Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara

PREDIKSI ZONA KERUSAKAN BATUAN SETELAH PELEDAKAN PADA BEBERAPA TAMBANG BATUBARA DI INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SEISMIK REFRAKSI DAN GETARAN PELEDAKAN ZULFAHMI ZULFAHMI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 9 No 2 (2013): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2013
Publisher : Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol9.No2.2013.765

Abstract

Untuk mengevaluasi pengaruh peledakan terhadap zona kerusakan struktur batuan, telah dilakukan penelitian terhadap kondisi batuan di sekitar lokasi peledakan dengan pengukuran seismik refraksi dan getaran peledakan. Hipotesis awal adalah terdapat korelasi antara kecepatan rambat gelombang seismik, kerusakan struktur batuan dan jarak dari sumber peledakan. Tiga refraktor dengan kedalaman bervariasi telah dihasilkan dari pengukuran seismik ini. Refraktor tersebut berada kedalaman antara 0,15 - 2,1 meter, 2,2 – 3,5 meter dan 2,7 – 4,5 meter dari permukaan. Kecepatan rambat gelombang pada lapisan 3 menunjukkan nilai perambatan paling tinggi dibandingkan dengan lapisan yang lain. Kurva dari grafik kecepatan rambat gelombang sebelum dan sesudah peledakan cenderung berhimpitan. Hal ini berarti pada lapisan tersebut tidak terjadi kerusakan signifikan. Pada lapisan 1 dan 2 terjadi perbedaan kecepatan yang ditunjukkan dengan kurva yang berjauhan. Hal ini berarti terjadi perubahan struktur batuan. Lapisan 1 menunjukkan kurva sejajar ke arah menjauhi lokasi peledakan, sedangkan kurva pada lapisan 2 menunjukan saling berpotongan atau saling mendekati. Dari perhitungan, diperoleh jarak minimum yang aman dari kerusakan adalah 35,65 meter (PT.KJA), 29,00 meter (PTBA), 39,09 meter (PT.BBE) dan 38,19 meter (PT. MSJ). Hasil korelasi antara jarak minimum yang aman dari kerusakan batuan dengan grafik kecepatan partikel puncak (PPV) diperoleh nilai PPV 17,20 mm/detik untuk PT. KJA, 18,41mm/detik (PTBA), 16,70 mm/detik (PT. BBE) dan 16,80 mm/detik (PT. MSJ). Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui kondisi kerusakan batuan pada beberapa lokasi penambangan batubara di Indonesia berada sampai pada jarak antara 29,00 – 39,09 meter dengan nilai ambang PPV antara 16,70 – 18,41 mm/detik.
APLIKASI PENDETEKSI GAS METANA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SINAR INFRA MERAH PADA TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH HASNIATI ASTIKA; ZULFAHMI ZULFAHMI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 9 No 1 (2013): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Januari 2013
Publisher : Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol9.No1.2013.774

Abstract

Alat pendeteksi gas inframerah (IM) memiliki beberapa kelebihan dibanding teknologi pendeteksi gas lain yang biasa digunakan dalam mendektesi gas metana pada tambang batubara bawah tanah. Kelebihan utama dari teknologi IM ini adalah pendeteksi tidak secara langsung berinteraksi dengan gas, memiliki masa pakai yang lebih lama, tidak korosif dan tidak reaktif terhadap gas-gas lain yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran sehingga lebih akurat serta lebih mudah dalam perawatannya dan lebih stabil. Alat pendeteksi gas metana yang dirancang dalam penelitian ini terdiri atas beberapa komponen yaitu sensor inframerah sebagai komponen utama, microcontroller sebagai alat penangkap, perekam dan pengolah sinyal yang dikirim dari sensor serta alat penyimpan data. Sensor ini dapat menangkap akumulasi gas metana yang ada di sekitarnya dan mengirimkan sinyal ke microcontroller. Hasil pengukuran gas tersebut kemudian ditangkap, direkam dan diolah di microcontroller. Data hasil pengolahan dikirimkan ke Multi Media/Secure Digital Card (MMC/SD card) yang dapat tersimpan secara otomatis. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran gas oleh pendeteksi gas metana inframerah dan alat pendeteksi multigas. Pengukuran di laboratorium terhadap gas standar menunjukkan perbedaan nilai pengukuran sebesar 0,02% - 0,03%, pada pengukuran yang dilakukan secara langsung di tambang batubara bawah tanah nilai pengukuran menunjukkan perbedaan sebesar 0,04% - 0,09% (lokasi Sawahluwung), 0% - 1.09% (lokasi Loa Ulung) dan 0.03% (lokasi tambang yang disegel). Secara umum alat pendeteksi gas metana yang dirancang pada penelitian ini dapat digunakan pada tambang batubara bawah tanah.
ANALISIS KERUSAKAN BATUAN AKIBAT PELEDAKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS MENARA SUTET DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ZULFAHMI ZULFAHMI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 8 No 2 (2012): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Mei 2012
Publisher : Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol8.No2.2012.793

Abstract

Pada salah satu lokasi penambangan batubara terbuka di Desa Loa Ulung, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Ker- tanegara, Kalimantan Timur, terdapat konstruksi menara saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dengan kekuatan 500 kV yang letaknya hampir mendekati lereng tambang tempat aktivitas penambangan berlangsung. Menara SUTET ini sangat penting untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit menuju pusat-pusat beban di sekitar Kabupaten Kutai Kertanagara. Jarak terpendek antara lokasi peledakan dan menara SUTET tersebut adalah 69 m ter- hadap Menara-1 dan 148 m terhadap Menara-2. Permasalahan yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terganggunya konstruksi pondasi bangunan menara akibat adanya aktivitas peledakan sehingga perlu kajian untuk menganalisis jarak minimum peledakan terhadap posisi menara listrik tersebut. Hasil analisis pengukuran dengan mengambil garis regresi 95% diperoleh persamaan hubungan antara kecepatan partikel puncak atau Peak Particle Velocity (PPV) dengan Square Root Scaled Distance yaitu PPV = 276 SD -1.19. Bila mengacu pada SNI 7571:2010, bangunan pondasi menara SUTET PLN tersebut termasuk ke dalam kelas 5 dan nilai PPV maksimum yang diizinkan adalah 40 mm/det. Hasil pengukuran dengan menggunakan alat BlastMate III, terdapat kejadian peledakan yang melebihi ambang batas, yaitu peledakan yang terletak pada lokasi koordinat S0°22.408, E117°0.543 yang jaraknya hanya 69 meter dari lokasi menara dengan nilai PPV 59,3 mm/det . Hasil simulasi dengan menggunakan metode matematis Holmberg-Persson dengan bantuan perangkat lunak MatLab versi 2010, jarak aman untuk muatan bahan peledak sebesar 1200 kg per-waktu tunda harus lebih besar dari 176 meter.
ANALISIS STABILITAS TANGGUL, DESAIN RAWA DAN LERENG TAMBANG UNTUK MENDUKUNG OPERASI PENAMBANGAN BATUBARA DI BERAU KALIMANTAN TIMUR ZULFAHMI ZULFAHMI
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 7 No 4 (2011): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi Oktober 2011
Publisher : Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol7.No4.2011.812

Abstract

Penyelidikan geoteknik pada tambang open pit sangat penting dilakukan untuk menjamin keamanan lereng tambang terhadap risiko longsor. Selain itu, tambang open pit harus terjamin dari air limpasan yang dapat menggenangi tambang, sehingga operasionalisasi penambangan tidak terganggu. Hasil kajian yang telah dilakukan pada salah satu pit tambang batubara di Berau Kalimantan Timur berupa kajian analisis stabilitas tanggul untuk menjaga pit tersebut dari limpasan air sungai yang berada cukup dekat dengan lokasi penambangan.Selain melakukan kajian terhadap stabilitas lereng, pada beberapa tempat di lokasi tersebut, diperlukan desain lereng khusus karena batuan pembentuk lereng berasal dari tanah rawa yang bila jenuh air akan memiliki kohesivitas yang sangat rendah sehingga rentan terhadap longsor. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis kondisi rancangan tanggul penahan banjir, daya dukung lapisan endapan rawa dan jarak aman hasil rancangan terhadap areal penambangan adalah metode numerik.Hasil penelitian ini adalah diperolehnya rancangan tanggul penahan banjir sepanjang 350 m dengan volume tanggul sebesar 52.500 m3, daya dukung lapisan endapan rawa terhadap tanggul sebesar 224 kPa dan tegangan yang bekerja akibat tanggul sebesar 100 kPa. Jarak aman antara crest dengan kaki tanggul sebesar 20 m dan jarak aman antara toe dengan pit limit desain rawa sebesar 20 m. Hasil kajian terhadap lereng highwall diperoleh tinggi jenjang 10 m, kemiringan 60o, lebar berm 4 m, tinggi lereng keseluruhan 90 m dan kemiringan lereng keseluruhan 42o serta untuk geometri lereng lowwall diperoleh tinggi lereng keseluruhan 90 m dan kemiringan lereng keseluruhan 25o.