Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENDIDIKAN ISLAM BERPERSPEKTIF GENDER Muafiah, Evi
JURNAL TADRIS STAIN PAMEKASAN Vol 5, No 2 (2010)
Publisher : STAIN Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This article describes a map of the causes on gender in­equali­ty in the process of education and Islamic education. Authors--by quoting gender expert opinion--proposed a few models attempt­ting  to minimize gender bias through the curriculum such as contributive model, additive model, transformative model and mo­del of social action. It is also presented the learning gender based models that the practitioners of education can select the appropriate models and learning approaches to be applied contextually into the situation by considering the micro and macro conditions surround­ding them.
Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Konsepsi Fathi Osman Muafiah, Evi
ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman Vol 5, No 2 (2011): Islamica
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.453 KB) | DOI: 10.15642/islamica.2011.5.2.309-325

Abstract

The relation of Islam as a religion and the notion of human right has attracted a lot of attention both from the activists and the academics. One of the academics that has paid a good deal of attention to this issue is an Egyptian scholar named Fathi Osman. This paper is dedicated to explore his ideas, suggestions and conceptions on the issue at hand. It contends that Osman is mainly concerned with the synthesis of Islamic concept and the notion of human right adopted by the international community. The paper exposes Osman’s strategies in pursuing the synthesis, which begins by careful investigation on both Islamic and modern concepts of human right, then followed by identifying the strength and weakness of each concept. This strategy is aimed at gaining a clear idea about how a new concept of human right should be formulated. The paper will also ask whether Osman’s synthesis is both practical and conceptual. By practical, we mean a concept which rooted in the real experiences as far as human rights are concerned. And by conceptual, we mean whether Osman’s ideas are derived from the theoretical analysis of both Islamic sources and the sources of modern idea on human rights.
Pendidikan Perempuan di Pondok Pesantren Muafiah, Evi
Nadwa Vol 7, No 1 (2013): Pendidikan Islam Unggul
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2013.7.1.545

Abstract

This article attempts to show women's education reality in pesantren, par-ticularly pesantren that administers the two institutions at the same time, the education for men and for women. This is certainly different from those car-ry out the education specific for women. Indonesia has started to open edu-cational opportunities for women at the time of R.A. Kartini, in which the previous women education was limited by the culture. The spirit to obtain education that equal with men was stated in her letters. Kartini had inspired some Indonesian women to get education as men. Later, some women who pioneered education for women appeared such as Rahmah el-Yunusiyah, Rangkayo Rasuna Said, Dewi Sartika etc. Each of them established a special school for girls with different studies taught.AbstrakTulisan ini berupaya menunjukkan beberapa realitas pendidikan perempuan di pesantren, utamanya pesantren yang mengelola dua lembaga sekaligus, yaitu pendidikan untuk laki-laki dan pendidikan untuk perempuan. Hal ini tentunya berbeda dengan pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan yang memang didirikan khusus untuk perempuan. Indonesia dapat dikatakan telah mulai membuka peluang pendidikan bagi perempuan pada masa RA Kartini, dimana sebelumnya pendidikan bagi perempuan sangat dibatasi oleh budaya yang terjadi saat itu. Semangat untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan para laki-laki tertuang dalam surat-surat-nya. Kartini telah memberikan inspirasi bagi beberapa perempuan di Indonesia untuk men-dapatkan pendidikan sebagaimana laki-laki. Hingga muncul pada masa-masa setelahnya beberapa perempuan yang mempelopori pendidikan bagi perem-puan itu sendiri. Sebut saja misalnya: Rahmah el-Yunusiyah, Rangkayo Rasuna Said, Dewi Sartika dan lain sebagainya, dimana masing-masing dari mereka mendirikan sekolah khusus bagi perempuan dengan berbagai kajian yang berbeda yang diajarkan di sekolah tersebut.
The Doctrin to Educate Children without Violence in Islam Muafiah, Evi
Indonesian Journal of Islamic Early Childhood Education Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Association of Indonesian Islamic Kindergarten Teachers Education Study Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.559 KB)

Abstract

Islam was revealed to the Prophet Muhammad as rahmatan li al-alamin of which teaches us to always love and cherish all of Gods creatures, both animate and inanimate creatures. Children is God’s mandate that accompanies the affection between mother and father, so they can ensure to give their children a nurturing full with love and positive affection. The atmosphere of nurturing is certainly not to be interfered with both verbal and physical violence, because these two things are very contradictory. Islam teaches us how to educate children without violence. Violence should only be done as a last resort and that too done to foster not hurt. Prophet Muhammad SAW is a role model how to educate children properly. Even when he is praying, he patiently allowing the children to ride his back when he was on prostration. Keywords: children in the perspective of the holy Koran, the characteristics and needs of children, child learning methods. Islam diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw sebagai rahmatan li al-‘alamin, yang di antaranya mengajarkan kita untuk selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama makhluk Allah, baik yang hidup maupun benda mati. Anak adalah amanah Allah yang hadir menyertai kasih sayang antara ibu dan bapaknya, maka sudah sewajarnya jika kemudian orang tua mengasuhnya dalam suasan penuh kasih dan sayang. Suasana tersebut tentunya jangan sampai dicampuri dengan kekerasan baik verbal maupun fisik, karena kedua hal tersebut sangat bertentangan. Islam mengajarkan kepada kita bagaimana mendidik anak tanpa kekerasan. Kekerasan hanya boleh dilakukan sebagai alternatif terakhir dan itupun dilakukan untuk membina bukan menyakiti. Rasulullah Saw merupakan contoh bagaimana mendidik anak dengan baik. Bahkan saat shalat pun beliau dengan sabar mengasuh anak-anak dengan membiarkan punggungnya dinaiki anak-anak saat beliau sujud. Kata kunci: anak dalam perspektif al-Qur’an, karakteristik dan kebutuhan anak, metode pembelajaran anak
Komunikasi Edukatif dalam Perspektif Alquran (Analisis Kisah Musa) Musayadah, Khori Robihatul; Muafiah, Evi
Ibriez : Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains Vol 1 No 1 (2016): Penelitian Pendidikan dan Keislaman
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1038.164 KB) | DOI: 10.21154/ibriez.v1i1.8

Abstract

Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Komunikasi memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah fungsi edukasi atau pendidikan. Nabi Musa merupakan salah satu Rasul Allah yang dapat dijadikan tauladan oleh seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun metode yang digunakan adalah content analysis dan penelitian ini merupakan jenis penelitian library research dengan pendekatan Historis. Adapun hasil dari penelitian ini adalah (1) komunikasi yang terjadi dalam kisah Musa merupakan komunikasi edukatif yang dapat dilihat dari peran Nabi Musa sebagai seorang edukator dan tujuan komunikasi tersebut yaitu mengubah pengetahuan Bani Israil tentang ketauhidan; (2) tahapan-tahapan yang terdapat dalam strategi komu-nikasi edukatif dalam kisah Musa adalah menemukan masalah Bani Israil, menentukan tujuan, merencanakan komunikasi, menyampaikan risalah, Umpan balik, dan evaluasi beru-pa cobaan; (3) tahapan strategi komunikasi edukatif dalam kisah Musa merupakan gabung-an dari tahapan strategi komunikasi Cultid dan Center, Philip Lesly, John Middleton, lima langkah, dan advokasi.
Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences di TK/RA Ponoroho Muafiah, Evi
ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal Vol 4, No 1 (2016): ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Publisher : PIAUD IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/thufula.v4i1.1977

Abstract

Usia dini merupakan masa peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Situasi dan kondisi yang kondusif sangat dibutuhkan anak usia dini. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Multiple Intelligences yang mengakui bahwa setiap anak mempunyai kecerdasan yang berbeda. Penelitian ini mengungkapkan tentang (1) penerapan strategi pembelajaran Multiple Intelligences di TK/RA Ponorogo, (2) kendala yang dihadapi saat menerapkan strategi tersebut dan (3) solusi yang digunakan untuk mengatasi kendala yang mereka hadapi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data diperoleh dari para guru TK/RA melalui wawancara mendalam, observasi partisipan dan dokumentasi. Analisis dilakukan melalui reduksi, displai, dan verifikasi data. Hasil penelitian: (1) Strategi pembelajaran Multiple Intelligences dilaksanakan melalui model semi sentra dan kelompok murni. (2) Kendala yang dihadapi adalah ruangan yang kurang banyak, jumlah guru yang tidak seimbang dan guru yang kurang kreatif. (3) Solusinya adalah dengan menyesuaikan tema yang sedang dilaksanakan melalui model pembelajaran non sentra.
PENGASUHAN ANAK USIA DINI BERPERSPEKTIF GENDER DALAM HUBUNGANNYA TERHADAP PEMILIHAN PERMAINAN DAN AKTIVITAS KEAGAMAAN UNTUK ANAK Muafiah, Evi; Fadly, Wirawan
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 12, No 1 (2019): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v12i1.3188

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pengasuhan yang terjadi di lembaga Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pengasuhan yang terjadi di lembaga PAUD maupun dalam lingkungan keluarga serta hubungannya terhadap pemilihan permainan dan aktivitas keagamaan AUD. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods dengan desain concurrent embedded. Penelitian dilaksanakan di eks-karesidenan Madiun dengan pemilihan sampel melalui purposive sampling pada data yang diperoleh menggunakan metode kualitatif dan random sampling pada data kuantitatif. Data tersebut dikumpulkan menggunakan angket, observasi, dan wawancara yang kemudian dianalisis berdasarkan karakteristiknya melalui deskriptif kualitatif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan Pertama masyarakat telah responsif gender pada pengasuhan AUD dan cenderung bebas pada aspek stereotipe, subordinasi, dan marginalisasi, Kedua, pemahaman responsif gender dalam pemilihan pemainan yang dimiliki guru lebih baik daripada orang tua/pengasuh, sedangkan pemilihan aktivitas keagamaan tidak ada perbedaan, dan Ketiga adanya hubungan signifikan antara pola asuh dalam lingkungan keluarga dan lembaga PAUD terhadap pemilihan permainan, namun berbeda pada pemilihan aktivitas keagamaannya dimana hubungan signifikan hanya pada lingkungan keluarga.Kata Kunci: Pengasuhan Anak, Berperspektif Gender, Pemilihan Permainan, Aktivitas Keagamaan
KYAI, PENGANTIN DAN NETRALITAS MASYARAKAT: Studi Analisis Gender terhadap Ceramah Agama pada Acara Resepsi Pernikahan di Ponorogo Muafiah, Evi
Kodifikasia Vol 4, No 1 (2010)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.338 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v4i1.747

Abstract

Abstarks: Resepsi pernikahan merupakan kegiatan penting dalam masyarakat dan biasanya disampakan ceramah agama oleh seorang tokoh agama, kyai. Penceramah menjelaskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ajaran Islam tentang pembentukan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Melalui analisis bahasa ditemukan beberapa ungkapan dan pernyataan yang bernuansa bias gender atau tidak sensitif gender. Ungkapan dan pernyataan tersebut diungkap dengan melalui 3 cara, yaitu diungkapkan dengan melalui kata atau kalimat yang lugas, melalui bahasa kiasan dan melalui konteksnya. Sedangkan pemetaan ceramah kyai melalui indikator-indikator gender dapat ditemukan bahwa pada indikator stereotype, semua kyai secara eksplisit bernuansa bias gender kecuali kyai MU. Pada indikator subordinasi, semua kyai bias gender. Sementara pada indikator marginalisasi dan double/multy burden hanya kyai PS saja mengutarakan secara jelas tentang bias gender. Sementara yang lainnya tidak menyentuh masalah gender ini atau tidak memberi berkomentar.
INVESTIGASI EMPIRIS ATAS PRESTASI BELAJAR SISWI MADRASAH ALIYAH MODEL SINGLE SEX EDUCATION DAN CO-EDUCATION DI KABUPATEN PONOROGO Muafiah, Evi
Kodifikasia Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.88 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v7i1.777

Abstract

Proses pendidikan Islam di Indonesia secara umum menganut Single­Sex Education (SSE) maupun dicampur atau Co­Education (CE). Ber­dirinya pembelajaran model SSE tersebut didasarkan pada meng aka­rnya pemahaman terhadap karya­karya fiqih Abad Per tengahan yang banyak mengharamkan pertemuan antara laki­laki dan perempuan disatu tempat, bahkan mengharamkan munculnya perempuan diranah publik. Jika harus berada di wilayah publik, maka harus dalam komunitas perempuan saja dan jika laki­-laki dan perempuan harus berada pada satu tempat, maka posisi harus dipisahkan dengan tirai pembatas atau biasanya laki­laki di depan dan perempuan di belakang. Terkait dengan pemisahan tersebut, tentunya, implikasi  nya sangat luas. Penelitian ini mengambil sekolah agama dalam bentuk SSE, maupun CE yang masing­masing mempunyai kelebihan dan ke  kurangan. Lembaga pengelola pendidikan, yayasan, pihak swasta mau pun pesantren dituntut untuk membuat terobosan yang dalam pembelajarannya, tanpa harus memposisikan dirinya sebagai model SSE murni maupun CE murni yang rigid. Lokasi penelitian ini MAN 2 Ponorogo, MA Al­Mawaddah Coper Ponorogo dan MA Darul Huda Mayak Ponorogo. Dari hasil penelitian terungkap bahwa ter dapat perbedaan dan kekhasan di masing­-masing lembaga tersebut. Dalam hal inilah posisi peserta didik perempuan menjadi satu pijakan penting dalam proses pembelajaran tersebut, mengingat perempuan dengan ketekunannya mempunyai potensi besar dalam berkiprah di wilayah publik, untuk kemudian bersama­sama dengan laki-­laki bersinergi dan bekerja sama, berbagi secara adil dalam lapangan-­lapangan yang sebelumnya tidak banyak digarap perempuan.
Pendidikan Perempuan di Pondok Pesantren Muafiah, Evi
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 1 (2013): Pendidikan Islam Unggul
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2013.7.1.545

Abstract

This article attempts to show women's education reality in pesantren, par-ticularly pesantren that administers the two institutions at the same time, the education for men and for women. This is certainly different from those car-ry out the education specific for women. Indonesia has started to open edu-cational opportunities for women at the time of R.A. Kartini, in which the previous women education was limited by the culture. The spirit to obtain education that equal with men was stated in her letters. Kartini had inspired some Indonesian women to get education as men. Later, some women who pioneered education for women appeared such as Rahmah el-Yunusiyah, Rangkayo Rasuna Said, Dewi Sartika etc. Each of them established a special school for girls with different studies taught.AbstrakTulisan ini berupaya menunjukkan beberapa realitas pendidikan perempuan di pesantren, utamanya pesantren yang mengelola dua lembaga sekaligus, yaitu pendidikan untuk laki-laki dan pendidikan untuk perempuan. Hal ini tentunya berbeda dengan pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan yang memang didirikan khusus untuk perempuan. Indonesia dapat dikatakan telah mulai membuka peluang pendidikan bagi perempuan pada masa RA Kartini, dimana sebelumnya pendidikan bagi perempuan sangat dibatasi oleh budaya yang terjadi saat itu. Semangat untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan para laki-laki tertuang dalam surat-surat-nya. Kartini telah memberikan inspirasi bagi beberapa perempuan di Indonesia untuk men-dapatkan pendidikan sebagaimana laki-laki. Hingga muncul pada masa-masa setelahnya beberapa perempuan yang mempelopori pendidikan bagi perem-puan itu sendiri. Sebut saja misalnya: Rahmah el-Yunusiyah, Rangkayo Rasuna Said, Dewi Sartika dan lain sebagainya, dimana masing-masing dari mereka mendirikan sekolah khusus bagi perempuan dengan berbagai kajian yang berbeda yang diajarkan di sekolah tersebut.