Pandemi Covid 19 berdampak serius pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai tulang punggung perekonomian nasional, yang berupa penurunan produksi, omset penjualan dan terjadinya pemutusan hubungan kerja. Hal ini juga dialami oleh kelompok pengrajin tahu tempe dalam wadah Primkopti Swakerta yang menempati luas lahan sebesar 1,2 hektar di Semanan, dimana mereka mengalami penurunan penjualan rata-rata 50%. Berdasarkan identifikasi masalah, juga ditemukan bahwa mereka hanya mengandalkan pesanan dari pedagang di pasar dengan variasi produk yang standar. Kegiatan PkM ini ditujukan untuk mendukung ide mengembangkan kampung wisata tahu tempe, yang difokuskan pada upaya mempertahankan kelangsungan usaha serta meningkatkan kesejahteraan pengrajin melalui penciptaan kreativitas dan diversifikasi produk dan kualitasnya serta penerapan strategi pemasaran agar penjualan dapat meningkat. Metode pelaksanaan berupa penyuluhan dan simulasi guna memberikan gambaran mengenai proses penciptaan kreasi dan diversifikasi produk yang lebih variatif, menjaga kualitas produk dan strategi pemasaran produk yang tepat. Peserta kegiatan sangat antusias, aktif dalam diskusi dan telah memiliki pemahaman serta mampu mengubah pola pikir tradisionalnya menjadi lebih kreatif. Hal ini dibuktikan dengan rencana tindakan berupa diversifikasi produk tahu tempe baru berupa keripik dengan kemasan yang lebih menarik, tahu tempe, gembus bacem yang dikemas kedap udara ataupun beku, sambal tumpang beku, cookies berbahan tahu tempe dan lainnya