Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENURUNAN TSS, BOD, ESCHERICHIA COLI PADA LIMBAH TANGKI SEPTIK MENGGUNAKAN TANAMAN CYPERUS PAPYRUS PADA PENGOLAHAN CONSTRUCTED WETLAND Musarofa, Musarofa; Radityaningrum, Arlini Dyah; Kusuma, Maritha Nilam
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan Pendekatan Multidisiplin Menuju Teknologi dan Industri yang Berkelanjutan
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.53 KB)

Abstract

Limbah hasil penyedotan tangki septik mengandung bahan organik yang tinggi. Pengolahan limbah tangki septik di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) umumnya menggunakan teknologi konvensional yang memerlukan keahlian dalam pengoperasiannya. Constructed wetland merupakan satu alternatif pengolahan limbah yang sederhana untuk mengolah limbah dengan konsentrasi bahan organik yang tinggi. Penelitian ini menggunakan constructed wetland untuk mengolah limbah hasil penyedotan tangki septik dengan tanaman Cyperus papyrus. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa penurunan BOD, TSS dan Eschericia coli dalam limbah hasil penyedotan tangki septik yang diolah menggunakan constructed wetland dengan tanaman Cyperus papyrus. Penelitian akan dilaksanakan selama 41 hari di Laboratorium Kualitas Lingkungan Teknik Lingkungan ITATS, masa aklimatisasi 16 hari dan masa pengolahan 25 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan TSS, BOD, Eschericia coliform pada limbah tangki septik yang telah diolah menggunakan constructed wetland dengan tanaman Cyperus papyrus adalah 87%, 62,84% dan 63%. Konsentrasi TSS, BOD, Eschericia coliform yang dicapai pada penelitian ini masih belum memenuhi mutu yang di tetapkan oleh Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri dan / atau Kegiatan Usaha Lainnya, dengan konsentrasi masing-masing adalah 28 mg/l, 258 mg/l dan 4600 mg/l.Kata kunci: limbah tangki septik, constructed wetlands, Cyperus papyrus
Kualitas Biobriket dari Bahan Campuran Bioslurry dan Sekam Padi sebagai Alternatif Bahan Bakar Harnawan, Bagus Yossy; Radityaningrum, Arlini Dyah
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan 2019: Menuju Penerapan Teknologi Terbarukan pada Industri 4.0: Perubahan Industri dan Transformasi P
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.332 KB)

Abstract

Bio-slurry dan sekam padi merupakan potensial material bahan bio-briket karena memiliki nilai kalor yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk i) menganalisis karakteristik bio-slurry dan sekam padi sebagai bahan pembuat bio-briket, ii) menentukan kualitas bio-briket dari bahan campuran bio-slurry dan sekam padi. Komposisi bahan dalam penelitian adalah i) 10 gr bio-slurry : 23 gr sekam padi : 10 gr perekat, ii) 12 gr bio-slurry : 21 gr sekam padi : 10 gr perekat, iii) 14 gr bio-slurry : 19 gr sekam padi : 10 gr perekat, iv) 16 gr bio-slurry : 17 gr sekam padi : 10 gr perekat, v) 17 gr bio-slurry : 15 gr sekam padi : 10 gr perekat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bio-slurry memiliki karakteristik 0,17% kadar air; 3,19% kadar abu; 5002 Kalori/g; 0,77% volatile matter and 95,90% fixed carbon. Karakteristik sekam padi adalah 3% kadar air; 16% kadar abu; 2038 Kalori/g; 0,31% volatile matter; 23,30% fixed carbon. Komposisi yang menghasilkan nilai kalor tertinggi adalah komposisi 10 gr bio-slurry : 23 gr sekam padi : 10 gr perekat. Bio-briket ini memiliki kualitas 0,60% kadar air; 0,52% kadar abu; 4424 Kalori/g; 0,35% volatile matter; 98,93% fixed carbon.
KELAYAKAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR NON ASBESTOS DARI BAHAN AMPAS TEBU (BAGASSE) Fakri Sugianto, Mochammad; Dyah Radityaningrum, Arlini
WAKTU Vol 18 No 1 (2020): Waktu: Jurnal Teknik UNIPA
Publisher : Fakultas Teknik , Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/waktu.v18i1.2281

Abstract

Produksi gula tebu menghasilkan limbah ampas tebu yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan pupuk organik. Ampas tebu memiliki kandungan serat, sehingga berpotensi dijadikan bahan alternatif untuk campuran kampas rem kendaraan bermotor non asbestos. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan komposisi terbaik kampas rem kendaraan bermotor non asbestos berbahan ampas tebu tanpa karbonisasi. Penelitian ini berskala laboratoratorium, dengan variasi ampas tebu, serbuk alumunium, serbuk kuningan. Variasi komposisi yang digunakan adalah 1) 50% ampas tebu, 25% serbuk aluminium, 25% serbuk kuningan; 2) 40% ampas tebu, 30% serbuk aluminium, 30% serbuk kuningan; 3) 30% ampas tebu, 35% serbuk aluminium, 35% serbuk kuningan. Perbandingan resin epoxy dan hardener yang digunakan pada setiap variasi komposisi adalah 1:1. Ukuran ampas tebu yang digunakan adalah tanpa ayakan, 50 mesh dan 100 mesh. Parameter uji yang digunakan adalah keausan, kekerasan Vickers, impact dan foto mikroskop. Berdasarkan hasil pengujian keausan, kekerasan Vickers dan impact, kampas rem dari bahan ampas tebu non asbestos yang memenuhi standar adalah komposisi 1 dengan ayakan 50 mesh. Komposisi 1 memiliki nilai keausan, nilai kekerasan dan nilai impact adalah 1,74 mm; 18,90 HVN dan 0,22 joule/mm.
Identifikasi Kendala dan Rumusan Strategi Pengelolaan Bank Sampah di Simojawar, Surabaya Dwicahyani, Anindya Rachma; Novianarenti, Eky; Radityaningrum, Arlini Dyah; Ningsih, Erlinda
JPP IPTEK (Jurnal Pengabdian dan Penerapan IPTEK) Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : LPPM ITATS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jpp-iptek.2020.v4i2.1090

Abstract

Bank sampah adalah sebuah sarana bagi masyarakat untuk mengelola sampah yang bernilai ekonomi. Program bank sampah telah menjadi suatu bentuk paradigma baru bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Pada dasarnya, sistem manajemen bank sampah mengadopsi sistem manajemen perbankan sederhana. Umumnya, para nasabah menyetor sampah kepada bank sampah, kemudian sampah tersebut akan dikonversi menjadi saldo sesuai nilai ekonomis penjualannya. Di Surabaya, bank sampah sudah diinisiasi dan berkembang di berbagai daerah. Salah satu bank sampah yang ada di Surabaya adalah bank sampah di Simojawar, Kecamatan Jambangan. Bank sampah yang terbentuk pada tahun 2018 ini masih belum berjalan secara maksimal karena berbagai kendala dan masalah. Melalui penelitian ini, hendak dilakukan identifikasi dan analisis kendala selama proses keberlangsungan bank sampah di Simojawar. Selain itu, juga dilakukan perumusan strategi yang sebaiknya dilakukan agar bank sampah tetap berkelanjutan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada petugas dan nasabah bank sampah, berdasarkan aspek teknis, aspek operasional kelembagaan, aspek finansial, dan aspek manajemen secara umum sudah berjalan dengan baik. Dampak langsung peran penting bank sampah di lingkungan masyarakat Simojawar belum dirasakan secara signifikan oleh para nasabah. Dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak seperti masyarakat, pemerintah daerah, dan mitra pengepul juga menjadi faktor penting bagi kerlangsungan bank sampah di Simojawar. Melalui sebuah pengelolaan Bank sampah yang baik, kreativitas, inovasi, hingga kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat ditingkatkan.
Kajian Keberadaan Mikroplastik Di Wilayah Perairan: Review Permatasari, Dinda Resmi; Radityaningrum, Arlini Dyah
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan 2020: Memberdayakan Riset dan Inovasi untuk Teknologi yang Berkelanjutan
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plastik mengalami proses degradasi menjadi mikroplastik (MP) di lingkungan. MP merupakan partikel plastik dengan ukuran diameter kurang dari 5 mm. Saat ini telah ditemukan MP dari berbagai sumber pencemar di lingkungan perairan. Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji keberadaan MP ditinjau dari kelimpahan, ukuran, bentuk, dan jenis MP di lingkungan perairan. Wilayah perairan yang dikaji meliputi danau, sungai, estuari, laut, teluk dan selat. Hasil kajian menunjukkan bahwa kelimpahan MP di lingkungan perairan masing-masing adalah sebesar 57.112 partikel/km2 di danau; 3 x 106 partikel/km2 di sungai; 292 partikel/L di estuari; 6.18 x 105 partikel/km2 di laut; 580 partikel/L di teluk; 32,48 x 105 partikel/L di selat. Dominasi ukuran MP di perairan 0,355 mm - 0,999 mm, dan berbentuk fragmen. Jenis polimer MP yang sering ditemukan di lingkungan perairan adalah polyethylene (PE) dan polyprophylene (PP).
EVALUASI SISTEM PENGOLAHAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA PROBOLINGGO Alviyani, Silvia Risma; Radityaningrum, Arlini Dyah
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan 2021: Peluang dan Tantangan Peningkatan Riset dan Teknologi di Era Pasca Covid-19
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PDAM Kota Probolinggo menggunakan sumber air baku dari Mata Air Danau Ronggojalu yang terletak di Desa Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Kapasitas sumber air baku yaitu 3000 L/detik. Air baku tersebut diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Ronggojalu. Sistem pengolahan di IPA Ronggojalu terdiri atas unit intake, desinfeksi, dan reservoir. Kapasitas produksi IPA Ronggojalu adalah 390 L/detik. Wilayah pelayanan IPA Ronggojalu ini adalah 5 kecamatan, yaitu Wonoasih, Mayangan, Kedopok, Kanigaran, Kademangan. Cakupan pelayanan air bersih PDAM Kota Probolinggo tahun 2019 sebesar 59,62% atau sebanyak 19.938 sambungan rumah. Namun, cakupan ini masih di bawah target yang ditetapkan pemerintah setempat, yaitu sebesar 80% dari jumlah penduduk. Sebagian besar penduduk masih menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem pengolahan dan sistem distribusi di IPA Ronggojalu PDAM Kota Probolonggo. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi (survei lapangan), wawancara, dan studi literatur. Data penelitian meliputi eksisting jaringan pipa, data pelanggan, cakupan layanan, wilayah cakupan reservoir, dan layout IPAM. Data tersebut kemudian dievaluasi menggunakan software Epanet 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 49 segmen pipa utama distribusi yang memiliki kecepatan di bawah 0,3 m/s dan terdapat 28 titik junction yang belum memenuhi baku mutu nilai tekanan (< 5 m). 
Kelimpahan dan Karakteristik Mikroplastik pada IPAM Karangpilang III Kota Surabaya Mar`atusholihah Mar`atusholihah; Yulinah Trihadiningrum; Arlini Dyah Radityaningrum
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.55473

Abstract

PDAM Surya Sembada Surabaya memiliki enam Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM), salah satunya IPAM Karangpilang III. IPAM Karangpilang III menggunakan Kali Surabaya sebagai sumber air baku. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelimpahan dan karakteristik mikroplastik (MP) pada air baku dan air produksi di IPAM Karangpilang III dan menentukan efisiensi penyisihan mikroplastik pada setiap unit di IPAM Karangpilang III Kota Surabaya. Adapun variabel penelitian yang digunakan adalah unit-unit operasi yang terdapat pada IPAM. Unit-unit di IPAM Karangpilang III terdiri atas intake, aerator, prasedimentasi, flashmix, clearator, filtrasi, dan desinfeksi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode grab sampling sebanyak satu kali pada pukul 06.00 – 09.00 WIB, pada tanggal 22 Februari 2020. Prosedur ekstraksi MP pada sampel air dilakukan dengan Wet Peroxide Oxidation. Kemudian dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan vacuum filter dan membran PTFE (ukuran pori: 0,2 μm). Selanjutnya partikel MP dipisahkan secara manual dari membran filter menggunakan pinset di bawah dissecting microscope (Sunshine SZM45T-B1 dan Dino Capture 2.0) dengan pembesaran 40× – 60×. Kelimpahan MP selama proses pengolahan air minum menurun dari 54,4 partikel/L di air baku menjadi 13 partikel/L di air produksi (efisiensi penyisihan 76,1%). Bentuk MP didominasi oleh serat 94,1% di air baku dan 81,5% di air produksi. MP didominasi oleh partikel berukuran 351 – 1000 μm 42,3% di air baku dan 35,4% di air produksi). Partikel MP didominasi oleh warna hitam (53,7 % di air baku) dan biru (33,8% di air produksi). Kelimpahan MP berbeda pada setiap unit operasi. Tingkat penurunan kelimpahan MP adalah 62,17% di unit aerator, 33,33% di unit prasedimentasi, dan 75,1% di unit desinfeksi.
EFFECT OF BOTTLE CAP SHAPE AS AEROBIC BIOFILTER MEDIA TO TREAT SHRIMP COLD STORAGE WASTEWATER Arlini Dyah Radityaningrum; Siti Rukmana; Ro’du Dhuha Afrianisa
Konversi Vol 10, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v10i1.9749

Abstract

Industri penyimpanan udang menghasilkan limbah cair dengan konsentrasi BOD5 dan COD yang belum memenuhi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013. Konsentrasi BOD5 dan COD adalah 411 mg/L dan 1580,6 mg/L. Biofilter aerobik merupakan alternatif pengolahan limbah cair industri penyimpanan udang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh bentuk tutup botol sebagai media biofilter aerobik dalam menurunkan konsentrasi BOD5 dan COD pada limbah cair industri penyimpanan udang. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium dengan reaktor biofilter aerobik yang beroperasi secara batch. Variasi bentuk media yang digunakan adalah bentuk media tutup botol berlubang dan tidak berlubang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk media berlubang memberikan efisiensi penurunan konsentrasi BOD5 dan COD lebih tinggi daripada media tidak berlubang. Bentuk media berlubang maupun tidak berlubang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsentrasi BOD5 dan COD pada efluen biofilter aerobik. Konsentrasi BOD5 dan COD efluen biofilter aerobik adalah 68,2 mg/L dan 175,6 mg/L dengan media berlubang, serta 75 mg/L dan 208,2 mg/L dengan media tidak berlubang. Konsentrasi BOD5 dan COD telah memenuhi baku mutu dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013.
Kajian Kelimpahan Mikroplastik di Biota Perairan Saptian Wisnu Sandra; Arlini Dyah Radityaningrum
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 3 (2021): November 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.3.638-648

Abstract

Sampah plastik dapat terdegradasi menjadi mikroplastik (MP) dan nanoplastik (NP) melalui proses fisik, kimia, dan biologis. MP didefinisikan sebagai partikel plastik kecil berukuran < 5 mm. MP saat ini telah ditemukan di tubuh biota perairan, baik perairan permukaan maupun perairan laut. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji MP pada biota perairan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur terhadap artikel publikasi 10 tahun terakhir. Kajian dilakukan terhadap kelimpahan, ukuran, bentuk, warna, dan komposisi MP pada biota perairan permukaan dan laut. Review dilakukan terhadap penelitian di Indonesia dan berbagai wilayah di negara lain. Beberapa metode pengambilan sampel biota perairan yang digunakan dalam penelitian terdahulu yaitu menggunakan trawl atau pukat dasar (jaring polietilen), jaring pukat pantai (10 m x 1,5 m; ukuran mata jaring: 8 mm). Identifikasi MP pada saluran pencernakan biota ikan dilakukan menggunakan larutan KOH 10% selama 24 jam pada suhu 60°C, selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kertas saring Whatman. Selanjutnya, proses identifikasi menggunakan mikroskop okuler dan FTIR untuk menentukan ukuran, bentuk, dan jenis polimer. Hasil kajian menunjukkan bahwa kelimpahan MP terbanyak pada biota perairan masing-masing yaitu 468 partikel MP/individu pada spesies Ikan Sapu-Sapu (Hypostomus plecostomus) di perairan sungai; 18 partikel MP/individu pada Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) di perairan payau; 1,4 – 7 partikel MP/individu pada spesies Tiram (Saccostrea cucullata) di perairan muara; 22,21 ± 1,7 partikel MP/individu pada spesies Ikan Thryssa kammalensis di perairan teluk; 2,7 ± 0,10 partikel MP/individu pada spesies Ikan Zeus faber di perairan selat; dan 22,3 partikel MP/individu pada Diadema sp. (Bulu babi) di perairan laut. MP yang dominan pada biota perairan adalah berukuran 20 μm – 50 μm, berbentuk fiber, dan berwarna hitam. Polyethylene (PE) ditemukan dominan pada biota perairan permukaan, serta polyprophylene (PP) dan polyethylene (PE) pada biota perairan laut.ABSTRACTPlastic wastes could be degraded into microplastic (MP) and nanoplastic (NP) through physical, chemical, and biological processes. MP was defined as the small particle of plastic with the size of < 5 mm. Currently, MP has been found in the body of aquatic biota both in the surface and sea water biota. This research aimed to investigate the microplastic content in aquatic biota. The study was conducted through literature review of the last 10 year published articles. The previous studies were reviewed in terms of abundance, size, shape, colour, and polymer type of MP in the aquatic biota in Indonesia and areas of other countries. Sampling of aquatic biota in the previous studies was conducted in several methods using trawling or bottom trawl (polyethylene net), beach trawl net (10 m x 1.5 m; mesh size: 8 mm). Identification of MP in the digestive tract of fish was conducted using 10% KOH solution for 24 hours at a temperature of 60°C, then was filtered using Whatman filter paper. Next, the identification process used an ocular microscope and FTIR to determine the polymer. The result demonstrated that the highest number of MP abundance was 468 MP particles/individual in the cattle fish (Hypostomus plecostomus) species in the river water; 18 MP particles/individual in the black nile fish (Oreochromis niloticus) species in the brackish water; 1.4 – 7 MP particles/individual in the oyster (Saccostrea cucullata) species in the estuary water; 22.21 ± 1.7 MP particles/individual in the Thryssa kammalensis fish species in the gulf water; 2.7 ± 0.10 MP particles/individual in the Zeus faber fish species in the strait water; and 22.3 MP particles/individual in the Diadema sp. (sea urchin) in the sea water. The most dominant MP size, shape, and colour in the aquatic biota was 20 μm – 50 μm, fiber, and black. Polyethylene (PE) was dominant in the surface water biota, whereas, polyprophylene (PP) and polyethylene (PE) in the sea water biota.
Studi Penggunaan Kloset Kering Pemisah Urin dan Tinja untuk Peningkatan Pengelolaan Limbah Urin dan Tinja pada Permukiman Di Surabaya Arlini Dyah Radityaningrum
Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 2 No. 2 (2017): Maret
Publisher : Department of Environmental engineering, Faculty of Science and Technology, Islamic State University Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.024 KB) | DOI: 10.29080/alard.v2i2.125

Abstract

Pengelolaan limbah domestik black water (urin dan tinja) pada permukiman dapat dilakukan menggunakan sistem setempat (on-site), yang terdiri dari kloset dan tangki septik yang dilengkapi dengan sistem resapan. Teknologi kloset yang digunakan dalam pengolahan sistem setempat umumnya belum memisahkan antara limbah urin dan tinja. Sistem setempat dengan teknologi kloset tanpa pemisah urin dan tinja masih menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, berupa pencemaran air permukaan dan air tanah. Selain itu kondisi teknis tangki septik yang tidak kedap berpotensi meresapnya limbah urin dan tinja ke dalam tanah. Peningkatan pengelolaan urin dan tinja dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi teknis fasilitas pengelolaannya, baik kloset maupun tangki septik dan resapan, sehingga urin dan tinja dapat digunakan kembali dan tidak dibuang ke lingkungan.`Teknologi Kloset Kering Pemisah Urin dan Tinja`dapat diterapkan untuk memisahkan urin dan tinja pada sumbernya sehingga potensi kandungan nutrien dalam urin dan tinja dapat dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan penggunaan kloset kering ditinjau dari aspek lingkungan dengan metode penilaian daur hidup. Batasan yang digunakan adalah recovery dari nutrien dan konsumsi energi. Skenario yang dianalisa adalah (1) Pengelolaan limbah urin dan tinja tanpa kloset kering pemisah urin dan tinja dengan tangki septik dan resapan, (2) Pengelolaan limbah urin dan tinja dengan kloset kering pemisah urin dan tinja dengan bak pengumpul urin dan tangki septik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario pengelolaan limbah urin dan tinja menggunakan toilet kering pemisah urin dan tinja menghasilkan dampak lingkungan paling minimal dengan recovery nutrien sebesar 0,0485 kg nitrogen/rumah tangga/hari; 0,009 kg pospor/rumah tangga/hari; 0,0165 kg kalium/rumah tangga/hari dan konsumsi energi sebesar 4179,35 kiloJoule/rumah tangga/hari.