Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

PRAKTIK SOSIO-KULTURAL SEBAGAI BENTUK KEWARGAAN MASYARAKAT TAHUN 1950AN: MELIHAT KEMBALI HISTORIOGRAFI KEBANGSAAN DALAM BINGKAI NON-NEGARA Suwignyo, Agus; Yuliantri, Rhoma Dwi Aria
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 19 No. 1 (2018)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.906 KB) | DOI: 10.52829/pw.14

Abstract

Artikel ini mengkaji gagasan kewargaan sosial (social citizenship) dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada tahun 1950an. Sejauh mana proses menjadi Indonesia dalam dimensi sehari-hari tahun 1950an sebuah proses merakyat yang tidak elitis? Kajian dalam artikel ini memanfaatkan pemberitaan surat kabar sebagai sumber data. Dengan fokus-telaah pada agensi non-negara, artikel mengulas dimensi dan pola kewargaan yang dipraktikkan masyarakat melalui perkumpulan sosial, aktivitas kolektif masyarakat dan kegiatan-kegiatan budaya. Keterlibatan warga dalam berbagai saluran aktivitas menunjukkan tiga dimensi penting kewargaan sosial mereka. Pertama, wacana kewargaan yang cair dan terus mengalami negosiasi melalui perdebatan. Kedua, bentuk kewargaan sosial yang kebanyakan tersalurkan melalui aktivitas budaya sebagai objek material. Ketiga, ekspresi kewargaan sosial dalam aneka rupa perayaan terbuka sebagai cara komunitas-komunitas  warga “menuntut” pengakuan publik atas keberadaan mereka. Ketiga dimensi menegaskan bahwa pembentukan kewargaan adalah proses sehari-hari masyarakat yang inklusif dan tidak selalu merupakan urusan negara.____________________________________________________________This article examines the practices of social citizenship in the daily life of the Indonesian people during the 1950s. In particular this article aims at answering the question: In how far was the process of being an Indonesian during the 1950s a people-based process not part of the state building project of the government? By using newspapers published in the 1950s as the sources of data, this article analyzes the dimensions of social citizenship that people perfomed through social organizations and communal and cultural activities. This article argues that the people’s participation in the many different channels of social and cultural activities during the 1950s showed three dimensions of social citizenship. First, it showedthat the people’s discourse of citizenship was ‘fluid’ and continuously adjusting to conform on-going negotiation and contestation. Second, communal and cultural activities were tangible forms of social citizenship through which people expressed their feeling as members of the Indonesian society. Third, carnivals and performances were a strategic medium for the people to acquire public recognition of their social existence.All the three dimensions suggested that the making of social citizenship during the 1950s was an inclusive process. They wereembedded in the daily life of the people and were relatively distant from the state’s project of nation building.
Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC Terhadap Rooting-Sucking ReflexNeonatus BBLR Di RSUD Sleman Tahun 2016 Rhomawati, Wahyu Surya; Estiwidani, Dwiana; Sujiyatini, Sujiyatini
Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Vol 11 No 1 (2017): Juli
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.1 KB)

Abstract

Infant Mortality Rate (IMR) was one measure of the health status of a country. Various attempts were made to reduce IMR. One of theLBW problems was a weight that did not increase due rooting sucking reflex was not robust. This study was aimed determine thedifference rooting sucking reflex LBW infants neonatal who did a combination of massage and KMC compared to those who do onlyKMC in RSUD Sleman 2016. This type of study was the experiment. The study design was a non equivalent control group. Study wasconducted in RSUD Sleman on November 1 until Desember 30, 2016. The subjects were LBW neonates in hospitals who birthed onOctober to December 2016 that matched with criteria. The total sample in this study were 46 respondents. Data collected by formobservation of rooting sucking reflex and stopwatch. Analysis of data used Man Whiteney and Wilcoxon. Bivariable analysisresulted count value z> z table and a p-value <0.05. There was a significant difference between LBW who get massage combinationwith KMC compared only KMC. The conclusion from this study was there were different effect LBW message combination with KMCand KMC to rooting sucking reflex neonatal LBW in RSUD Sleman 2016.
Student Perception of Online Learning Media Platform During the Covid-19 Pandemic Fahruddin, Fahruddin; Jana, Padrul; Setiawan, Johan; Rochmat, Saefur; Aman, Aman; Yuliantri, Rhoma Dwi Aria
Journal of Education Technology Vol 6, No 1 (2022): February
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jet.v6i1.42738

Abstract

Learning during the Covid-19 Pandemic requires lecturers to be able to adapt by using online learning platforms. As a result, there are different perceptions of students regarding the effectiveness of each of these platforms. The study aimed to analyze differences in students' perceptions about the effectiveness of using WhatsApp, Google Classroom, and Zoom platforms. This research method uses quantitative methods to measure the level of perception and is combined with qualitative methods to analyze student perception. The data collection method is done by distributing questionnaires through Google forms to students. The analysis used is a quantitative analysis using statistical calculation and qualitative analysis to analyze student perception. The results showed that the difference in perception in WhatsApp and Google Classroom usage was significant with an average difference of 16.933 which means WhatsApp’s perception levels are higher than Google Classroom. The difference in perception in WhatsApp and Zoom usage is significant with an average difference of 15.2 which means WhatsApp's perception level is higher than zoom. The difference in perception in Zoom and Google Classroom usage is insignificant with an average difference of 1.733 which means Zoom’s perception rate is slightly higher than Google Classroom. The study concluded that student perceptions were higher on the WhatsApp Group platform, then zoom, and finally Google Classroom. Online learning should first use the WhatsApp platform, then zoom, and finally Google Classroom.
Praktik Kewargaan Sehari-hari Sebagai Ketahanan Sosial Masyarakat Tahun 1950an: Sebuah Tinjauan Sejarah Agus Suwignyo; Rhoma Dwi Aria Yuliantri
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.799 KB) | DOI: 10.22146/jkn.31239

Abstract

ABSTRACKThis paper analyzed the people’s practices of citizenship in Central Java during the 1950s using the conceptual frame of social risilience. The notion of risilience had so far been studied in terms of security, food and energy supplies, and social nets on natural disaster risk reduction. Meanwhile, the period of the 1950s in Indonesian history had attracted many studies to focused on political aspects, such as parliamentary system of governance, regionalism and the dreath of economic crises leading to a change in political regimes. During the 1950s the newly independent state of Indonesia had to struggle for physical, political and social infrastructures, partly as the post-Second World War recovery project.This paper showed that, regardless of the difficult situation and limited financial sources, the Indonesian people during the 1950s proved themselves to be risilient. They took an active part in the daily communal life activities. By using historical method in analysing several newspapers of the 1950s, this paper argued that the people’s participation in philantropy programs, social organizations and solidarity movements, significantly formed a strong social tie in the presence of the weak Indonesian State. The people showed a type of citizenship through which a quality of social risilience was performed and contested. However, it was hard to identified the institutional pattern in these practices of citizenship.ABSTRAK Artikel ini mengkaji praktik kewargaan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, tahun 1950an dalam bingkai ketahanan sosial. Selama ini konsep ketahanan telah dipahami dalam konteks keamanan, ketersediaan pangan dan keberlanjutan energi, dan jaring sosial menghadapi darurat bencana alam. Di sisi lain, kajian tentang periode 1950an dalam sejarah Indonesia terfokus pada aspek politik menyangkut percobaan sistem pemerintahan, isu-isu regionalisme dan krisis ekonomi yang berujung pada pergantian rejim kekuasaan.Artikel ini bermaksud menunjukkan bahwa pada periode 1950an itu, praktik kewargaan sehari-hari masyarakat menunjukkan pola yang jika dibaca dalam konsep kontemporer merupakan bentuk ketahanan sosial masyarakat. Periode 1950an merupakan masa-masa awal kemederdekaan Indonesia dengan kondisi pasca perang yang membutuhkan pembangunan infrastruktur di berbagai bidang. Meskipun demikian, dalam kondisi struktur negara yang masih lemah itu masyarakat membuktikan kemampuan bertahan dan berpartisipasi dalam aneka dimensi kehidupan sehari-hari secara kolektif. Dengan metode sejarah untuk membaca berbagai berita surat kabar tahun 1950an sebagai sumber data primer, artikel ini menyimpulkan bahwa praktik kewargaan sehari-hari  dalam bentuk program-program filantropis, perkumpulan sosial dan aksi gerakan sosial merupakan penanda ketahanan kolektif masyarakat dalam menghadapi keadaan tak menentu akibat lemahnya negara ketika itu. Meskipun demikian, praktik kewargaan tersebut cenderung tidak memiliki struktur institusional yang baku. 
Rancangan Model Buku Sejarah Lokal Khusus Yogyakarta untuk SMA/MA Rhoma Dwi Aria Yuliantri
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 12, No 2 (2015): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3028.021 KB) | DOI: 10.21831/socia.v12i2.12243

Abstract

Penelitian ini bertujuan menyusun buku sejarah lokal khusus Yogyakarta untuk SMA/MA. Sejarah lokal telah dirancang oleh Dinas Pendidikan di Propinsi Yogyakarta sebagai mata pelajaran muatan lokal dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Buku sejarah lokal untuk SD dan SMP saat ini sudah disusun, sedangkan untuk SMA/MA belum dilakukan penyusunan. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun buku sejarah lokal untuk SMA/MA, sehingga dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Penelitian Pengembangan” (Research and Development). Tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini sesuai yang dikembangkan Borg dan Gall. Hasil penelitian yang diharapkan adalah model buku teks sejarah lokal. Model buku teks sejarah lokal ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan buku teks pembelajaran sejarah lokal di propinsi Yogyakarta.Kata kunci: Buku Teks, Sejarah Lokal Yogyakarta, Model
Konflik Sosial di Kabupaten Kebumen Tahun 1998 Gambuh Pridaningsih; Rhoma Dwi Aria Yuliantri
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 11, No 2 (2015): ISTORIA Edisi September 2015, Vol. 11, No.2
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.879 KB) | DOI: 10.21831/istoria.v11i2.7561

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui latar belakang terjadinya konflik sosial di Kabupaten Kebumen tahun 1998, dan (2) mengetahui dampak terjadinya konflik sosial di Kabupaten Kebumen tahun 1998. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah.Tahapan dalam penelitiannya yaitu pemilihan topik, mengumpulkan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik sosial di Kebumen terjadi pada tanggal 7-8 September 1998. Latar belakang terjadinya konflik adalah perubahan sosial, diskriminasi, ethnocentrisme, kecemburuan sosial serta dendam. Dampak psikologis menjadi dampak utama yang dirasakan oleh para korban, sedangkan dampak lain pasca kerusuhan membuat infrastruktur kota menjadi lemah dan membuat kota menjadi lumpuh untuk beberapa waktu. Kerugian pasca kerusuhan membuat Kabupaten Kebumen berada di krisis ekonomi. Mayoritas yang mendapat kerugian ialah pihak warga keturunan Tionghoa, mereka rugi hingga 99% dan menyebabkan kehilangan mata pencaharian utama mereka. Butuh waktu dua tahun bagi warga keturunan Tionghoa guna memulihkan kondisi finansial mereka. Kata Kunci: Konflik Sosial, Kebumen, 1998.
Jajasan “Pembaruan”: Propaganda discourse through its printed products Rhoma Dwi Aria Yuliantri
Informasi Vol 51, No 1 (2021): Informasi
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/informasi.v51i1.32778

Abstract

The purpose of this paper is to describe Jajasan “Pembaruan” as a publisher that produced printed materials in the form of magazines and books in Indonesia (1950-1966). This study might be categorized in the history of communication as a political frame. This article examines particularly on how Jajasan “Pembaruan” as a political agent carried out propaganda with printed material productions in the form of book and magazine publications. As an agent of trans-nationalism, through the content in the publication, Jajasan “Pembaruan” as well as being a medium in shaping the concept of identity politically and culturally through discourse politics. This research shows that the publications by Jajasan “Pembaruan” were agents of political propaganda pioneered by several young people (political activists and leftist thinkers), the Indonesian Communist Party. Thus, the productions by Jajasan “Pembaruan” were at the same time a strong foundation in providing theory, politics, and practices regarding the idea of a “new way”, especially among the cadres of the Indonesian Communist Party about Indonesian political identity. Propaganda spread through books or magazines published by Jajasan “Pembaruan” was one of the discourse efforts of “decolonialization” in spreading various communist political views. Production or printed materials by Jajasan “Pembaruan” received support in a fluid communication network between countries in the context of the cold war.
MENELUSURI WACANA KEMANDIRIAN EKONOMI DI INDONESIA (1920-1965) Rhoma Dwi Aria Yuliantri
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v7i1.11383

Abstract

Kemandirian ekonomi diartikan sebagai strategi ekonomi yang mementingkan ekonomi nasional oleh bangsa sendiri di atas kepentingan asing. Hakikatnya konsep kemandirian ekonomi menjadi bagian gagasan politik yang telah dikembangkan oleh para pemikir Indonesia dan diimplementasikan pada konteksnya masing-masing. Dengan metode Sejarah, penelitian ini berfokus pada gagasan kemandirian ekonomi politik yang digagas oleh Sukarno dan bagaimana gagasan tersebut diimplemantasikan dan diterjemahkan oleh orang-orang pada masa sesudahnya. Konsep kemandirian ekonomi politik Sukarno hingga saat ini masih diimpletasikan dan diterapkan meskipun seringkali dibungkus dengan cara berbeda tetapi dalam esensi yang sama. Konsep Sukarno tersebut kerap disandingkan dengan gagasan Swadesi oleh Mahatma Gandhi dari India. Kedua gagasan tersebut nampak serupa tetapi pada hakekatnya tidak sama. Gagasan kemandirian ekonomi politik Sukarno menekankan pada “egaliterianisme” yang tidak melandaskan pada kelas dan kelompok sosial tertentu. Gagasan Swadesi Gandhi tidak menekankan elemen egalitarianisme karena pengaruh dari konteks kultural masyarakat India, yang lekat dengan strata sosial.
Analisis Pembelajaran Kooperatif dalam Penerapan Blended Learning Masa Pandemi Covid-19 Fathurrahman Fathurrahman; Heri Susanto; Rhoma Dwi Aria Yuliantri; Ersis Warmansyah Abbas
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 3 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.314 KB) | DOI: 10.31004/jpdk.v4i3.4475

Abstract

Penerapan pembelajaran daring semenjak dikeluarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentu ada sebab dan akibatnya. Penyebabnya dikarenakan terdapat virus berbahaya bernama Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Akibat dari adanya Covid-19 pembelajaran yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka, kemudian dialihkan secara daring. Menurunnya kasus Covid-19 dan tingkat vaksinasi yang sudah maksimal di sekolah, akhirnya membuat pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan baru. Kebijakan tersebut memperbolehkan bagi sekolah-sekolah untuk menerapkan blended learning yang berada pada zona hijau. SMA Negeri 7 Banjarmasin turut serta mengambil bagian dalam penerapan blended learning. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembelajaran kooperatif dalam penerapan blended learning di masa pandemi Covid-19. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian guru sejarah dan peserta didik kelas X MIPA 4. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan kajian literatur. Analisis data menggunakan analisis interaktif Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran kooperatif berbasis blended learning membuat antar peserta didik dapat membangun kemampuan kerjasama dalam tim. Selain itu, selama pembelajaran tatap muka berlangsung peserta didik lebih interaktif ketimbang saat pembelajaran secara daring.
Pengaruh Kombinasi Pijat BBLR dan KMC Terhadap Rooting-Sucking ReflexNeonatus BBLR Di RSUD Sleman Tahun 2016 Wahyu Surya Rhomawati; Dwiana Estiwidani; Sujiyatini Sujiyatini
Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Vol. 11 No. 1 (2017): Juli
Publisher : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infant Mortality Rate (IMR) was one measure of the health status of a country. Various attempts were made to reduce IMR. One of theLBW problems was a weight that did not increase due rooting sucking reflex was not robust. This study was aimed determine thedifference rooting sucking reflex LBW infants neonatal who did a combination of massage and KMC compared to those who do onlyKMC in RSUD Sleman 2016. This type of study was the experiment. The study design was a non equivalent control group. Study wasconducted in RSUD Sleman on November 1 until Desember 30, 2016. The subjects were LBW neonates in hospitals who birthed onOctober to December 2016 that matched with criteria. The total sample in this study were 46 respondents. Data collected by formobservation of rooting sucking reflex and stopwatch. Analysis of data used Man Whiteney and Wilcoxon. Bivariable analysisresulted count value z> z table and a p-value <0.05. There was a significant difference between LBW who get massage combinationwith KMC compared only KMC. The conclusion from this study was there were different effect LBW message combination with KMCand KMC to rooting sucking reflex neonatal LBW in RSUD Sleman 2016.