesia, as a maritime country with rich marine resources can be used wisely for the welfare of the people; hence, there are various written and binding regulations in this regard. However, the wealth of marine resources in Kendari City does not guarantee the welfare of fishers. Fishers’ welfare is related to several factors and linked to social changes. Social change has an impact on various aspects of life. However, the impact of social change is not merely harmful, but it can also be beneficial to society. This study aims to analyze social changes and factors influencing fishers’ welfare in Kendari City. The writing method used is a quantitative approach through survey and qualitative approaches with in-depth interviews and literature studies. The results showed that there were horizontal and vertical social changes on fishers in Kendari City. The level of fishers’ welfare in Kendari City is categorized as moderate, and the factors related to the level of fishers’ welfare in Kendari City are fishing experience, the number of workers on board, the level of financial capital, the size of the ship, and the cost of fishing gear.