Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal KALAM

REVIVALISME SPIRITUALITAS MANUSIA KONTEMPORER Naim, Ngainun
Jurnal KALAM Vol 28, No 2 (2013): Vol 28, No 2 Agustus - September 2013
Publisher : Jurnal KALAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

                                   AbstrakGairah terhadap spiritualitas menarik untuk dicermati karena jika mengikuti logika positivistik August Comte, se-makin modern sebuah masyarakat maka agama seharusnya semakin ditinggalkan. Namun realitas justru se-baliknya. Dalam kompleksitas kehidupan modem, masya-rakat justru semakin haus terhadap nilai-nilai spiritualitas. Fenomena inilah yang oleh Harvey Cox disebut sebagai turning east. Dunia Timur, dalam perspektif Barat, merupakan wilayah yang kaya nilai-nilai spiritualitas. Sehingga merupakan hal yang wajar manakala kehausan spiritualitas ini dipenuhi dengan beragam upaya untuk mengambil hikmah dan nilai-nilai spiritualitas keberagama-an dari dunia Timur.  Passion for spirituality interesting to observe because if join to posivistic logic August Comte, the more modern a society should be increasingly all that remains. But the reality precisely other way. The complexity of modern life. The community is increasingly thirsty of value spirituality. Phenomenon is that by Harvey Cox called turning east. Eastern world in western perspective, is a region rich spirituality, then is a nature thing when the thrist for spirituality is filled with a variety of efforts to take the wishdom and spirituality religious values of the eastern world. Kata Kunci    : Spiritualitas, Pencarian Tuhan
Abdurrahman Wahid: Universalisme Islam dan Toleransi Naim, Ngainun
KALAM Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.951 KB) | DOI: 10.24042/klm.v10i2.8

Abstract

Artikel ini membahas pemikiran Abdurrahman Wahid tentang universalisme Islam dan toleransi. Pemikiran tentang universalisme Islam dan toleransi penting dibahas di tengah menguatnya gerakan Islam radikal di Indonesia. Eksistensi dan aksi kelompok Islam radikal membahayakan terhadap keharmonisan masyarakat Indonesia yang multikultural. Hal ini disebabkan karena cara pandang mereka yang monolitik dan sikap mereka yang intoleran. Respon kreatif dan konstruktif penting dilakukan untuk membendung laju pertumbuhan Islam radikal. Pada perspektif ini, pemikiran Abdurrahman Wahid menemukan relevansinya untuk diangkat dan direkonstruksi. Data untuk penulisan artikel ini adalah buku, jurnal, dan sumber-sumber tulisan lain yang relevan. Data-data yang ada kemudian dianalisis sesuai dengan topik tulisan. Tulisan ini menemukan bahwa pemikiran Abdurrahman Wahid tentang universalisme Islam berkontribusi terhadap terbangunnya toleransi dalam masyarakat Indonesia yang multikultural. Rekonstruksi pemikiran Abdurrahman Wahid ini penting dilakukan sebagai ikhtiar kreatif menghadirkan Islam yang ramah.
KEBANGKITAN SPIRITUALITAS MASYARAKAT MODERN Naim, Ngainun
KALAM Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/klm.v7i2.457

Abstract

Menurut August Comte, semakin modern sebuah masyarakat maka agama seharusnya semakin ditinggalkan. Namun realitas justru sebaliknya, dalam kompleksitas kehidupan modern, masyarakat justru semakin haus terhadap nilai-nilai spiritualitas. Fenomena inilah yang oleh Harvey Cox disebut sebagai turning east. Tulisan ini mengkritisi dinamika kebangkitan spiritualitas yang sedemikian pesat. Spiritualitas ternyata tidak harus selalu berkaitan dengan Tuhan. Pada spirirualitas dengan model semacam ini, spiritualitas hanya berfungsi sebagai pelarian psikologis, obsesi, dan kebutuhan ruhaniah sesaat. Maka yang muncul adalah usaha untuk menjadikan spiritualitas bukan sebagai bagian integral dari kehidupan, tetapi sekedar pemuasan rasa ingin tahu, dan sebagai terapi atas beragam persoalan hidup yang kian rumit. Pada kondisi semacam ini, esensi dan hakekat spiritualitas bukan lagi menjadi persoalan yang penting. Bagi para konsumen spiritualitas ini, hal yang penting adalah tujuan mereka tercapai. Mereka tidak memperdulikan akan kemana orientasi spiritualitas yang digelutinya, apa rujukan agamanya, dan seperti apa relasinya dengan Tuhan. Bahkan, Tuhan pun bukan lagi hal yang penting bagi mereka..