Era digitalisasi menghadirkan efek ganda yakni sebagai simbol kemajuan teknologi dan sekaligus kemunduran dalam beragam ranah yang sebelumnya tidak terkait dengan proses digital tersebut. Industri buku adalah salah satu ranah yang mengalami kemunduran karena kehadiran digitalisasi. Perdagangan buku adalah salah satu sektor yang dapat menggambarkan kemasifan eksistensi digitalisasi yang dimaksud. Hal ini dapat terlihat sejak mulai dari proses pencetakan, penerbitan sampai pada pemasaran buku. Penelitian ini dilakukan di area Terminal Senen, DKI Jakarta, dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam studi kasus. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan deskripsi terkait praktik perdagangan buku di Terminal Senen dan strategi bertahan mereka dalam era digitalisasi. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memanfaatkan observasi dan wawancara mendalam terhadap sejumlah informan, sementara data sekunder diperoleh lewat sejumlah laporan/ dokumen berita terpercaya dan data statistik. Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam tersebut, maka ditemukan dan dihasilkan kesimpulan bahwa para pedagang tetap optimis terhadap kios buku fisik namun dengan pertimbangan bahwa mereka harus mengkolaborasikan metode pemasaran dan perdagangan online dan offline. Sebab masih ada pelanggan yang mengaku lebih nyaman dan puas ketika datang untuk memilih dan membawa pulang buku fisik. Selain itu, sejarah dan ingatan masyarakat terhadap perdagangan buku di Terminal Senen yang sudah berlangsung selama puluhan tahun tidak mudah diabaikan begitu saja. Lebih lanjut, ketekunan kelompok Etnis Batak yang mendominasi perdagangan buku di sana dengan image tertentu juga menjadi hal menarik untuk dikaji.