Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KEBERADAAN RAPA’I DABO’IH GRUP BUNGONG SITANGKEE SEBAGAI REPRODUKSI BUDAYA DI PERKAMPUNGAN BEKAS EVAKUAS CARE KORBAN PASCA TSUNAMI ACEH Beni Andika; Fani Dila Sari
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i2.16147

Abstract

AbstrakKreativitas grup Bungong Sitangkee mempertunjukan Rapa’i Daboi’h merupakan upaya reproduksi budaya di perkampungan bekas pengungsian NGO (Non Goverment Organization) CARE di perkampungan Teurebeuh Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar. Rapa’i Dabo’ih adalah seni pertunjukan atraksi yang menakjubkan. Seni pertunjukan ini digemari karena bentuk sajian pertunjukan Rapa’i Dabo’ih yang atraktif dengan debus sebagai puncak dari permainan yang disertai instrumen Rapa’i dengan lantunan syair-syair berisikan syiar agama Islam. Reproduksi budaya adalah proses mempertahankan identitas budaya yang dilakukan oleh masyarakat korban pascatsunami yang sudah tinggal menetap di area bekas pengungsian sebagai  pelestarian dan eksistensi kebudayaan asalnya. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap keberadaan Rapa’i Daboih sebagai  reproduksi budaya yang terjadi di perkampungan CARE bekas pengungsian korban pascatsunami di Aceh 2004 lalu. Identifikasi reproduksi budaya ditinjau dari pemkanaan ulang seni pertunjukan Rapa’i Dabo’ih oleh Grup Bungong Sitangkee di Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan mengamati pertunjukan dan wawancara. Hasil penelitian ini mengungkapkan bagaimana kebradaan reproduksi budaya dengan studi kasus Rapa’i Dabo’ih.Kata Kunci: rapa’i dabo’ih, reproduksi, budaya.AbstractThe Bungong Sitangkee group's creativity demonstrates Rapa 'i Daboi'h is an effort to reproduce culture in the CARE (Non Government Organization) in Teurebeuh village, JAntho City District, Aceh Besar District. Rapa’i Dabo’ih is an amazing performing arts performance. This performance art is favored because of the attractive form of the Rapa'i Dabo'ih show with debus as the culmination of the game accompanied by the Rapa'i instrument with the recitation of verses containing Islamic symbols. Cultural reproduction is the process of maintaining cultural identity carried out by post-tsunami victims who have settled in ex-refugee areas as a preservation and existence of their original culture. The purpose of this study is to uncover the existence of Rapa'i Daboih as a cultural reproduction that occurred in the CARE village of ex-refugee victims after the tsunami in Aceh in 2004. Identification of cultural reproduction is reviewed from the reopening of the Rapa 'i Dabo'ih performance by the Bungong Sitangkee Group in Kota Jantho District, Aceh Besar Regency. The method used is a qualitative method, data collection is done through observation and observing performances and interviews. The results of this study reveal how the existence of cultural reproduction with the Rapa'i Dabo'ih case study.  Keywords: rapa'i dabo’ih, reproduction, culture.  
IDENTIFIKASI UMAH ADAT PITU RUANG SEBAGAI PRODUK KEBUDAYAAN GAYO. STUDI KASUS: UMAH REJE BALUNTARA DI ACEH TENGAH Fani Dila Sari; Haria Nanda Pratama; Indra Setiawan
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.22116

Abstract

AbstrakUmah Adat Pitu Ruang merupakan karya seni bangunan rumah adat Suku Gayo. Struktur bangunannya berupa rumah panggung yang memiliki 36 tiang sebagai penopang dengan ornamen-ornamen berbagai warna yang menghiasi Umah Adat Pitu Ruang. Rumah adat Gayo ini memiliki fungsi tidak hanya sebagai bangunan tempat tinggal, namun sebagai identitas budaya Gayo sekaligus penerapan nilai-nilai estetis bagi masyarakatnya. Identifikasi Umah Adat Pitu Ruang sebagai produk kebudayaan Gayo dibentuk oleh tatanan hidup masyarakatnya.  Salah satu hasil kebudayaan yang masih ada di daerah Takegon Aceh Tengah yaitu Umah Adat Pitu Ruang. Kebudayaan ini diwariskan oleh leluhur suku Gayo yang representasi wujud kehidupan sosial budaya masyarakat Takegon Aceh Tengah. Rumah adat ini merupakan peninggalan bersejarah atau sebuah mahakarya seni yang memiliki filosofi kehidupan yang berlandaskan kepada nilai-nilai sosial masyarakatnya dilihat dari bangunannya. Studi kasus: Umah reje Baluntara di Aceh Tengah dengan metode penelitian kualitatif.  Kata Kunci: gayo, kebudayaan, umah, pitu, ruang.AbstractThe Umah Adat Pitu Ruang is a work of art for the traditional house of the Gayo tribe. The structure of the building is in the form of a house on stilts which has 36 pillars as a support with various colored ornaments that adorn the Umah Adat Pitu Ruang. This Gayo traditional house has a function not only as a residential building, but as a Gayo cultural identity as well as the application of aesthetic values to the community. The identification of the Pitu Ruang Adat Umah as a product of Gayo culture is shaped by the life order of the people. One of the cultural products that still exist in the Takegon area of Central Aceh is the Pitu Room Umah Adat Pitu Ruang. This culture was inherited by the ancestors of the Gayo tribe who represented the socio-cultural life of the Takegon people of Central Aceh. This traditional house is a historical heritage or a masterpiece of art which has a philosophy of life based on the social values of the community as seen from the building. Case study: Umah reje Baluntara in Central Aceh using qualitative research methods.Keywords: gayo, cultural, umah, pitu, ruang. 
TINJAUAN ESTETIKA ISLAM PADA KONTRUKSI VISUAL UMOH REJE BALUNTARA SUKU GAYO DI TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH Indra Setiawan; Haria Nanda Pratama; Fani Dila Sari
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 1 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i1.17931

Abstract

AbstrakUmoh Reje Beluntara  Suku Gayo merupakan rumah tempat tinggal raja sebagai ruang aktivitas kesehariannya.  Penciptaan  rumah adat muara dari segala macam bentuk penghadiran dan penataan untuk mengatur laju kehidupan masyarakat Beluntara Suku Gayo. Kontruksi visual Umoh Reje Baluntara Suku Gayo memperesentasikan nilai-nilai islam sebagai landasan penciptaan sekaligus aktivitas di dalam rumah pada masa lampau. Rerpresentasi Visual Sebagai Simbol Nilai-Nilai Keislaman Pada Umoh Reje Baluntara ditinjau dengan metode penelitian kualitatif.  Estetika dengan pedekatan islami mencakup nilai yang terdapat dalam tatanan fungsi ruang dan ornament  yang terdapat pada rumah adat reje Baluntara.Kata Kunci: umoh, reje, baluntara, pituruang, gayo.AbstractUmoh Reje Beluntara Gayo tribe is the residence of the king as a space for daily activities. The creation of estuary traditional houses from all forms of presence and arrangement to regulate the pace of life of the Beluntara Gayo people. The visual construction of the Umoh Reje Baluntara Gayo tribe presents Islamic values as a basis for creation as well as activities in the home in the past. Visual representation as a symbol of Islamic values in Umoh Reje Baluntara was reviewed with qualitative research methods. Aesthetics with Islamic approach include the values contained in the spatial order and ornament function found in the Baluntara reje traditional house.  Keywords: umoh, reje, baluntara, pituruang, gayo. 
Pewarisan Seni Rapa’i dabo’ih sebagai Reproduksi Budaya di Perkampungan Bekas Evakuasi Pascatsunami Aceh Fani Dila Sari; Beni Andika
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.01 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1269

Abstract

ABSTRACTThe evacuation of victims of the Aceh tsunami in 2004 in the CARE refugee camps formed sociology as a new community despite having different ethnographic backgrounds from various parts of the Aceh coast. Interestingly, the cultural arts practices that exist in CARE village to date are the performing arts that developed in Pulo Aceh before the tsunami, namely Rapa’iDabo’ih. Seeing the symptoms of cultural reproduction is interesting to study because the refugees came from various regions in Aceh. The purpose of this study was to determine the factors of cultural reproduction and how to implement them in the art work of Rapa’i dabo’ih by the Bungong Sitangkee group. The research is qualitative research. Cultural reproduction in traditional arts through the presentation of the Rapa’i Daboih performance of the Sitangkee Group is the focus of this research. The theoretical basis used is the thought of cultural reproduction put forward by Pierre Bourdieu. The cultural reproduction of Rapa’i dabo’ih by the Bungong Sitangkee group is a system of cultural inheritance, namely the maintenance of knowledge and experience from one generation to the next.Keywords: Cultural Reproduction, Post-Tsunami, Rapa’i dabo’ih, Bungong Sitangkee Group, and CARE Evacuation.ABSTRAKEvakuasi korban tsunami Aceh tahun 2004 di pengungsian CARE membentuk sosiologi sebagai komunitas masyarakat baru meski memiliki latar belakang etnografi yang berbeda dari berbagai penjuru pesisir Aceh. Menariknya, praktik-praktik seni budaya yang eksis di perkampungan CARE hingga saat ini adalah seni pertunjukan yang berkembang di Pulo Aceh sebelum masa tsunami, yakni Rapa’i dabo’ih. Melihat gejala reproduksi budaya tersebut menjadi menarik untuk diteliti sebab para pengungsi berasal dari berbagai daerah di Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor terjadinya reproduksi budaya dan bagaimana implementasinya dalam garapan seni Rapa’i dabo’ih oleh grup Bungong Sitangkee. Penelitian adalah penelitian kualitatif. Reproduksi budaya dalam kesenian tradisional melalui penyajian pertunjukan Rapa’i daboih Grup Sitangkee adalah fokus dalam penelitian ini. Landasan teoritis yang digunakan adalah pemikiran reproduksi budaya yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Reproduksi budaya Rapa’i dabo’ih oleh grup Bungong Sitangkee adalah sistem pewarisan budaya yaitu sebagai pemeliharaan pengetahuan dan pengalaman dari satu generasi ke generasi berikutnya.Kata kunci: Reproduksi budaya, Pascatsunami, Rapa’i dabo’ih, Grup Bungong Sitangkee, dan Pengungsian CARE.
DESAIN MODEL PURWARUPA AUGMENTED REALITY PATUNG KARWAR 4.0 SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SENI TRADISI BIAK PAPUA wanda listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG Surya Peradantha
Jurnal Budaya Nusantara Vol 3 No 2 (2020): Nusantara & Media
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol3.no2.a2529

Abstract

One of the cultural arts of the Papua Biak tribe that is still maintained in traditional ceremonies is the wor tradition and the making of karwar or korwar statues. Karwar statue as a shadow of the spirit and where Nin lives. The spirit of karwar or arawah gives the strength to look after the family, the garden, bring rain, keep away diseases and so on. The re-introduction of the karwar statue using AR technology is one way for young people to be interested in the existence of Biak tribal arts and culture. This study used a static visualization method that shows phenomena or processes in the form of a representation of the design path of the AR PASUA PA prototype model specifically the spatial and temporary entities of the AR Karwar Biak Papua Statue. The results of this study illustrate the modeling concept and procedure model developed in the design of the AR Karwar 4.0 prototype model by considering the needs of users and the problems of artists, connoisseurs and pedagogic of cultural arts learners, especially the cultural arts of Biak Papua
Augmented Reality Pasua Pa Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Seni Pertunjukan 4.0 Wanda Listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG. Surya Peradantha
PANGGUNG Vol 29, No 3 (2019): Transformasi Bentuk dan Nilai dalam Seni Budaya Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1424.57 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i3.1012

Abstract

Abstract            The collaboration between art and technology of augmented reality (AR) has not been get attention in the field of Nusantara Performing Arts. On the other side, performances of traditional dance get hardly found in the era of smartphone technology which gets more sophisticated. Mostly all people either kids or adults own handphone which can be used as the media for learning performing arts. This research aims to develop AR technology as the alternative performing arts learning media 4.0 by digitalizing performing arts from Biak tribe, Papua; Cikeruhan Sunda peforming arts, and Guel Aceh performing arts. These combined performing arts name from Papua, Sunda, and Aceh is shortened into PASUA PA. The research method applied is experiment method and interaction based on pixel-cloud avatar AR virtual dance. The result of the study portrays the phases of creative process of designing PASUA PA AR performing arts and the real time synchronization between music, virtual dancer, and 4.0 performing art learners.   Keywords: Augmented Reality, Papua-Sunda-Aceh, learning media, performing arts 4.0 Abstrak            Kolaborasi antara seni dan teknologi augmented reality (AR) masih belum banyak dilakukan dalam seni pertunjukan nusantara. Di sisi lain, semakin langkanya pertunjukan tari tradisi di setiap daerah di Indonesia di antara perkembangan teknologi smartphone. Padahal hampir setiap orang, mulai anak-anak hingga dewasa memiliki handphone yang dapat digunakan sebagai medium pembelajaran seni pertunjukan. Penelitian ini mengembangkan teknologi AR sebagai media alternatif pembelajaran seni pertunjukan 4.0 dengan mendigitalisasi seni pertunjukan khas Suku Biak Papua, seni pertunjukan Cikeruhan Sunda, dan seni pertunjukan Guel Aceh. Seni Pertunjukan Papua, Sunda dan Aceh disingkat PASUA PA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dan interaksi berdasar pixel-cloud avatar penari virtual AR. Hasil penelitian ini menggambarkan tahapan proses kreatif pembuatan AR seni pertunjukan PASUA PA dan sinkronisasi real-time antara musik, penari virtual, dan pembelajar seni pertunjukan 4.0.  Kata kunci: Augmented Reality, Papua-Sunda-Aceh, Media Pembelajaran, Seni Pertunjukan 4.0