Tulisan ini berupaya mengungkapkan citra perempuan dalam film Sang Penari serta pergulatannya dengan ritual adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Film Sang Penari mengusung adat Jawa serta penari ronggeng sebagai objek dalam film yang menarik untuk ditonton. Dalam film ini dikisahkan bahwa untuk menjadi penari ronggeng, seorang perempuan harus memiliki paras cantik, tubuh yang molek, pandai menyanyi serta menari untuk menghibur laki-laki. Sehingga, menjadi penari ronggeng dalam pandangan masyarakat Jawa seorang wanita yang menjadi penari ronggeng, merupakan suatu kebanggaan. Uniknya, film ini juga mengisahkan seorang istri yang sangat bangga ketika suaminya terpilih untuk bercumbu dengan sang ronggeng. Lebih jauh, tulisan ini melihat adanya ketidak beresan mengenai citra perempuan sebagai penari ronggeng sebagaimana ditampilkan dalam film Sang Penari. Melalui analisis wacana perspektif Michel Foucault Serta ditopang dengan teori dekonstruksi dari Derrida,tulisan ini berupaya melihat produksi wacana serta mitos tentang penari ronggeng dalam film Sang Penari. Terakhir, tulisan ini ditutup dengan simpulan ternyata film Sang Penari, mendekonstruksi citra penari ronggeng sebagai perempuan terhormat merupakan sebuah mistifikasi belaka untuk menjelaskan cara melanggengkan praktik pelacuran dalam masyarakat tradisional.Kata Kunci: Perempuan, Sang Penari, ritual, analisis wacana