Irwani Irwani
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Laju Ekploitasi Lobster Batu Panulirus penicillatus, Olivier, 1791 (Malacostraca : Palinuridae) di Perairan Laut Yogyakarta Irwani Irwani; Widy Febriansyah; Agus Sabdono; Diah Permata Wijayanti
Jurnal Kelautan Tropis Vol 22, No 2 (2019): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.472 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v22i2.6255

Abstract

Indonesia is an area that has various types of beaches with different topography and is a region producing one of the lobsters that have a very high economic value. Yogyakarta had three coastal districts that have lobster produce that is Kulonprogo Regency, Bantul Regency and Gunung Kidul Regency. This research aims to know exploitation rate, the growth model of Von Bertalanffy, mortality, length-weight relationship and distribution of carapace length and to know mortality in spiny lobster (Panulirus Pacillatus) in Yogyakarta Special Region. Data were collected at three beaches namely Depok, Congot and Baron coastal waters. Data was analyse used FISAT II software. The distribution of carapace lengths of stone lobster caught during the research ranged from 40,2-102 mm and the results indicated that the dominant lobster was caught with the highest number of catches below the midterm size of 76,3 mm. Total mortality (Z) 4,251, natural mortality (M) 0,708, taking mortality (F) 3,543, and exploitation rate (E) 0,833 so that the mortality due to taking value of spiny lobster is much higher than natural mortality. Indonesia adalah daerah yang mempunyai berbagai jenis pantai dengan topografi yang berbeda–beda serta merupakan  daerah penghasil salah satu lobster yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Yogyakarta memiliki tiga Kabupaten wilayah pantai yang memiliki hasil lobster yaitu Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatannya, mortalitas, model pertumbuhan von bertalanffy lobster batu (Panulirus penicillatus) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data diperoleh di tiga pesisir yauitu, Pesisr Depok, Congot dan Baron. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan FISAT II. Distribusi ukuran panjang karapas lobster batu yang tertangkap selama penelitian berkisar antara 40,2–102, mm dan hasil  menunjukkan bahwa lobster dominan tertangkap yang jumlah hasil tangkapnya paling banyak dibawah ukuran nilai tengah 76,3 mm. Panjang total lobster memiliki ukuran terpendek 22,1 cm dan terpanjang 83,4 cm. Hasil yang didapatkan laju mortalitas total (Z) 4,251, nilai mortalitas alami (M) 0,708 , mortalitas penangkapan (F) 3,543 dan laju eksploitasinya (E) 0,833 sehingga diketahui nilai mortalitas penangkapan dari lobster batu jauh lebih tinggi dibandingkan mortalitas akibat alami.
Kontaminasi pestisida organofosfat dan logam berat pada airtanah di Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur B Tyas Susanti; Baskoro Rochaddi; Chrisna Adhi Suryono; Irwani Irwani
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 3 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i3.9398

Abstract

 Groundwater is the main source of clean fresh water in coastal areas. Coastal cities development in many sectors often produces waste that pollutes groundwater, among others, in the form of pesticides and heavy metals. Chlorpyrifos, mercury and arsenic are contaminants that are toxic and endanger human health or the environment. The purpose of this study was to examine groundwater conditions against contamination of organophosphate pesticides, heavy metals Hg and As in the northern coastal areas of Central Java and East Java. Chlorpyrifos content was found in 4 sample locations with a concentration of 0.0004 - 0.0021 ppm. Hg content was found at 8 sample locations with a concentration of 0.004 - 0.321 ppm and As was found at all locations (26) samples with a concentration of 0.102 - 0.505 ppm. The results of the analysis show that the incidence of pesticides and heavy metals in groundwater has anthropogenic sources due to agricultural, industrial or residential waste activities.  Airtanah merupakan sumber daya air tawar bersih yang utama di wilayah pesisir. Perkembangan kota-kota pesisir di banyak sektor seringkali menghasilkan limbah yang mencemari airtanah antara lain berupa pestisida dan logam berat. Khlorpirifos, merkuri dan arsen merupakan kontaminan yang bersifat toksik dan membahayakan kesehatan manusia ataupun lingkungan. Tujuan penelitian ini mengkaji kondisi airtanah terhadap kontaminasi pestisida organofosfat, logam berat Hg dan As di daerah pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kandungan khlorpirifos ditemukan di 4 lokasi sampel dengan konsentrasi 0,0004 – 0,0021 ppm. Kandungan Hg ditemukan pada 8 lokasi sampel dengan konsentrasi 0,004 – 0,321 ppm dan As ditemukan pada semua lokasi (26) sampel dengan konsentrasi 0,102 – 0,505 ppm. Hasil analisis menunjukkan kejadian pestisida dan logam berat pada airtanah bersumber antropogenik akibat kegiatan pertanian,  industri atau limbah pemukiman.
Kontaminasi Tembaga pada Mugil dussumieri (Actinopterygii: Mugilidae, Forsskål, 1775) yang Ditangkap di Perairan Semarang, Indonesia Chrisna Adhi Suryono; Endang Sri Susilo; Aldo Rizqi Arinianzah; Wilis Ari Setyati; Irwani Irwani; Suryono Suryono
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 2 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.214 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i2.2402

Abstract

Contamination of Copper in Mugil dussumeri (Actinopterygii: Mugilidae, Forsskål, 1775) which was caught in Semarang waters, Indonesia The marine environment in Semarang waters are highly polluted by heavy metals such as copper (Cu).  On the other side, these areas have become producers of fishery commodities such as mullet fish Mugil dussumieri. The aims of this study was to determine the heavy metal content of Cu in mullet fish during wet monsoon (December 2017 and February 2018). Atomic Absorption Spectrophotometer were used to analysis of Cu concentration in marine water and fish meat.  The results show that the Cu content in marine water was not detected while in the meat of mullet fish during December 2017 and February 2018 were 0.66 ± 0.07 mg/kg and 0,604 ± 0.217 mg/kg, respectively. The results were still within the quality standard for maximum limit of Cu content allowed in seafood by FAO/WHO. Lingkungan perairan laut di sekitar Semarang berpeluang sangat tinggi untuk terpolusi logam berat tembaga.  Di lain sisi perairan ini menjadi daerah produksi perikanan seperti ikan belanak Mugil dussumieri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam Cu dalam daging ikan belanak yang ditangkap selama musim penghujan (Desember 2017 dan Februari 2018). Untuk mengetahui konsentrasi Cu dalam air laut dan ikan belanak digunakan Atomic Absorption Spectrophotometer.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam Cu selama bulan Desember 2017 adalah 0.66 ± 0.07/kg dan selama bulan Februari 0,604 ± 0.217 mg/kg, sedangkan konsentrasi Cu dalam air laut tidak terdeteksi.  Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan Cu dalam ikan belanak masih berada pada konsentrasi yang diperbolehkan oleh FAO/WHO.
Efek Panjang Gelombang Terhadap Pertumbuhan Propagul Pada Kultur Jaringan Eucheuma cottonii Doty, 1885 (Rhodophyceae; Solieracea) Wilis Ari Setyati; Rini Pramesti; Delianis Pringgenies; Chrisna Adhi Suryono; Irwani Irwani; Muhammad Zainuddin
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 3 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i3.7075

Abstract

The problem in cultivating Eucheuma cottonii is the procurement of seeds and techniques currently developed through tissue culture. The limiting factor in this technique is the use of optimal light for the growth of the seaweed. The aims of study was to optimize the wavelength of light on the growth of E cottonii propagules. The research method is laboratory experimental with the treatment of different wavelengths of light: red light wavelength (λ = 633.8 nm), green (λ = 515.8 nm), blue (λ = 455.7 nm), combined light on the lamp LED (λ = 456.6 nm, 515.8 nm and 632.9 nm), and fluorescent light in TL lamps (λ = 407 nm, 443 nm, 557 nm and 592 nm). The results showed that the wavelength had a significant effect (p ≤0.05) on the growth of E cottonii. The best treatment for blue light with absolute, relative and specific growth values of propagule weight of 155 ± 11.910 mg, 419 ± 70.849%, and 5.860 ± 0.501% / day. The absolute, relative and specific growth values for propagule diameter were 701 ± 123.1 mm, 63 ± 12% and 1.73 ± 0.27% / day. The percentage of branching growth and the branching index were 60.85 ± 9.16% and 27.77 ± 1.23. Blue light treatment is optimal radiation in the E. cottonii tissue culture  Permasalahan dalam budidaya Eucheuma cottonii adalah pengadaan bibit dan teknik yang berkembang saat ini melalui kultur jaringan. Faktor pembatas dalam teknik ini adalah penggunaan cahaya yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut. Penelitian bertujuan untuk melakukan optimasi panjang gelombang cahaya terhadap pertumbuhan propagul E cottonii. Metode penelitian secara experimental laboratoris dengan perlakuan perbedaan panjang gelombang cahaya : panjang gelombang lampu cahaya merah (λ = 633,8 nm), hijau (λ = 515,8 nm), biru (λ = 455,7 nm), cahaya gabungan pada lampu LED (λ = 456,6 nm, 515,8 nm dan 632,9 nm), dan cahaya flourescent pada lampu TL (λ = 407 nm, 443 nm, 557 nm dan 592 nm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang gelombang berpengaruh signifikan (p < 0,05) terhadap pertumbuhan E cottonii. Perlakuan terbaik pada cahaya biru dengan nilai pertumbuhan mutlak, relatif dan spesifik bobot propagul sebesar 155±11,910 mg, 419 ± 70,849 %, dan 5,860 ± 0,501 %/hari. Nilai pertumbuhan mutlak, relatif dan spesifik diameter propagul sebesar 701±123,1 mm, 63±12 % dan 1,73±0,27 %/hari. Persentase pertumbuhan percabangan dan indeks percabangan sebesar 60,85±9,16 % dan  27,77±1,23. Perlakuan sinar biru merupakan penyinaran optimal dalam kultur jaringan E. cottonii.
Pertambahan Biomasa Kepiting Bakau Scylla serrata pada Daerah Mangrove dan Tidak Bermangrove Chrisna Adhi Suryono; Irwani Irwani; Baskoro Rochaddi
Jurnal Kelautan Tropis Vol 19, No 1 (2016): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.758 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v19i1.604

Abstract

Lahan mangrove mempunyai potensi dikembangkan untuk usaha penggemukan kepiting tanpa merusak, yaitu melalui konsep silvofishery.  Tujuan dari penelitian ini adalah menjajaki pemeliharan kepiting bakau Scylla serrata didaerah mangrove. Metoda yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan acak kelompok.  Perlakuan yang diterapkan adalah kepadatan yang berbeda (4 ekor/m2, 6 ekor/m2 dan 8 ekor/m2) dengan kelompok (daerah mangrove dan tidak bermangrove) dengan ulangan 3 kali.  Data yang diperoleh berupa penambahan biomasa dianalisa dengan balanced designs anova. Hasil yang didapat menunjukan kepiting bakau yang dipelihara didaerah mangrove memiliki penambahan biomasa yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang dipelihara pada daerah tidak bermangrove.  Kepiting bakau yang dipelihara didaerah mangrove dengan kepadatan  ekor/m2 pertambahan biomasanya rata rata 81,7 gr/bulan; dan kepadatan 6 ekor/m2 bertambah rata rata 77,8 gr/bulan, sedang kepadatan 8 ekor/m2 73,9 gr/bulan.  Hal tersebut sangat berbeda dengan kepiting yang dipelihara pada daerah yang tidak bermangrove dimana untuk kepadatan 4 ekor/m2 rata rata hanya bertambah 68,75 gr/bulan dan yang berkepadatan kepadatan 6 ekor/m2 bertambah rata rata 39,1 gr/bulan sedangkan yang berkepadatan 8 ekor/m2 32,2 gr/bulan.  Interaksi antara kepadatan dan lokasi (bermangrove dan bukan) memberikan pengaruh yang sangat nyata pada penambahan berat kepiting bakau (p<0,001).  
Kontaminasi Kerang Filter Feeder Perna viridis Linnaeus, 1758 (Bivalvia: Mytilidae) oleh Pestisida Organofosfat di Perairan Laut Brebes Jawa Tengah Indonesia Chrisna Adhi Suryono; Irwani Irwani; Baskoro Rochaddi; Wilis Ari Setyati; Agus Indardjo
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 2 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i2.11013

Abstract

In the last five years, organophosphate pesticides has been introduced in red onions fields in Brebes.  This will broadbly impact to the ecosystem, including the filter feeder marine organisms such as green mussel P. viridis. This article presents the occurrence level of organophosphate pesticides residues in marine waters and green mussel which has collected on Brebes marine areas. Some selected organophosphate pesticides compounds (Chlorpyrifos, Profenofos, Diazinon, Fenitrothion, Malation and Methidathion) of contaminant have been determined. The samples were then analyzed by using gas chromatography and followed by using the method of Standard Method Examination. The results showed that average of six residues (Chlorpyrifos, Profenofos, Diazinon, Fenitrothion, and Malation) in marine water were undetected (bd) (<0.0004 ppm). The merely concentration of PPOs detected was Chlorpyrifos 0.31 µg/L detected in green mussel. The concentration of organophosphate pesticides in these areas might contribute by the usage of organophosphate pesticide from red onion fields Dalam lima tahun terakhir, pestisida organofosfat mulai diperkenalkan di ladang bawang merah di Brebes.  Hal ini secara luas akan berdampak pada ekosistem, termasuk organisme laut filter feeder seperti kerang hijau P. viridis.  Artikel ini menyajikan tingkat residu pestisida organofosfat di perairan laut dan kerang hijau yang terkumpul di wilayah perairan Brebes. Beberapa senyawa pestisida organofosfat terpilih (Klorpirifos, Profenofos, Diazinon, Fenitrothion dan Malation) untuk dianilisa.  Sampel kemudian dianalisis dengan menggunakan kromatografi gas dan dilanjutkan dengan metode Pemeriksaan Metode Standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata enam residu (Klorpirifos, Profenofos, Diazinon, Fenitrothion, dan Malation) di perairan laut tidak terdeteksi (bd) (<0,0004 ppm). Konsentrasi OPP yang terdeteksi hanyalah Klorpirifos 0,31 µg/L yang terdeteksi pada kerang hijau. Konsentrasi pestisida organofosfat di daerah tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh penggunaan pestisida organofosfat dari ladang bawang merah.
Growth analysis, mortality and exploitation level of Mud Crab Scylla serrata, Forskål 1775, (Malacostraca : Portunidae) in Mangkang Wetan waters, Semarang, Central Java, Indonesia Ervia Yudiati; Arumning Tias Fauziah; Irwani Irwani; Agus Setyawan; Insafitri Insafitri
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 1 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i1.7149

Abstract

Awareness of Mud Crab over exploitation in Mangkang Wetan Waters has been noticed. One of the reference information is the growth study to determine the condition of the mud crab population. High demand encourages the fisherman to catch more, which leads to overexploitation in nature. The study aimed to estimate the growth, mortality, and exploitation rate of mud crabs. The 921 mud crabs samples were collected from Mangkang Wetan Waters from October 2018 to January 2019. The method used was the survey method. The crabs were taken once a week for 4 months. The width and weight of crab carapace were measured. The growth rate of S. serrata was 0.93/year (male) and 0.69/year (female). The natural mortality rate of S. serrata was 1.08/year (male) and 0.89/year (female), the mortality of catch (F) was 0.55/year (male) and 1.09/year (female). The rate of exploitation of male S. serrata reached 34%, and the rate of exploitation of female S. serrata was 55%. The exploitation of female S. serrata shows that overexploitation has occurred because the optimum value of exploitation (E-OPTIMUM) is equivalent to E=50%.
Karbon aktif Tempurung Kelapa untuk Peningkatan Kualitas Air Tambak Chrisna Adhi Suryono; Irwani Irwani; Suryono Suryono; Endang Sri Susilo; Subagiyo Subagiyo; Sugeng Widada
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 1 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.196 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i1.2375

Abstract

The negative impact in intensive cultivation of prawn is the decreasing water quality, caused by the toxic material from food and prawn faces.  One alternative to solve that problem is to use the active carbon from coconut shell as adsorbent of toxic material.The aim of these activities is to inform to teach how was adsorption toxic compound by using active carbon running well.  The result showed, concentration of H2S in the water dramatically decrease until 0.02 ppm and NH3 until 0.05 ppm and NO2 0,05 ppm.  That condition indicates, it was good condition for prawn to life.  The conclusion of this public service activity was active carbon from coconut shell can be reduce toxic material and all participant in training very interested approximately 95% of material of training has been understood. Dampak negatif dari budidaya udang secara intensif adalah menurunnya kualitas air tambak karena menumpuknya zat zat beracun yang berasal dari akumulasi sisa pakan maupun kotoran udang.  Salah satu alternatif pengendalian kualitas air tambak akibat permasalahan tersebut dengan menggunakan karbon aktif dari tempurung kelapa sebagai bahan absorban. Tujuan dari pengabdian masyarakat adalah untuk memberikan percontohan dan pelatihan kepada petani tambak tentang pemanfaatan arang tempurung kelapa sebagai bahan absorban alami yang berguna meningkatkan kualitas air tambak.  Hasil kegiatan yang telah dilakukan meliputi peyuluhan dan percontohan menunjukan 95% masyarakat memahami materi yang diberikan selama penyuluhan.  Hal tersebut terlihat dari respon masyarakat dalam bentuk tanya jawab.  Sedangkan hasil nyata dari penggunaan arang tempurung kelapa menunjukan kandungan H2S 0,02ppm, NH3 0,05 ppm dan NO2 0,05 ppm.  Kandungan zat zat tersebut menunjukan kondisi yang baik untuk hidupnya udang. 
The Heavy Metal Contamination in Shallow Groundwater at Coastal Areas of Surabaya East Java Indonesia Baskoro Rochaddi; Warsito Atmodjo; Alfi Satriadi; Chrisna Adhi Suryono; Irwani Irwani; Sugeng Widada
Jurnal Kelautan Tropis Vol 22, No 1 (2019): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.71 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v22i1.4464

Abstract

 The present study was conducted to assess the level of heavy metal contamination in shallow aquifer of Surabaya coastal areas.  Six heavy metals (Arsenic, Mercury, Chromium, Lead, Cupper and Magnesium) of contaminant have been determined in the shallow groundwater.  The samples were then analyzed by using Atomic Absorbent Spectrometry gas and followed by using the method of Standard Method Examination. The result indicated that shallow groundwater in Surabaya has been contaminated by Arsenic (0.243 ppm) and Magnesium (1.262 ppm). Another heavy metal such as Mercury, Chromium, Lead, and Cupper showed bellow detected.  This study has proven the presence of heavy metal as specially Arsenic and Magnesium has been contain in shallow aquifer supplies in the coastal areas of Surabaya.
Kandungan Timbal Pada Air, Sedimen, Dan Rumput Laut Sargassum sp. Di Perairan Jepara, Indonesia Ria Azizah; Rotua Malau; AB Susanto; Gunawan Widi Santosa; Retno Hartati; Irwani Irwani; Suryono Suryono
Jurnal Kelautan Tropis Vol 21, No 2 (2018): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.65 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v21i2.3010

Abstract

Concentration of Lead in the Seawater, Sediment, and the Seaweed Sargassum sp. in Jepara waters, Indonesia The increasing human activities led to an increase in waste disposal which eventually accumulates and decrease the water quality of rivers and seas. One of the pollutant resulted by human activities is heavy metal. The presence of heavy metals in the waters could directly harm the bioorganisms and indirectly affect human health by food chains. The purpose of this research is to investigate the lead content (Pb) in the water, sediment, and seaweed Sargassum sp., as well as to determine the status of pollution in Teluk Awur waters, Jepara. The research was conducted in November 2017 and January 2018 using descriptive method. Sampling sites were decided by Purposive Sampling Method. Analysis of lead content was conducted using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). The results showed that the lead content of seawater in Teluk Awur, Jepara, was within 0.003 mg/L and not on the level of concern, according to KepMen LH No. 51/2004. The range of lead content in the sediment was 47- 68,35 mg/kg and considered as polluted, according to NRCC GBW07313. The range of lead content in the seaweed Sargassum sp. was 0.22-0.79 mg/kg and has exceeded the quality standard  specified by PerBPOM No. 23/2017. Meningkatnya  kegiatan  manusia  menyebabkan  peningkatan  pembuangan  limbah  yang pada akhirnya bermuara ke sungai maupun laut, yang mengakibatkan perairan laut menjadi tercemar. Salah satu pencemar akibat aktivitas   manusia   adalah   logam   berat   timbal yang dapat membahayakan kehidupan organisme perairan secara langsung, maupun tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat Pb pada air, sedimen, dan rumput laut Sargassum sp. serta untuk mengetahui status pencemaran di Perairan Teluk Awur, Jepara. Penelitian dilakukan pada bulan November 2017 dan Januari 2018. Metode penelitian yang digunakan  adalah  metode  deskriptif.  Penentuan  lokasi  penelitian  dilakukan dengan Purposive Sampling Method. Analisis logam berat Pb dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Hasil penelitian menunjukan kandungan logam berat Pb di Perairan Teluk Awur, Jepara, pada air laut yaitu 0,003 mg/L dan masih belum tercemar menurut KepMen LH No.51/2004. Kandungan logam berat Pb pada sedimen yaitu berkisar 47 - 68,35 mg/kg dan telah tercemar menurut NRCC GBW07313. Kandungan logam berat Pb pada rumput laut Sargassum sp. yaitu berkisar 0,22 - 0,79 mg/kg dan telah melebihi baku mutu yang ditentukan oleh PerBPOM No. 23 Tahun 2017